Aira mengiris kentang sambil duduk bersila di atas karpet menonton TV. Beberapa maid muda berbisik-bisik melihat tingkah gadis itu. Mungkin bagi mereka yang sering bekerja di dapur seperti para chef profesional, memasak sambil berdiri, apa yang dilakukan Aira terlihat aneh.
Namun tidak buat Ibu. Beliau membawa sayur-sayuran segar basah dalam baskom, ikut duduk di sebelah Aira. "Bagaimana, apa benar dia selingkuh?" Maksud Ibu, tokoh di film drama yang dia tonton bersama menantu.
"Tidak Bu, itu gadis guminho baik kok, cuma tadi yang cowok cakep itu ternyata cowok dari masa lalunya, begitu. Cowoknya yang jahat."
Ibu mengangguk, fokus pada TV tapi tangannya sibuk mematahkan kacang panjang. "Cantik saja tidak cukup. Seorang wanita juga harus pintar. Contohnya si gadis guminho, bego sekali dia sampai bisa diakali sama cowok jahat. Kasihan cowok baik."
Aira tersenyum kecil mendengar ucapan beliau. Sekarang Aira tahu dari mana Bayu sering memanggil oran
Setelah Bayu kabur memakai motor, Cecil berhasil membuat para fans Bayu mundur. Ia memandang mereka seperti harimau kelaparan. "Puas kalian? Ganggu orang saja!" "Eh, Mbak!" sahut seorang gadis fans. "Tahu diri dong, Kak Bayu sudah punya istri. Kegatelan banget sih, jadi cewek!" "Kalian jahat!" bentak Cecil, lalu mencoba memasang air mata buaya. "Kalian tahu kan, itu setingan. Kenapa kalian tidak mau mengerti?" Para fans menanggapi dengan menghujat Cecil. Tiada dari mereka rasa simpati apa lagi menolong Dengan geram Cecil masuk ke rumah syuting. Kesal dia duduk di kursi lipat sambil meminum jus jeruk kesukaannya. "Sudah lah, tidak usah dipikirkan," ujar Dewi yang duduk di kursi sebelah Cecil sibuk bermain HP. "Cil," tegur Esmeralda, menghampiri dari samping. "Kamu tuh cantik banget loh, coba cari cowok lain saja. Seperti Sutradara, masih singel, tuh. Mungkin dia bisa menjadi tambatan hati pengganti Bayu." Entah serius
Udara lembut malam mendayung masuk melalui pintu yang dibuka menebar sejuk pada kulit wajah Bayu. Cahaya lampu menerangi ruang tamu. Dia duduk di sofa berselonjor kaki sambil membaca pesan-pesan yang masuk dalam akun sosial media miliknya. Suara drama Korea menggema dalam hening. Sesekali dia mengintip Aira yang duduk bersila kaki memangku bantal di sofa ruang keluarga. Begitu serius raut wajah gadis itu menonton TV sambil mengemil jamur goreng. "Aira, bagi sedikit camilannya." Gadis itu bungkam. "Bawa sini dong," lanjut Bayu. "Emang aku babumu, apa?" Bayu hendak marah tapi urung. Dia paham gadis itu sedang ngambek. Kesalahannya juga tadi bersikap kasar. Padahal dia ingin merayu Aira, membuat gadis itu bahagia sebelum diajak diskusi guna membicarakan kontrak. Bayu merasa jika Aira adalah gadis yang cocok menjadi ibu dari anak-anak mereka kelak. Tetapi sekarang semua kembali ke titik nol karena kedatangan Cecil.
Cahaya matahari memantul di air kolam jernih. Suara riak kecil terdengar nyaring. Kai menepi di dalam kolam, naik untuk duduk di tepian. Kedua kaki setia bermain air dingin ketika dia menikmati lemon tea. Dia baru selesai berenang beberapa menit. "Waduh, segar banget habis renang minum es." Ana duduk di kursi santai di sebelah kolam, menaruh tas ransel ke meja bundar tak jauh dari posisi kursi berada. Kehadiran gadis itu membuat kedua alis Kai terangkat tak percaya. "Ana? Ada apa? Tumben ke mari." "Maaf Tuan," ucap seorang gadis maid muda, membungkuk. Wajahnya panik. "Tadi saya sudah menyuruh Mbak Ana untuk menunggu di ruang tamu, tapi beliau nekat langsung masuk, saya tidak bisa menghentikan--" "Tidak apa-apa," jawab Kai. "Nona Ana sahabatku, bisa masuk kapan pun dia mau. Tolong buatkan minum untuk Ana, ya." Kai memberi kode gerak kepala supaya maid segera pergi. "Kapan-kapan ikut renang boleh, tidak?" celetuk Ana. Kai menyambut perbi
Musik game Iphone mendominasi dalam kamar ber-AC. Aira terlentang seperti biasa di kasur bawah, sementara Bayu menguasai kasur atas, tidur miring sambil menopang kepala. Aira punya kebiasaan buruk ketika lepas kendali, baik ketika menonton TV atau bermain game. Dia sering tak sadar mengeluarkan suara hah hah hah seperti guguk lelah, lalu selalu mengulang kalimat yang dia dengar. Seperti sekarang. "Give life to magic, not magic to life." Wajahnya begitu serius. "Lightning ... strike! Yes, savage!" Bayu cekikikan mendengar semua itu. "Kek bocah kecil yang lagi senang-senangnya main game." "Berisik." "Tapi suaramu manis juga ya, apalagi kalau, hah hah hah." Bayu cekikikan. "Bawel banget sih?" Sesekali Aira mengintip, tidak enak juga jika ada mata yang mengawasi, walau itu Bayu sekalipun. "Ngapain lihat-lihat?" "Ya ngapain?" "Lihatin terus, noleh ke tempat lain bisa enggak?" Bayu menggeleng.
Bayu menggeleng memandang Kevin. Dia tidak suka kebersamaannya dengan Aira ternoda oleh kehadiran cecunguk itu. Lagi pula biasanya di hari libur dia bermain bersama Lukman, ini jarang terjadi/ "Haduh, ngapain sih dia datang," gumam Bayu, membuat Aira menyenggol lengannya. "Kangen mungkin sama kamu. Apa kurang kerjaan?" Gara-gara Kevin acara senam terganggu. Bocah itu datang dengan wajah panik, serius, dan semangat menggebu-gebu. Sebagai sahabat dan tuan rumah yang baik, tentu Bayu menyambut dengan tangan terbuka. "Ada apa?" tanya Bayu. "Mana Lukman? Kalian bertengkar lagi?" Levin menggeleng. "Itu loh, si Lukman! Lukman anu! Anu Lukman anu, itu anu--" "Anu anu apaan anu?" sambung Aira badannya bergetar menahan tawa. "Eh, kalau ngomong tuh yang baik, otakmu jangan ngeres!" "Siapa yang ngeres, Nona Plak! Ini serius!" "Sudah sudah, kami mandi dulu, bau keringat nih. Kamu duduk dulu, gih." Bayu menarik kursi di teras,
Bayu kurang senang melihat Kai. Terlebih ketika pemuda itu sengaja duduk di sebelah Aira. Padahal kursi di sebelah Bayu kosong dan sekarang diduduki Efendi. Terlalu banyak orang di sekitar membuatnya harus menjaga image sebagai sosok ramah, murah senyum. Terlebih di hadapan Mimi, selebgram terkenal asal Indonesia. Mimi duduk di depan Bayu tepat di sebelah Sasa dan Lukman. Ia mengamati Bayu sambil tersenyum kecil, menggeleng pelan. "Enggak sangka bisa bertemu youtuber sepertimu, di tempat seperti ini. Sumpah, nih kesempatan sekali dalam seumur hidup." "Kenapa emangnya?" selidik Sasa. "Ya kamu ingat, ada cewek cadel yang ..." Mimi menirukan suara gadis cadel dengan tingkah sombongnya. "Hai guys, girls, kita makan di blablabla, kampungan." Bayu terkekeh mendengar canda Mimi. "Sama, aku juga tidak menyangka kalau temanmu Sasa, pacarnya Lukman." "Astaga, belum, kami belum pacaran," jawab Lukman. "Masih dalam proses." Ia menggenggam te
Tiada suara lain kecuali langkah sepatu seorang satpam kurus berkumis tebal dan deruh suara AC yang terdengar. Bayu duduk di kursi lipat keras sambil memandang meja kerja di ruang sekuriti. Ia mengangkat kepala mendapati sosok satpam gendut duduk bermain kumis. Udara dingin tak membuat hati tenang terutama ketika mendapati banyak orang mengintip melaui kaca jendela di luar sana. Dalam keadaan seperti ini, Bayu memilih menunduk. Dia harus menujaga image, mengurangi ucapan supaya tidak dipelintir atau disalah artikan. Diam adalah emas. "Jangan dikira Artis terus bisa bertindak sesuaku sendiri." Satpam kurus menaruh segelas teh hangat ke meja lalu memandang empat gadis yang duduk berjajar di kursi panjang belakang Bayu. "Masuk ke toilet wanita, melawan para wanita? Entah kamu ini bodoh atau--" "Pansos," ujar satpam muda yang duduk santai di kursi belakang pintu sambil mainan HP. "Seperti enggak hapal tipe-tipe artis seperti mereka. Lah kasarannya sedang sakit saja
Senyum Kai begitu lembut dalam layar Iphone yang Bayu pegang. Suaranya pun terdengar santai. "Tidak enak bicara melalui video call. Bisa bertemu di tempat biasa?" "Malam-malam?" tanya Bayu. Kai mengangguk. "Apa Aira diajak?" lanjut Bayu. "Itu terserah kamu saja, dia kan istrimu. Kita bicara di sana. Aku tunggu, cepatlah datang." Seketika setelah bicara itu, tanpa menanti reaksi Bayu, Kai menyudahi video call. Bayu merenung memandang rerumputan di taman depan rumah. Kenapa Kai tak melarang untuk mengajak Aira? Selama ini mereka jarang bicara langsung kalau tidak ada urusan penting. Sekarang Kai mengajak bertemu langsung. Kira-kira Kai hendak membicarakan apa? Ia bangkit menaruh Iphone ke meja di ruang tamu lalu mengambil jaket tebal, menutup rapat pintu rumah. Dengan memakai motor sport Bayu pergi menuju tempat pertemuannya dengan kai. Tak butuh lama motor membawanya sampai ke lahan parkir di dekat daerah Suram