Share

Bab. 2 Perkenalan Pertama.

Author: Prima_Alpi
last update Last Updated: 2023-09-05 10:19:03

"Alara sayang," panggil Tante Alesha.

Sampai sesaat Tante Alesha datang menghampiri sembari mengibas kipas andalannya.

"Ya, Tan." Aku memutar kursi menghadapnya.

"Ternyata apa yang Roy bilang benar," ucapnya singkat.

Aku mengerutkan kening??

"Tentang cowok yang memperhatikan kamu seminggu ini?" Ucap Tante Alesha tanpa basa-basi.

Aku Terdiam kaget!

"Dia berani bayar lebih mahal budget yang kita tentukan." Rayunya.

Aku dan Roy berpandangan??

"Dandan yang cantik yah, sayang. Dia nunggu kamu di hotel Mawar lantai sepuluh!" Ucapnya jelas.

***

Puncak dari segala kegilaan ini adalah ketika aku harus dihadapkan dengan sesuatu yang kubenci berhadapan dengan lelaki yang mampu membeli bukan hanya kemewahan tapi juga harga diri.

Sekali lagi aku bertekuk lutut dihadapan lelaki, rela melebarkan kaki hanya agar rekeningku penuh terisi.

Membiarkan orang asing menyentuh tubuh ini tanpa permisi, merias diri dari ujung kepala sampai kaki, tak peduli meski remuk-redam di dalam hati.

Kutanggalkan mantel yang menjadi luaran saat kulihat lelaki itu mulai

Duduk di bibir ranjang. Dia menatap sejenak, lalu memalingkan pandangan.

"Tunggu," ucapnya sebelum aku menunduk untuk melepas jaket yang dia kenakan.

"Bisa kita bicara sebentar?" Ucapnya singkat.

Aku hanya mengedikkan bahu sebelum duduk di sisinya.

"Sebelumnya perkenalkan nama saya Arga." Dia memperkenalkan diri tanpa menatapku.

Aku memutar bola mata, dan menghela napas.

" Oh, Om Ganteng. Siapa juga yang peduli dengan namamu?" Cetus Alara jutek.

Dia terbungkam keheningan. Yang memuakkan memenuhi ruangan

Sebenarnya aku benci lelaki yang terlalu aktif, tapi aku juga tidak suka yang pasif.

Sial, aku tak punya banyak waktu untuk ini.

Akhirnya aku memutuskan untuk memulai duluan, setelah bangkit dari ranjang aku berdiri tepat dihadapan, lalu mendorong bahu lebar itu hingga setengah terlentang.

"Sebentar!" Dia menahan kedua sisi tubuhku.

"Kamu salah paham, bukan jasa semacam ini yang saya inginkan." Ucapnya cepat.

"Terus?" Aku beranjak, lalu lipat diatas dada.

"Di dalam koper ini ada cash 1 miliar sebagai uang muka. Saya ingin kamu menandatangani kontrak untuk setahun kedepan." Jelas katanya.

Setahun ke depan?!" Aku membeo.

"Ya, aku punya istri, dan butuh anak." Ucapnya cepat.

Aku tersenyum miring, sudah kuduga dia berbeda. Ternyata bajingan tampan ini menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar kesenangan semata, melainkan ladang untuk menanam benihnya.

"Dengan penampilan seperti itu seharusnya kamu tak berakhir di tempat seperti ini," suara berat itu memcahkan keheningan saat aku temgah bergelut dengan pikiran karena kembali diharapkan dengan uang yang bisa datang dengan instan.

"Kalau kecantikan memang subuah keuntungan, karena uang nggak bisa datang hanya dengan dipandang?" Kuajukan pertanyaan yang membuat si tampan sejenak terdiam.

"Setidaknya kamu punya pilihan," lanjutnya.

"Tapi nggak punya cukup kesempatan." Ucapnya.

"Seandainya kamu diberikan satu kali lagi kesempatan, akankah kamu bersedia untuk keluar dari lingkaran setan,?" Jelas katanya

.

"Tergantung kesempatan macam apa yang diberikan. Kalau cuma 1 Miliar dalam setahun aku juga bisa menghasilkan, tanpa perlu menggadaikan rahimku pada orang." Cibirku.

"Selain uang, komitmen mungkin bisa membawa perubahan." Tanyanya.

"Komitmen?" Aku nyaris tertawa dibuatnya.

"Anda pikir hanya dengan melayani satu orang lelaki, dalam satu tahun hidupku bisa berubah sepenuhnya," tanyaku.

" Mungkin?" Pikirnya.

Aku hanya tersenyum miring.

"Kalau anda sendiri nggak mungkin bagaimana bisa aku percaya?" Aku merasa tak percaya.

"Aku beranjak dari ranjang, lalu mengnakan kembali mantel yang semula ditanggalkan. Bersiap untuk keluar.

" Saya tambah jadi 2 Miliar. Sisanya setelah kontrak kita selesai." Ucapnya kembali.

Langkahku terhenti sebelum mencapai ambang pintu. Aku menatapnya dengan alis bertautan.

"Kenapa anda sangat bersikeras ingin menanam benih didalam ladang yang sudah sering dibajak orang." Tegasku.

"Karena istri saya sendiri yang memintanya," ucapnya terkekeh.

***

"Bentar, amat Al. Belon ada setengah jam dia lemah syahwat emang?"

Kutatap nyalang roy yang baru saja mendapatkan di kursi yang tak terisi.

" Kita cuma ngobrol," jawabku sekenannya.

Mata Roy membelalak lebar.

" Dia bayar mahal cuma buat curhat doang?!" Kaget Roy.

Aku menghela napas, lalu memutar-mutar kartu nama yang lelaki itu berikan bila suatu saat nanti aku berubah pikiran. Akhirnya pertanyaan itu tak terjawab fan berlalu begitu saja.

"Roy," kupanggil anak kandung Tante Alesha yang juga sahabatku itu, setelah beberapa sesi keheningan.

"Hmmm.." dia menaikkan alis dan melikku hanya dengan sudut mata.

"Misalnya nih, ada yang mau kasih lo duit 1 Miliar, mau lo pake buat apa?" Pertamyaan itu kuajukan dengan bumbu perumpamaan.

Roy benar-benar menatapku dan mengernyitkan dahi.

"Yaudah jelas buat buka usaha lah, atau investasi jangka panjang." Jawab Roy singka.

"Contohnya?" Tanyaku.

"Buka panti pijat plus-plus, misal." Jawabnya.

Aku menatap datar lalu menoyor kepalanya setelah itu.

"Oh, c' mon, beb, di zaman serba mahal ini, cuma perlaunte-an yang

Menjanjikan.

"Kalau yang halal,"ucapku ragu.

" Halal?" Dia terbaahak setelahnya.

"Astaga Alara, bisa-bisanya lo bahas bisnis halal saat kita lagi ada di rumah bordil, terus hadep-hadepan sama minuman yang memabukkan," cibirnya.

" Emang salah gue minta saran sama orang kayak lo," aku mendengkus lalu melipat tangan.

"Nggak usah baper, Beib. Lagian longajuin pertanyaan aneh, ke duit 1 Miliar beneran bisa datang dalam satu malam." Ucapnya aneh.

"Beneran ada tapi dengan segala konsekwensinya." Ucapku serius.

"Serius? Emang ada yang nawarin, enggak sangka, ternyata apem lo bisa seharga mobil mewah." Percaya nggak percaya.

"Nggak gitu konsepnya," untuk kesekian kalinya aku menoyor kepalanya.

"Lah terus," tanyanya penasaran.

"Ada yang mau nanem benih di rahim gue

Udah termasuk pupuk sama perawatan, belum lagi dikasih duit pemeliharaan dan sewa tempat. Menurut lo apa semuanya sepadan?" Tanyaku serius.

" Sejak kapan lo punya kebon?" Candanya.

"Tolol." Kugaruk rambut yang tak gatal. "Itu semua perumpamaan, intinya dia mau sewa rahim gue buat mengandung anak.

Dia sama bininya." Seriusku.

"Oalah, Kenapa lo nggak bilang dari tadi? Udah tahu IQ gue pas-pasan." Katanya.

"Au ah."aku hiraukan.

"Kalau menurut gue nggak sepadan, Al. Hamil itu nggak gampang, belum taruhannya nyawa. Lagian buat apa sih duit 1 Miliar? Kurang dari setahun aja lo bisa dapet." Sarannya.

Aku tertegun.

"Sisi terjahat dalam diri gue mulai mengambil alih, Roy. Saat dihadapkan dengan duit lebih, yang da dalam pikiran cuman menyingkirkan beban, beban yang selama ini membelenggu. Beban yang sampai detik ini belum bisa gue lepaskan." Sedihku.

Roy mengulurkan tangan, dia meremas bahuku yang selama ini berdiri kokoh meski berkian kali diterjang kerasnya kehidupan.

"Kalau selama ini Bu Nita, dan Nani itu beban, kenapa dari awal lo nggk tinggalin mereka? Lo punya hak untuk itu, Alara. Karena nggk ada darah yang mengikat kalian."sarannya.

Mataku memanas saat menyaksikan Roy sudah menangis dalam pelukkan.

"Lo udah kuat sejauh ini, Ala. Lo hebat jangan pernah menyesal menebar kebaikan semua yang udah lo lakukan pasti ada timbal baliknya." Ucapnya yakin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   bab 71 Candamu

    "Sebenarnya saya lebih suka main tarik-menarikan Lingerie." "Uhuk, ohok, huek!" Batuk Arga semakin parah saja, dia bahkan lari sampai ke wastafel terdekat."Lah, batuk, pak haji?" Cibirku."Diam, Alara," sentak Arga.Aku terkekeh geli saat saat mendengar Arga saat meneriakiku.***Tak terasa hari yang di nanti Nila akhirnya tiba juga. Dimna hari yang selama ini di nantikan yaitu pulang kampung. Dan cuti untuk sementara waktu. Membawa oleh-oleh yang sejak sipersiapkan jauh-jauh hari."Ingat pesan-pesan saya, ya, Mbak. Untuk menjadi istri yang berbakti h- hmmpt." Kujepit mulut Nila dengan jari."Iya, iya, sana pergi. Nila menenepis tanganku dengan bibir mengerucut lima senti."Jadi, ngusir? Ya udah, deh. Pamit, ya, Pak, Mbak. Ucap Nila sembari menyalami tangan Alara dan Arga."Ya, hati-hati," sahut Arga sembari membantu memasukkan tas Nila kedalam taksi.Lambaian tangan kami mengiringi kepergian Nila. Setelahnya kutatap Arga senyum dengan penuh arti."Berhenti menatap saya dengan eks

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   bab 70 Membayangkan

    "Bu Amelia?" Tanyaku hati-hati.Dia menatapku lama, sebelum tersenyum dan mengangguk mengiyakan."Ada paket nyasar tadi." Aku menyodorkan kotak paket yang di bawa."Oh, iya. Makasih banyak." Dia tersenyum sumringah sembari mengambil alih paketnya."Sama-sama. Sekalian kenalin, saya Alara. Baru pindah sebulan lalu." Kuulurkan tangan setelahnya.Dia menyambut uluran tanganku setelah meletakkan paketnya di bawah. Tampak sopan dan ramah sekali.Kami bejabat tangan. Menatap langsung kedalaman masing-masing."Saya Amelia. Lain kali mampir, ya. kebetulan kami cuma tinggal berdu sama suami. Itupun beliau pulan tiap enam bulan sekali." Ucapnya lembut."Loh, emang suaminya kerja apa, Bu? Maaf kalau saya lancang." Tanyaku."Suami saya pelaut, Mbak. Nahkoda kapal." Jawabnya dengan senyum kecilnya."Wah, pantesan. Siap-siap. Saya nanti sering mampir. Kalau begitu saya pamit dulu, yah." Pamitku padanya."Iya, iya, Mbak. Sekali lagi terimakasih, ya. Aneh memang, paket saya sering banget nyasar." Kat

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam    Bab 69 Sama-sama Merindukan

    Sejenak Naya diam memikirkan ucapan dari ibunya tersebut, memang Ibu Riska. Sangat sinis sikapnya, apalagi terhadap Alara. Rasa benci terhadap Ibunya Alara membuat Bu Riska sampai saat ini tak bisa melupakan masa lalunya tersebut."Dulu Ibu sangat membenci Ibunya Alara ketika Ibu ada di posisi kamu saat ini, ketika Ayahmu menemui wanita itu perasaan Ibu tak bisa tertahankan rasa sakit yang harus di lalui setiap hari karena perlakuan Ayahmu dengan wanita jalang itu. Oleh sebab itu Ibu selalu khawatir dengan keadaan kamu saat ini, dan Ibu selalu menegaskan kepada kamu agar sikap kamu bisa tergas terhadap Arga dan Alara. Jangan sampai wanita jalang itu menguasai Arga seutuhnya." Ucap Bu Riska dengan penuh kebenciannya."Bu. Aku tidak tahu kalau semua akan berlanjut seperti ini, ku kira Mas Arga akan meninggalkan Alara setela Alea lahir. Tapi ternyata hubungan mereka masih berlanjut sampai sekarang ini, dan aku tidak bisa berbuat apa-apa karena aku tidak ingin kehilangan Mas Arga." Lirih

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 68 Antara Rindu Dan Cemburu

    Saat ku buka mata ternyata matahari sudah bersinar terang, tak terasa karena sepanjang malam kami lewati bersama dengan melepas kerinduan dengan kemesraan. Aku segera bangkit dari tempat tidurku kemudian membersihkan diri setelah selesai mandi saat ku sisie dan rambutku Arga terbangun. "Pagi sayang." Ucapnya memelukku dari arah barlakang saat aku menyisir rambutku di depan kaca rias. "Hemm!! Ternyata bangun juga juragan!" Ledekku. "Gimana semalam apakah kamu merasa puas!" Bisiknya di belakang telingaku."Apaan, sih!" Aku mencubit pipinya dengan berbalik badan ke arahnya."Maafkan aku, aku membuat kamu bahagia itu hanya sesekali saja, bahkan aku selalu tidak ada mungkin di saat kamu butuhkan." Ucapnya mengusap rambutku yang masih basah. "Iya, kadang aku selalu berpikir, kok gini banget hidup aku yang harus berbagi suami dengan wanita lain." Aku menundukan kepalaku. "Suatu saat nanti aku pasti milikmu seutuhnya, dan kita akan bersama-sama di setiap malam yang berganti." Arga memelu

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 67 Berakhir Dengan Kemesraan

    "Aku datang ke sini izin sama Naya, kok. Dia izinin aku untuk nemuin kamu." Ucapnya."Iya, aku tahu, Naya akan selalu mengiyakan tapi apakah kamu tahu dalam hatinya bagaimana? Dan apakah ikhlas itu benar-benar ada di hati Naya!" Aku bertanya membuatnya terdiam."Sebaiknya kamu segera lepaskan saja aku, Ga." Lanjutku membuatnya menatapku serius. "Apa yang kamu katakan ini?" Tanyanya. "Iya, aku serius. Sebaiknya kamu lepaskan aku, karena aku tahu kamu tidak mungkin lepaskan Naya!" Jawabku diulang. "Aku nggak mungkin lepaskan kamu, karena aku cinta sama kamu!" Sahutnya."Cinta apa? Yang membuat aku terus merasa bersalah! Karena memiliki suami orang." Ucapku membuatnya tampak resah. "Kamu tidak bersalah atas semua ini, tidak ada yang salah diantara kita, hanya saja kamu dan Naya memilki perasaan yang sama, makq dari itulah rasa cemburu itu selalu ada." Ucapnya."Kamu egois! Kamu ingin kamu bahagia sendiri, tapi tidak ingin mengerti dengan perasaan kita!" Lirihku. Arga menghela nafasn

  • Kontrak Benih Sang Kupu-kupu Malam   Bab 66 Mencoba Untuk Mengerti

    Penjelasan Arga membuat Naya terdiam, setelah di pikirkannya memang benar Alara hadir dalam hidupnya tidaklah sama sekali mengganggu kebersamaannya dengan Arga, hanya saja Naya terlalu takut kehilangan Arga. Oleh sebab itulah dia merasa resah gelisah karena takut Arga di miliki Alara seutuhnya. "Nay! Semua ini terjadi karen keinginan kamu, terus kenapa sekarang kamu risaukan semuanya! Saat ini aku hanya ingin kamu mengerti, beri aku waktu untuk memutuskan semuanya, aku akan berikan jawaban tapi setelah semuanya tenang." Arga mencoba berbicara pelan. "Aku begini karena aku sangat mencintaimu, Mas. Dan aku tidak ingin orang yang aku cintai lepas hanya karena wanita lain merampasnya." Ujarnya penuh takut. "Jika saja Alara setega itu maka dia sudah melakukannya, dia selalu mengingatkan aku untuk berlaku adil padamu dan untuk tidak melepaskanmu, tapi kamu selalu berprasangka buruk tentang Alara." Ucapnya agak tenang. "Sekarang kamu fokus pada Alea, anak yang selama ini kamu harapkan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status