"Apa? Menghancurkan pewaris keluarga Dawson? Apa kalian sudah gila?" teriak pria itu murka."Maaf, Pak. Sejujurnya kami tidak ingin melihat mereka hancur, tapi Tristan benar-benar menyakiti kami sebagai keluarganya. Demi menikahi Kezia, dia memutuskan hubungan kekeluargaan dengan kami," jawab Krisna menunduk sedih."Benar, Pak. Itu alasannya kenapa aku ingin melihat mereka berdua hancur. Dengan begitu, mereka akan tahu di atas langit masih ada langit," ucap Helena."Baiklah. Mana proposalnya?" tanya pria itu menatap Krisna."Proposal?" tanya Krisna mengerutkan keningnya, bingung.Pria itu menatap Atlas, "Apa kau tak memberitahu mereka, bagaimana caraku membantu?""Bukankah aku memintamu menyediakan proposal terbaik? Proposal yang bisa menguntungkan? Mana proposalnya, Krisna?" tanya Atlas.Meskipun bingung, tapi Krisna tetap memberikan proposal yang dikerjakannya selama beberapa hari. "Ini proposalnya."Atlas langsung menyerahkan proposal itu kepada pria itu.Pria itu membaca proposal
***Helena menatap sekelilingnya, "Apa kau tak salah alamat, Krisna? Ini perumahan elit Lo. Tak semua konglomerat bisa membeli rumah di sini.""Gak mungkin salah, Nek. Kalau salah, tak mungkin satpam mengizinkan kita masuk. Tahu sendiri kan untuk masuk ke komplek ini susahnya minta ampun," ujar Krisna membela diri."Sepertinya Krisna tidak salah, Bu. Kalau tidak, pasti kita sudah berakhir di kantor polisi," ujar Ezhar setuju dengan putranya.Zaskia menatap rumah mewah yang berdiri kokoh di depannya, "Apa ini rumah Atlas?""Ini bukan rumahku, Tante," ujar Atlas yang tiba-tiba saja muncul dari balik pagar."Terus ini rumah siapa? Kenapa kau mengajak kami bertemu di sini?" tanya Helena bingung."Kalau kalian tidak ingin terus-terusan berada di bawah keluarga Gavin, maka pemilik rumah ini adalah solusinya. Beliau memiliki kekayaan yang jauh lebih besar dari keluarga Dawson," ucap Atlas tersenyum."Benarkah?" tanya Helena kegirangan."Benar. Mudah-mudahan beliau mau bekerjasama dengan peru
"Wanita tercantik di kota ini, tapi kalah saing sama gadis jelek? Apa kata orang nantinya, Almira? Itu benar-benar memalukan!" ujar Krisna memanas-manasi."Terus bagaimana denganmu?""Bersamaku, tapi hatimu tetap menjadi milik orang lain. Bukankah itu lebih menyakitkan?"Almira tak menjawab, dia langsung meninggalkan ruang privat itu tanpa pamit. ___Keesokan harinya, Tristan menemani Kezia mengunjungi perusahaan FJ."Ngapain Lo di sini, ha? Apa kau mau menunjukkan kalau sekarang Tristan sudah menjadi milikmu? Percuma, kami memang menyukai pria cakep, tapi kalau kereh, aku ma ogah!" ketus Vika kesal sendiri, mengingat dia kalah saing."Sampah seperti kalian, sama sekali tak layak berada di sini! Pergi dari sini, Brengsek!" hardik Lena murka."Sudah jelek, nyusahin lagi. Kau benar-benar paket komplit, Kezia! Sudah benar yang dilakukan Bos Atlas, memecatmu!" ujar Nita menunjuk kasar dada Kezia."Sebaiknya ubah sikap kalian, kalau tidak perusahaan terpaksa akan memecat kalian semua," uj
"Pasti korban perjodohan.""Perjodohan ... perjodohan ... tapi kira-kira dong, masa cowoknya sempurna bak pangeran. Ceweknya? Buruk rupa.""Pasti wanita ini orang kaya, kalau tidak? Mana mungkin pria tampan ini mau menikah dengannya?""Tampan, tampan, kalau mata duitan sih aku ogah. Apalagi gak modal."Meskipun berupa bisikan, tapi dapat didengar jelas oleh Tristan maupun Kezia.Mereka langsung diam membisu, ketika Tristan memajukan kepalanya mendekati wajah mereka."Apakah ada aturan, seorang konglomerat dilarang keras untuk menikahi pria atau wanita dari golongan kelas bawah?" Seperti di komando, mereka langsung menggelengkan kepalanya."Apakah ada juga aturan kalau pria tampan, maka harus mendapatkan pasangan yang cantik? Begitu? Bukankah tidak? Tapi itu masalah hati!" ujar Tristan pelan, tapi penuh tekanan."Maaf, Pak, Bu. Bos Anjas telah menunggu di ruangannya, di lantai dua puluh lima," ujar resepsionis mengalihkan percakapan. Dia merasa Tristan bukan pria biasa, berdebat lebih
"Maaf, Nona Muda. Namun, saya tidak setuju jika perusahaan FJ diberikan pada pria itu," menunjuk Tristan, "Walau perusahaan FJ terbilang kecil, tapi itu juga merupakan hasil jerih payah almarhum Tuan Robert Dawson, Kakek Anda, Nona Muda," ucap Anjas. Kezia mengerutkan keningnya, "Kata siapa pemisahan perusahaan FJ untuk diberikan pada Tristan?" "Bukankah Nona Muda baru saja meminta saya mengatur pemisahan perusahaan FJ dari perusahaan Dawson?" "Perasaan aku hanya mengatakan, memisahkan perusahaan FJ dari perusahaan Dawson. Tapi, aku tak pernah mengatakan akan menyerahkan perusahaan FJ pada suamiku," protes Kezia. Anjas tersenyum lega, "Kalau tetap menjadi milik Nona Muda, saya setuju. Saya akan segera menyiapkan dokumen nya, besok Nona Muda tinggal menandatangani berkasnya." Setelah mendengar seluruh rincian permintaan Kezia Devira, Ronald Jansen dan Anjas Aryasatya pamitan pulang. "Apa kau curiga salah satu dari mereka merupakan sosok yang tak ingin kau kembali?" tanya Trist
***Anjas Aryasatya langsung kembali ke Indonesia, ketika mendapat kabar dari Ronald Jansen, kalau pewaris sah keluarga Dawson telah kembali."Apa benar kau telah menemukan Nona Muda, Jansen?" tanya Anjas dan langsung mengguncang pundak sahabatnya."Benar, Nona Kezia Devira Dawson telah kembali, Anjas.""Setelah penantian panjang, akhirnya Nona Muda kembali. Ini benar-benar amazing," ujar Anjas penuh haru."Kau benar. Tapi," Jansen tak meneruskan kalimatnya."Nona Muda kembali, kenapa kau terlihat sedih?" tanya Anjas bingung melihat ekspresi wajah sahabatnya."Percaya atau tidak, tapi aku merasa ada yang salah dengan keputusan ku ini. Aku merasa kembalinya Nona Muda, justru akan membahayakan nyawanya.""Maksudmu apa, Jansen?""Entah kenapa hati kecilku selalu mengatakan, kalau pria yang dibunuh oleh almarhum Tuan Robert Dawson, bukanlah sosok yang mengincar warisan keluarga Dawson. Sepertinya pria itu hanya dijadikan kambing hitam untuk membuat almarhum lengah," ujar Ronald Jansen ham