Plak!
Radiv menampar wajah putra sulungnya dengan kasar, hingga membuat wajah Kaivan menoleh karena tamparan tersebut."Dasar Anak kurang ajar! apa susahnya menerima perjodohan dengan Diska. Toh dia wanita baik-baik bahkan dari keluarga terhormat," tutur Radiv penuh emosi."Tapi aku engga suka ataupun cinta sama dia Pah. Jadi aku mohon, berhenti untuk maksa aku nerima perjodohan itu," jelas Kaivan lalu mengusap wajahnya dengan telapak tangan.Kimberly meremas kuat seprei yang iya tiduri, Diam-diam Kimberly mendengarkan percakapan kedua lelaki dengan beda usia tersebut.seperti perintah Kaivan. Kimberly hanya perlu ber pura-pura tidur, saat ada seseorang yang masuk Ke Kamar itu. Walau akhirnya Kimberly tidur beneran, lalu terbangun saat Ayahnya Kaivan memaksa masuk."Alah persetan dengan cinta! Papah dan Mamah mu saja awalnya tidak saling cinta. Tapi seiring berjalanya waktu cinta itu juga muncul, dan lahir lah kamu. paham?""Dan wanita murahan mana lagi itu yang kamu tiduri? engga capek gonta-ganti teman tidur terus" ucap Radiv menyindir kelakuan putranya."Papah engga perlu tau, yang jelas dia beda dengan perempuan lain maupun wanita pilihan Papah," sahut Kaivan dengan sorot mata menajam.detik itu juga Radiv meninggalkan kamar hotel tersebut dengan emosi yang masih melekat didadanya.Merasa sudah aman, Kimberly membuka matanya yang sejak tadi memejam. Lalu menatap Kaivan dengan raut wajah yang penuh dengan pertanyaan."Jadi maksud Bapak tidur itu... tidur yang seperti tadi?" tanya Kim memberanikan diri.Kaivan menoleh kebelakang, "Hmm, memang tidur seperti apa yang kamu pikir?" Kaivan malah balik bertanya membuat Kimberly meneguk ludah karena sepertinya iya sudah salah paham.Lalu Kaivan menarik laci nakas disamping tempat tidur, mengeluarkan secarik kertas putih dan juga pulpen. dan menaruhnya diatas nakas.Tuk tuk!"Tanda tangan!" katanya datar, mengetuk nakas dengan jari yang ditekuk, "Kamu bisa baca dulu surat perjanjian kontrak kita. Setelah itu tanda tangan diatas materai,"Kimberly beranjak mendekati Nakas, walau waspada sambil menutupi bagian dadanya yang begitu terekspos."Jadi pacar pura-pura Bapak? selama 6 bulan?" tanya Kim dengan dahi mengkerut."iya, mulai hari ini kamu dan saya akan terlibat perjanjian kontrak selama 6 bulan untuk menjadi pacar pura-pura saya. didepan orang tua maupun siapa saja yang mengetahui hubungan kita." jelasnya sambil duduk dikursi dan menghidupkan sebatang rokok miliknya."Tapi kenapa harus saya Pak? kenapa Bapak tidak cari wanita lain saja diluar sana. Atau mungkin beberapa teman tidur Bapak seperti yang tadi.. maaf disebutkan oleh Ayah Bapak," protes Kim tak setuju.Kaivan menarik garis bibirnya miring, menatap Kimberly dengan tatapan licik."Kamu pikir setelah kamu menipu saya, kamu bisa bebas begitu saja? tidak semudah itu, setelah kamu-" Kaivan menjeda kata-katanya sambil menunjuk Kimberly sesaat, "Setelah kamu dan teman mu yang brengsek itu menipu saya!" ungkapnya seolah naik pitam mengingat dirinya yang telah ditipu mentah-mentah.Mau tidak mau Kimberly menanda tangani surat perjanjian tersebut secara terpaksa. walau sebenarnya hatinya menangis karena setiap hari pasti hari-harinya akan sial karena berurusan dengan pria dingin tersebut."Bagus, ini cek 500 juta untuk mu sesuai janji saya," katanya meraih surat perjanjian tersebut dan memberikan selembar cek dengan nominal uang yang dijanjikan.Lalu Kaivan pergi begitu saja meninggalkan Kimberly seorang diri Di dalam kamar dengan perasaan dongkol. tapi sebelum benar-benar keluar, Kaivan sempat bergumam kecil dengan senyuman tipis dibibir.Cantik juga.***Kimberly beraktifitas seperti biasa Di Kantor, mengerjakan beberapa pekerjaan yang memang sudah menjadi tugasnya setiap hari."Eh kalian udah tau belum? denger-denger Pak Bos mau dijodohin tau," bisik Vivi menyeret kursi kerjanya agar lebih dekat dengan Kim dan Dimas.Dimas menoleh sambil menatap waspada sekeliling, "Yang sama putri pengusaha periklanan bukan sih? kemarin anak-anak divisi lain juga pada gosipin tuh," sahut Dimas menanggapi."A-ah? kalian denger gosip darimana sih heran gue," Kimberly menggaruk pelipisnya yang tak gatal karena gerogi."Ck, lo mah kudet Kim, diotak lo kerja terus sih! gosip hot news gini lo engga tau," Vivi berdecak menatap Kimberly yang seperti ketinggalan gosip."Gue pernah tuh liat berita keluarga pengusaha itu di sosial media, beuhhhhh cantik banget sumpah putrinya," tutur Dimas bercerita dengan semangat."Wah cocok dong berarti sama Pak Bos. ganteng dan cantik," puji Vivi cekikikan.Kimberly memutar bola matanya malas, enggan sekali menggosip kan Ceo perusahaan yang nyatanya berhati dingin. ganteng? tentu pujian itu sama sekali tidak terbayangkan dipikiran Kimberly, mengingat sifat dan sikap Kaivan terhadapnya."AYO PADA NGAPAIN ITU? KERJA! KERJA! MALAH PADA NGERUMPI!" tegur Pak Handoko saat masuk keruangan divisi editor, dan malah melihat editornya pada ngerumpi.Sontak membuat mereka bertiga jadi gelagapan seketika, dan kembali ke posisi mereka masing-masing.Jam istirahat kantor tiba, semua karyawan termasuk Bos besar pun turut beristirahat.Entah setan apa yang merasuki Kaivan, Tiba-tiba saja dia mengajak Arvelio untuk makan siang dikantin berdua."Tumben banget lo makan siang dikantin, biasanya diluar," ujar Arvelio heran."Mau nyari suasana baru aja, sekalian liat gimana kondisi kantin karyawan. melihat layak atau tidak layaknya," jawabnya datar.Tatapan Kaivan tiba-tiba teralih kearah tempat prasmanan menu makanan yang memang disediakan untuk para karyawan secara gratis.Dan engga sengaja juga Kimberly menoleh kearah Kaivan berada dan manik mata keduanya pun bertemu."Lo liatin apaansi," Arvelio menatap kearah Kaivan menatap."Menunya enak ngga?" jawab Kaivan mencoba mengalihkan perhatian Arvelio.Arvelio menggaruk kepala belakangnya, "Eum, lumayan sih. gue udah lama juga engga makan siang dikantin soalnya," jawabnya ragu lalu melangkah bersamaan dengan Kaivan menuju tempat prasmanan tersebut.Melihat Kaivan mendekat, reflek banget Kimberly buru-buru mau pergi, tapi tiba-tiba kakinya kesandung sama sebelah kakinya sendiri.Brukkk!"Aws," rintih Kim karena tanganya tersiram kuah sup yang masih panas.Seisi kantin dibuat tercengang dengan insiden tersebut, menatap iba kearah Kimberly."Tanganya sakit ya? merah gini," jangan berharap itu suara Kaivan, karena barusan Arvelio yang reflek mendekat kearah Kimberly hendak membantunya."Engga apa Pak," jawab Kim meringis, "Biar saya kasih salep, nanti juga sembuh." tambahnya mencoba berdiri kembali."Mending dikompres air dingin Kim, takutnya kulit kamu melepuh kena kuah sup yang panas," Arvelio terlihat begitu peduli membuat Kaivan tiba-tiba jadi menekan pipi dalamnya dengan lidah."Lio ayo kita makan diluar aja," ajak Kaivan menarik lengan sahabatnya dan membiarkan Kimberly dengan luka di tanganya.Kimberly menatap kepergian keduanya datar, walau pikiranya sedikit kesal karena Kaivan tidak ada reaksi apapun saat melihat dirinya terluka seperti ini. seperti tidak kenal sama sekali, padahal beberapa hari inikan mereka berdua sering bertemu.Kaivan menyantap menu makan siangnya dengan lahap. Seperti biasa, dia akhirnya memilih makan siang di sebuah restoran yang jaraknya cukup dekat dari kantor. "Gue bingung deh, tadi lo sendiri yang ngajakin gue makan Di Kantin kantor. Sekarang malah berubah pikiran dan makan disini, ck aneh lo," Arvelio menggelengkan kepalanya, merasa heran dengan sikap sahabatnya yang mudah berubah-ubah. "Bawel, tinggal makan aja segala protes," jawab Kaivan ketus. Arvelio terkekeh, sudah hafal betul jika Kaivan tipe orang mood'ian. "Padahal gue tadi mau nolongin gebetan gue dulu, kasian tanganya pasti melepuh tuh kena kuah sup tadi," cetus Arvelio hingga membuat Kaivan hampir saja tersedak. Kaivan meraih gelas yang berisi air putih, lalu meneguknya sebentar dan menatap kearah Arvelio sambil menyatukan kedua alisnya. "Gebetan? lo kenal sama karyawan cewe tadi?" tanyanya datar walau sebenarnya sedikit kepo. "Kimberly? baru kenal beberapa hari lalu sih, cuma gue klik aja waktu liat dia. kayak ada
Kimberly meneguk ludah saat menatap Radiv, Dirut utama sekaligus pemilik perusahaan tempatnya bekerja. "Malam Om, perkenalkan saya Kimberly." uluran tangan Kimberly berikan saat ayahnya Kaivan menatapnya begitu intens. Radiv memiringkan kepalanya lalu menyipitkan mata seolah mengingat sesuatu. "Sepertinya wajah kamu tidak asing bagi saya," ucap Radiv berbicara. "Duduk dulu Pah, kasian pacarku jika berdiri seperti ini," pinta Kaivan memberi intruksi. Lalu Kaivan menuju meja makan, menarik kursi dan mempersilahkan Kimberly duduk lebih dulu. Sebuah act of servis yang membuat wanita manapun akan terkesima menatapnya. "Makasih," ucap Kim tersenyum walau dirinya tau bahwa yang dilakukan Kaivan hanyalah pura-pura. "Jadi kamu pacarnya Kaivan? sudah berapa lama? Kaivan tidak pernah bercerita sih kalo dia punya pacar," ucap mery, Mamahnya Kaivan. Kimberly mengangguk, "Iya tante, kita pacaran udah.. " Kimberly menjeda ucapanya, seketika gugup dan jadi bingung harus jawab apa. "Kami pac
Raina Hadju, seorang penulis terkenal yang sudah meluncurkan puluhan karya Novelnya diranah perbukuan. Pagi ini mendatangi perusahaan PT. Terbit terang dengan emosi yang menggebu-gebu. "Iya, saya Raina Hadju," ucapnya angkuh. "Wah senang bertemu dengan anda, Mbak," kata Kim dengan senyum merekah, karena dia ini termasuk penggemar berat karya-karyanya. "Gaush basa-basi! saya kesini bukan untuk berjumpa dengan editor semacam kamu," katanya memandang rendah Kimberly, sambil menatap name tag Kimberly yang menggantung di leher. Kimberly menarik senyum miring keatas, "Biarpun jabatan saya hanya editor, tapi attitude saya sepertinya lebih baik, daripada anda," ucap Kim menatap tajam dan jadi kesal karena ucapan wanita itu. Plak! Raina menampar wajah Kimberly tiba-tiba, membuat semua orang yang ada diruangan itu terkejut. "Kurang ajar! berani sekali kamu Kimberly terkejut dan melebarkan matanya saat pipinya ditampar begitu saja oleh Raina. "ini ada apa? kenapa ribut-ribut?" Kaiva
"Pecat wanita itu!" Pak Bambang, selaku HRD, di perusahaan miliknya tercengang, saat mendengar kalimat tajam atasanya. "Maaf, Pak. Maksud Bapak siapa yang harus saya pecat? saya tidak mengerti," ucap Pak Bambang kebingungan. "Editor di perusahaan ini yang bernama Kimberly," desisnya dengan tajam. "Tetapi Pak... Salah dia apa? sampai Bapak ingin memecatnya?" "Wanita itu sudah berani menggoda anak saya! dan saya tidak sudi, jika wanita biasa seperti dia berani berhubungan dengan Kaivan,"Pak Bambang terkejut bukan main, pasalnya selama ini tidak pernah ada yang tau Kaivan punya hubungan dengan Kimberly. Bahkan mereka tidak pernah sedikitpun melihat keduanya saling bertemu. "Bapak yakin?""Segera keluarkan dia dari perusahaan saya! mulai besok, saya tidak ingin wanita itu berada diperusahaan ini," titah Radiv tanpa bisa diganggu gugat. "Baik Pak akan saya laksanakan," walau menyayangkan keputusan atasanya, Pak Handoko tetap lah menuruti. Diapun hanyalah karyawan tidak bisa berbua
Kaivan menatap iba kesedihan Kimberly saat ini, mau menghibur tetapi tidak mungkin. Karena memang mereka tidak sedekat itu. "Andai Pak Radiv tidak mengatakan itu ke Ayah saya, mungkin dia masih ada saat ini, hiks," tangis Kim tersedu-sedu. "Papah saya menemui Ayahmu?" tanya Kaivan terkejut. "Sudah lah, Pak. lebih baik anda pergi dari sini sebelum semuanya semakin runyam." usirnya dengan tatapan dingin. Kaivan meraih lengan Kimberly tiba-tiba, dengan pikiran yang bercabang serta bertanya-tanya. "Papah saya bilang apa sama kamu dan Ayahmu? apa yang dia ucapkan hingga Ayahmu meninggal?" tanyanya beruntun. Kim menepis genggaman Kaivan, merasa muak jika berurusan dengan orang kaya seperti dia. "Saya bilang anda pergi!" lagi, Kimberly mengusir dengan dingin. "Kim!!" dari kejauhan seorang wanita berlarian sambil memanggil namanya. "Diska, Ayah... " kata Kim parau, memeluk Diska dengan erat. Diska pun memeluk Kimberly, sempat melirik Kaivan yang berada disampingnya. "Ganteng juga k
"Saya serius Bu, ingin menikahi putrimu," ucapnya lagi, mengulangi pertanyaan yang sempat dilontarkan oleh Bu Santi untuk kedua kalinya. Bu Santi kembali tercengang, dengan raut wajah begitu syok. Bingung, karena tiba-tiba putri kesayangannya ada yang ingin meminang. "Sebagai orang tua, saya tidak bisa memutuskan apalagi mengambil keputusan secara sepihak. Tetapi jika niatmu itu memang serius dan tidak main-main, saya merestui," ucapnya memberi restu. "Jika Kimberly nanti setuju, besok pagi saya dan Kimberly bisa menikah. Tetapi... Menikah secara sirih,"Kimberly yang tidak tau kedatangan Kaivan pun keluar kamar, setelah sang Ibu memanggilnya. Namun, langkahnya terhenti di pembatas skat rumah, antara ruang tamu dan lorong menuju kamarnya saat mendengar perkataan Kaivan. Buru-buru iya pun menghampiri dengan perasaan yang campur aduk serta kedua mata yang sembab, akibat menangis. "Saya tidak mau!" sahut Kim dengan lantang, menolak permintaan lelaki itu, "Anda mau apalagi sih, Pak?
"Mas," sentak Mery. Begitu mendengar ucapan yang keluar dari mulut suaminya.Bagaikan petir disiang bolong, ucapan menyakitkan itu keluar begitu saja dari mulut seorang Radiv. Mery pun menangis dengan perasaan yang teramat hancur saat suaminya memaki anak kandungnya sendiri dengan bengis. "Kelakuanmu sudah membuktikan jika kamu memang tidak pantas menjadi penerus Alano!" ucapnya membelakangi Kaivan beserta Kimberly, yang saat itu sudah bersembunyi dibelakang tubuh kekar Kaivan karena tidak mampu melihat kemarahan itu. "Hanya karena aku menikah, lantas aliran darah yang berada di tubuh ku kau lupakan?" jika ditanya tentu saja Kaivan pun merasakan sakit luar biasa, saat dirinya kini di buang dan tak dianggap anak hanya karena memilih jalan hidupnya sendiri. "Hanya karena menikah kamu bilang?" Radiv membalikkan badanya dengan kedua tangan yang iya simpan begitu rapat dikedua sakunya, "Justru karena menikah dengan perempuan rendahan seperti dia! kamu telah gagal menjadi anak sekaligus
Kaivan memasuki ruanganya dengan tergesa, tatapanya kini tertuju pada beberapa kotak kardus, yang berisi beberapa benda penting miliknya yang sebelumnya diletakkan di meja kerjanya. "Lo beneran Van?" tepat saat itu juga bahu Kaivan ditepuk seseorang yang ternyata adalah Arvelio. "Gue engga pernah ngajuin risen," jawabnya terheran lalu detik itu juga wajahnya menoleh, saat radiv memasuki ruanganya dengan tersenyum bengis. "Aku yang memecatmu! Tetapi bersyukurlah, karena aku masih membiarkan nama baikmu tidak rusak. Sehingga orang hanya mengira kamu mengundurkan diri," Radiv menduduki kursi yang biasa dipakai oleh Kaivan dengan angkuh. tatapanya beralih kepada Arvelio yang saat itu sudah menciut sambil merunduk kebawah karena takut. "Apa kamu juga tau? jika anak saya menikahi Kimberly?" tanya Radiv dan sontak mampu membuat Arvelio membelalakkan matanya. "Apah?" jawabnya terkejut, lalu menoleh menatap Kaivan karena ingin meminta penjelasan. Bahkan seketika ada yang teriris tapi buk