Share

2.

Author: Yully Kawasa
last update Huling Na-update: 2025-06-01 06:37:48

Satu-satunya wanita asing yang ada disana adalah wanita dengan tinggi 160 cm, berat badan sekitar 48 kg, rambut keriting panjang, kacamata yang tidak dipertipis, menggunakan kawat gigi, menambah jelek penampilannya. Apalagi dengan gaya pakaiannya yang kuno. Benar-benar membuat jijik setiap orang yang melihatnya.

“Sepertinya ayah memiliki dendam kepada salah satu cucunya, tapi siapa?” bisik Gavin gemetar.

Kilas balik, satu-satunya sosok yang berani melawan Arthur hanyalah Tristan. Itulah kenapa Gavin dan Mikha khawatir.

“Tristan, Krisna. Silahkan kalian pilih sendiri warisan mana yang diinginkan. Bebas,” ujar Arthur dan langsung kembali duduk santai.

Ezhar dan Zaskia langsung berbisik pada Krisna, “Cepat pilih nomor satu.”

Bukannya mengikuti permintaan orangtunya, Krisna justru diam mematung. Misteri apa yang ada di kotak nomor dua? Sejahat-jahatnya kakek, tak mungkin pembagian warisannya bagaikan langit dan bumi.

"Cepatlah ambil, sampai kapan kau diam mematung. Apa sampai Tristan mengambil warisan juga wanita yang kau cintai?" geram ibunya kesal.

Mengingat wanita yang berdampingan dengan kotak nomor dua sangatlah jelek, membuat Krisna dengan cepat mengambil kotak nomor satu.

Berbeda dengan Krisna, Tristan justru duduk santai. Dia sama sekali tidak peduli dengan pembagian harta gono gini.

Gavin dan Mikha hanya dapat menarik nafas, ketika melihat Tristan tak berdiri dari tempat duduknya.

“Kenapa kau tak memilih?”

Tristan menatap sang ibu, “Untuk apa? Kalau tidak tahu kelola juga percuma, pasti nantinya habis. Aku tidak mau kotak nomor satu maupun dua.”

Entah kenapa Gavin dan Mikha selalu tidak berkutik akan keputusan sang putra. Mereka hanya bisa menerima.

Bagi Gavin, tabungannya sudah lebih dari cukup untuk kehidupan mereka di masa depan.

“Selamat, Krisna. Kau berhak atas kotak nomor satu,” ujar Arthur tersenyum. Kini pandangan matanya jatuh pada Tristan, “Tristan, karena kau tidak memilih, maka secara otomatis kau memiliki hak atas kotak nomor dua. Termasuk bertunangan dengan Kezia Devira.”

“Bukankah aku tidak memilih?” ujar Tristan sedingin es.

"Kenapa?"

"Kareka aku maunya jadi perintis, bukannya pewaris," ujar Tristan santai.

“Ok! Kalau kau tidak mau, maka kakek akan langsung menikahi Kezia Devira hari ini juga!”

Keputusan Arthur seperti tamparan telak bagi Kezia Devira.

Tanpa malu, Kezia langsung saja berlari kearah Tristan. “Tolonglah, aku tidak mau menikah dengan kakek Arthur. Bukankah kita hanya tunangan, bukannya menikah? Aku mohon kasihanilah aku. Selamatkan aku.”

Mengingat sang kakek yang egois, membuat Tristan tak tega.

“Apa bayaranku, jika membantumu lepas dari kakekku?”

“Apapun akan ku kabulkan, asalkan tidak menikah denganmu. Itu saja.”

‘Asalkan?’ Brengsek! Dia yang meminta tolong, tapi sekarang dia yang memberikan syarat? Apa dia pikir pantas menjadi pendampingku?

“Bagaimana, Tristan? Kau yang bertunangan dengan Kezia atau kakek yang menikah dengannya hari ini juga!”

“Aku memilih kotak nomor dua dan bertunangan dengan Kazia,” ketus Tristan kesal.

Kezia langsung bernafas lega.

Semua yang berada dalam ruangan saling berpandangan, terutama Gavin dan Mikha. Mereka sama sekali tidak menyangka, satu kalimat Kezia mampu mengubah keputusan pria yang berhati dingin itu.

Tristan Ludwig dan Kezia Devira bagaikan langit dan bumi. Kalau Kezia terlihat jelek dan menjijikkan, berbanding terbalik dengan Tristan.

Sejak sekolah dasar sampai kuliah, tiada hari tanpa surat cinta yang diterima Tristan.

Dari sekian banyaknya surat yang diterima, tak ada satupun yang dibaca. Semua berakhir di tempat sampah, di mana dia lewat.

Sedangkan Almira Lopes hanya bisa kecewa. Kenapa harus wanita buruk rupa itu yang menjadi tunangan Tristan? Kenapa bukan aku?

Arthur yang telah mempersiapkan semuanya secara matang, langsung menandatangani berkas pengalihan warisan saat itu juga. “Proses secepatnya.”

“Baik, Pak,” jawab sang notaris langsung pamit meninggalkan rumah keluarga Ludwig.

“Tristan, waktumu hanya tiga hari untuk meninggalkan rumah ini. Karena rumah ini merupakan asset Perusahaan yang nantinya resmi menjadi milik Krisna. Kau akan dipindahkan ke rumah tua, di mana kakek dan nenek tinggal saat merintis karir. Kezia Devira, kau juga ikutan pindah ke sana, tidak ada penolakan.”

“Bagaimana dengan kami, Yah?” tanya Gavin bingung.

"Apa salah kalau ayahku membeli rumah sendiri? Bukankah itu wajar? Lagian juga tidak menggunakan uang kakek, tapi murni hasil jerih payah ayah sendiri. Tak seperti orang lain, tahunya minta karena merupakan orang pilihan," ujar Tristan menyindir bibinya.

Kembali Arthur diam, dia tahu berdebat dengan Tristan tak akan membuatnya menang. Yang ada justru dia malu sendiri.

“Krisna, apapun yang terjadi, pastikan kakek tetap tinggal bersama kita. Kita membutuhkan kakek untuk kemulusan bisnis, juga pertunanganmu dengan Almira. Bukankah kau tahu, Almira sudah lama jatuh hati pada Tristan?” bisik Ezhar.

“Kakek tidak ikutan pindah, kan? Aku membutuhkan kakek di sini. Masih banyak yang harus ku pelajari dari kakek, karena mengurus Perusahaan sebesar itu tidaklah muda bagiku,” pinta Krisna.

“Bagaimana menurutmu, Tristan?” tanya Arthur.

“Tinggal saja dengan Krisna. Aku tidak mau berebutan wanita dengan kakek,” jawab Tristan menyindir.

“Oh ya, Tristan. Sebagai kompensasi, kakek telah merekomendasikan kau bekerja di Perusahaan FJ. Kau terpilih atau tidak, tergantung pada kualifikasi yang kau miliki. Kau tahu sendiri kan … bekerja di Perusahaan sekelas FJ bukanlah sesuatu yang muda. Ini rekomendasinya. Semoga sukses,” ujar Arthur dan memberikan selembar kertas.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kisah di Balik Waktu   81.

    "Menjadikannya pencuri hanya karena kecewaan kalian yang tidak masuk akal, saya tidak setuju. Merusak masa depan orang lain hanya untuk kepentingan pribadi, itu bukan tipeku," tegas sang manager yang memang sudah gerah dengan sikap Medi dan Nandito yang selalu seenaknya sendiri. Berasa restoran milik kepunyaan sang keponakan. Mata Medi membulat sempurna, dia tak percaya dengan pendengarannya. "Apa aku tidak salah dengar? Kau berani membantah ku hanya demi pria ini? Apa kau lupa akan konsekuensinya?" "Aku tahu konsekuensinya," jawab sang manager menantang. "Aku kasih kau satu kesempatan. Blokir akses keluar masuk pria ini, maka aku akan menganggap kesalahan mu kali ini tidak pernah terjadi," geram Medi emosi. "Maaf. Aku tidak bisa, Tuan," ujar sang manager tetap pada pendiriannya. "Kau?!" Nandito terkejut dengan penolakan tegas dari sang manager. Merasa terhina, Medi mengambil ponsel dari saku jasnya dan menelepon. Melaporkan sang manager pada keponakannya. Bagitu sambunga

  • Kisah di Balik Waktu   80.

    "Apa perlakuan seperti ini yang dinamakan tulus?" gerutu Ethan membersihkan sisa tumpahan anggur di kemejanya. Detik berikutnya dia menatap Tristan, "Maaf? Apa satu kata "maaf" bisa menyelesaikan masalah?" Medi yang mengira Ethan tidak puas dengan pelayanan Tristan melangkah mendekati Tristan. Tiba-tiba .... PLAKKK !!!! Telapak tangan Medi mendarat tepat di pipi kirinya, darah segar mengalir dari sudut bibir seksinya. Meskipun geram dengan kelakuan Medi, tapi tak ada yang dapat dilakukan Ethan, selain menunggu, sesuai instruksi Tristan. "Aku membayar mahal agar kau melayani Tuan ini dengan baik! Tapi apa yang kau lakukan? Kau justru membuat pakaian mahalnya kotor, Brengsek!" cetus Medi emosi. "Minta maaf sekarang juga pada Tuan ini, Tristan!" hardik Nandito kesal. "Minta maaf? Salahku di mana?" ujar Tristan memancing keadaan. "Meskipun kau bukan pelayan di sini, percaya atau tidak, saya bisa membuat mu tak bisa memasuki restoran ini! Kau tahu artinya?" bisik Medi kesal.

  • Kisah di Balik Waktu   79.

    Penasaran dengan sosok yang hampir membuat usaha sang ayah bangkrut, membuat Nandito menarik sang ayah menuju ruangan privat 001."Ikutlah mereka, Tristan. Terima kasih banyak atas bantuan mu hari ini. Oh ya, satu pesanku berhati-hati lah dengan mereka. Mereka suka seenaknya sendiri," ujar sang manager pelan sambil menyerahkan pena dan daftar menu ke tangan Tristan."Apa Anda takut sama mereka?" tanya Tristan penasaran."Bukannya takut pada mereka, lebih tepatnya takut kehilangan pekerjaan.""Kehilangan pekerjaan? Apa hubungannya? Bukankah restoran ini bukan milik keluarga Medi?""Anda benar, sayangnya direktur yang menjabat saat ini merupakan keponakan Tuan Medi. Itulah kenapa mereka selalu seenaknya saat berada di restoran ini."Tristan menganggukkan kepalanya, kemudian meninggalkan sang manager. Sepertinya aku memilih restoran yang tepat.Ada seulas senyum terbentuk di wajah tampan Tristan.Sedikit berlari, Tristan mengejar Nandito dan Medi.Begitu sampai tujuan, Tristan langsung m

  • Kisah di Balik Waktu   78.

    "Apa mungkin ini ada hubungannya dengan Perusahaan Drust? Bukankah proposal Tristan menarik perhatian pimpinan tertinggi Perusahaan Drust?" ujar Nandito ragu-ragu."Kau jangan mengada-ada! Siapa Tristan? Siapa Kezia? Sampai-sampai Perusahaan Drust harus turun tangan? Bukankah pembatalan semua proyek juga tak memberi alasan jelas? Lagi pula mana pernah Perusahaan Drust ikut campur dalam hal seperti ini?" gerutu sang ayah kesal campur cemas.Ketegangan semakin mencekik, ketika sang asisten memberi kabar, kemungkinan bukti-bukti mengenai perusahaan cangkang miliknya telah sampai ke tangan polisi.Namun, keraguan itu hanya sesaat. Mengingat kalau semua bukti telah dimusnakan langsung tanpa orang ketiga, jadi sangatlah mustahil kalau pihak kepolisian bisa menemukan bukti. Mereka bisa saja curiga, tapi tanpa bukti semua tak ada artinya.Ya! Begitu perusahaan mengalami krisis, Medi langsung antisipasi dengan menghilangkan semua bukti tentang perusahaan cangkang, karena perusahaan itu satu-sa

  • Kisah di Balik Waktu   77.

    Pria yang semula berdebat dengan Tristan melangkah mendekati orangtua tunangan wanita dan berkata tegas, "Apa kalian yakin mereka dijebak? Dengan kekuasaan yang dimiliki Nona Muda keluarga Dawson, bukankah mudah untuknya membalikkan keadaan? Orang yang membayar dua wanita itu sudah pasti mereka.""Kalian jangan menuduh tanpa bukti akurat, karena dalam hal ini kami juga korban. Kenapa kalian menghakimi kami, semua yang terjadi hasil rekayasa?" protes Kezia kesal.Tiba-tiba pria itu mengambil sesuatu dari saku jas bagian dalam. "Mau bukti, kan? Ok! Aku kasih!" ujar pria itu sambil melemparkan foto-foto Tristan dan Kezia lagi bermesraan."Tidak! Ini bukan kami! Ini hanya hasil editan semata," ujar Kezia ketakutan sekalian bingung.Tangan Tristan terkepal erat, berusaha keras menahan amarahnya. Meskipun bukan foto syur, tapi melihat wajah Kezia yang ketakutan membuat Tristan marah."Silahkan lihat dan putuskan sendiri. Apa foto itu asli ataukah editan," ujar pria itu, Nandito.Tristan mem

  • Kisah di Balik Waktu   76.

    Tiba-tiba Tristan berdiri dan mengebrak meja dengan keras.BRAKKK !!!"Tristan ... Tristan ... apa kau pikir dengan mengebrak meja terus bisa mengubah kenyataan? Tidak! Kau tak lebih dari gigolo! Sedangkan si jelek itu? Tidak lebih dari wanita yang haus laki-laki," ujar pria itu tersenyum mengejek. Detik berikutnya dia menatap Kezia, "Sudah berapa pria yang kau tiduri? Oh ya ... berapa kau membayar mereka sekali melayani mu?" pria itu tersenyum mengejek, dia sama sekali tak merespon gebrakan meja Tristan.Melihat wajah Tristan yang tak biasa, Kezia memilih mengikuti sang suami turun dari podium. Dia tak ingin Tristan bertindak gegabah dalam bertindak."Aku mohon, Tristan. Kendalikan amarahmu. Pria itu sengaja memancing emosi mu," bisik Kezia khawatir.Diamnya Tristan justru membuat Kezia semakin khawatir."Menghinaku dalam bentuk apapun, silahkan! Aku sama sekali tak keberatan. Namun, satu hal yang tak bisa aku kompromi, karena kau telah menghina wanita ku, Brengsek! Minta maaf pada K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status