"Sepertinya kau bukan orang sembarangan. Buktinya? Kau bisa menemukan keberadaan ku lebih cepat dari dewan komisaris lainnya!" cetus pria itu."Kau benar, kami memang bukan orang sembarangan. Kau lihat mereka?" menunjuk sejumlah pria yang berada di dalam ruangan itu, "Mereka semua preman jalanan. Jadi kami mengetahui seluk beluk kota ini. Kami juga tahu, tempat aman untuk bersembunyi dari orang-orang yang memiliki kekuasaan.""Siapa kau? Bukankah kau yang mendampingi Nona Muda saat mendatangi perusahaan Dawson?" tanya pria itu menyelidiki."Aku suaminya. Namaku, Tristan Ludwig."Tiba-tiba pria itu tertawa, "Berasal dari keluarga Ludwig, terus dengan seenak jidatnya kau mengatakan terbiasa hidup bersama preman jalanan ini! Apa kau pikir aku bodoh?"Tristan menatap Ethan, "Dapatkah kau meminjamnya ponsel?"Ethan tak menjawab, tapi dia melangkah maju dan membuka ikatan pria itu kemudian menyerahkan ponsel."Kenapa memberikan ponsel ini padaku? Apa untuk melaporkan penculikan yang kalian
"Kau saja yang bawa mobilnya," ujar Tristan dan langsung melempar kunci mobil pada Ethan."Lha emang biasanya aku yang bawa, kan? Kau mana mau tahu soal dua mobil ini. Lagian kenapa kau beli mobil yang harganya mehong, hanya untuk parkir?" gerutu Ethan kesal.Ya! Mobil yang terparkir rapi di garasi bawah tanah rumah tua itu, bukanlah mobil biasa. Namun, mobil yang dipesan khusus dengan tingkat keselamatannya yang tak main-main. Bahkan peluru tak bisa menembusnya."Oh ya, tolong pesankan satu mobil yang memilih tingkat keselamatan setara dengan mobil ini. Tapi, buatlah seperti mobil biasa yang harganya di bawah tiga ratus juga. Apa bisa?" "Apa untuk istri mungil mu?" tembak Ethan."Iya, terus untuk siapa lagi? Bukankah yang sedang dalam bahaya itu adalah istriku?" ujar Tristan dan langsung masuk ke dalam mobil.Ethan langsung membuka pintu mobil dan duduk dibelakang kemudi. "Apa hanya satu? Ntar kamu tiba-tiba nambah lagi, kan berabe?""Ya, sudah, pesankan juga untuk ayah dan ibuku,"
Sementara itu di seberang, Almira duduk diam. Dia menatap lautan lepas yang tak berujung."Aku benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran mu, Almira. Kau seorang dokter spesialis terbaik dan terbiasa hidup enak. Tapi ini? Kau memilih mengikuti ku yang ingin melarikan diri dari suami yang memiliki temperamen dan tak berperasaan," ujar Sonia bingung.Almira tersenyum lirih, "Apa gunanya hidup enak, kalau hati tak bahagia?""Apa kau sudah memikirkan matang-matang pilihanmu ini? Kau masih punya waktu untuk membuat pilihan. Begitu kapal ini balik, kau bisa ikut balik ke kota. Orang kaya seperti mu, tak akan bisa bertahan dengan kehidupan desa yang berat, Almira.""Setelah susah payah aku mendapatkan kesempatan ini, terus kau memintaku untuk balik? Jangan bermimpi!" ujar Almira dingin."Ingat, Almira. Kapal ini hanya setahun sekali bersandar di pelabuhan desa itu. Apa kau tak paham arti dari setahun sekali? Itu artinya, kalau kau ingin pulang maka kau harus menunggu satu tahun lagi. M
***Tak terasa tiga hari telah berlalu, Krisna menunggu dengan tidak sabar kabar dari Almira. Dia ingin tahu apakah wanita yang dicintainya berhasil menghabisi Kezia atau justru sebaliknya, gagal.Dia terus menerus melihat jam tangannya. Namun yang datang bukan Almira, tapi justru orangtuanya."Ada apa, Pak?" tanya Krisna bingung ketika melihat kedatangan orangtua Almira secara tiba-tiba ke kantornya."Apa sebenarnya yang terjadi, Nak Krisna? Apa anakku melakukan kesalahan? Hingga membuat Nak Krisna memutuskan pertunangan secara tiba-tiba?" tanya ayah Almira dengan mata berkaca-kaca.Krisna terdiam cukup lama, dia bingung harus mengatakan apa. Di satu sisi, dia ingin mengatakan kalau tidak akan pernah ada pembatalan pertunangan. Namun, di sisi lainnya, dia tak mau bertindak gegabah. Dia takut kalau Almira belum berhasil menjalankan misinya. Apalagi waktu yang diminta Almira, hanya tiga hari. Waktu yang singkat untuk memisahkan Tristan dan Kezia.Diamnya Krisna, membuat ibu Almira
"Istriku, Kezia Devira Dawson."Mata Ethan membelalak sempurna, ketika mendengar kalimat pendek Tristan. "Apa kau bercanda? Jadi kau beneran menikahi wanita pilihan kakekmu? Apa dia memaksamu dengan mengandalkan identitasnya sebagai pewaris keluarga Dawson?""Hanya dengan menikahinya, maka aku bisa menjaganya secara langsung," ujar Tristan.Ethan menatap Tristan tak percaya. "Apa kau jatuh cinta pada wanita itu?""Aku tidak tahu apa itu cinta. Namun, yang pasti aku hanya ingin memastikannya tetap selamat. Mungkin ini sebagai bakti aku pada kakekku yang sekarang tak bisa apa-apa," ujar Tristan yakin.Ethan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apa kelebihan wanita itu? Wajahnya, membuat orang lain geli dan jijik. Kalau kaya? Bukankah Tristan jauh lebih kaya? Apa ini yang namanya cinta tak memandang fisik? Sayangnya, Tristan tak menyadari itu, dia bahkan menolak mengakuinya."Tristan ... ini seandainya, seandainya lo, jangan langsung marah-marah, ya.""Seandainya apa?" tanya Tristan bin
Almira tersenyum sinis, "Apa kau pikir orang tuaku akan mengikhlaskan ku pada pria yang tak punya apa-apa? Tidak, Krisna. Kau sendiri tahu bagaimana orang tuaku. Bagi mereka pernikahan hanyalah bisnis!""Setelah lima belas tahun mencintai Tristan, kau justru mengikhlaskan dia pada wanita jelek itu? Wanita yang tidak tahu asal usulnya?" ujar Krisna, pura-pura tidak tahu mengenai identitas Kezia.Almira terdiam cukup lama. "Kalau kau menandatangani ini, maka aku bisa memberikan mu kejutan dalam tiga hari," ujar Kezia sambil menyodorkan sebuah map pada Krisna."Kau mau Perusahaan Ludwig berinvestasi pada perusahaan ayahmu? Tenang saja, semua bisa diatur," ujar Krisna tersenyum."Bukan. Itu surat yang menyatakan, kalau kau memutuskan pertunangan kita secara sepihak. Kalau kau yang memutuskan pertunangan, maka orang tuaku tak bisa berbuat apa-apa, selain setuju."Krisna mengerutkan keningnya, "Apa maksudnya?""Bukankah kau ingin melihat aku mendapatkan kebahagiaan ku sendiri? Jika iya, ma