“Jadi, Gadis muda itu yang akan Kak Kala nikahi?” Kava bertanya dengan nada kecewa.
“Aku tidak punya pilihan lain. Hanya dia yang pantas untuk menyumbangkan sel telur untuk disatukan dengan spermaku.”
“Itu hanya alasan Kak Kala saja. Aku yakin, pasti ada alasan lain sampai Kak Kala menikahi perempuan yang usianya sangat berbeda jauh dengan usia Kakak!”
“Kenapa kamu jadi semarah itu padaku? Seharusnya ini bukanlah urusan kamu!”
“Tentu saja ini menjadi urusanku!”
Kala merengut tajam sambil menatap Kava.
“Membohongi Papa dan Mama sama saja bagian dari pengkhianatan Kakak pada keluarga kita!”
“Kamu pikir aku mau melakukannya? Kalau bukan karena kesalahan yang telah kamu lakukan, maka Papa dan Mama tidak akan memintaku untuk memberikan mereka keturunan. Sialnya, mereka menunggu kabar dariku hanya sampai Minggu depan saja. Kalau tidak...” Kala menahan kalimatnya. Dia diam sambil tetap menatap Adiknya yang menatap balik dirinya dengan berani.
Tak lama, hanya beberapa detik saja lalu Kala berlalu pergi lantaran dia enggan melanjutkan ucapannya pada Adiknya itu.
Bagi Kala, kesalahan yang pernah Kava perbuat sampai dia ikut terkena imbasnya dan terseret dalam masalah besar adalah kesalahan yang sulit untuk dimaafkan olehnya.
Kava pun langsung bergeming begitu Kala membahas tentang masalah krusial yang terjadi pada keluarganya saat ini.
“Sudahlah, berhenti untuk ikut campur dengan urusanku kalau kamu tidak ingin aku libatkan juga.”
Kalimat itu menjadi pengingat untuk Kava saat Kala pergi dari hadapannya barusan. Dia sadar akan kesalahan besar yang telah dia perbuat, tapi dia tetap tidak mau mengakui kalau kesalahan itu sepenuhnya adalah atas kecerobohannya.
“Kala pun ikut andil dalam masalah itu.” Gumamnya, sambil mengepal kuat tangannya yang menggantung di sisi tubuhnya.
Tanpa Kava sadari kalau saat ini Sienna tengah melihatnya dari kejauhan.
Sienna pun segera kembali ke kamarnya usai melihat perdebatan sengit antara Kakak beradik itu yang membuatnya jadi bertanya-tanya tentang masalah yang terjadi di antara mereka.
“Untuk apa juga aku memikirkannya? Mereka bukan siapa-siapa aku. Tapi...”
Sienna tiba-tiba saja teringat pada Adik perempuannya dan juga kedua orang tuanya yang kini jauh darinya. Padahal baru dua hari tidak bertemu mereka tapi Sienna sudah mulai merindukan mereka.
Sienna pun melihat ke arah telpon yang ada di dalam kamar itu. Dia berniat ingin menghubungi keluarganya sebelum Kala masuk ke dalam kamarnya kembali. Tetapi, keberaniannya terlalu kecil untuk menghadapi keluarganya yang Sienna anggap telah tega membuangnya seperti sampah.
Niat itu pun dia urungkan dan Sienna kembali duduk di tepi ranjang.
Lalu, seperti dugaannya kalau Kala akan kembali datang ke kamarnya untuk mengatakan sesuatu padanya.
Kali ini Kala datang sambil membawa sebuah paper bag besar yang langsung dia letakkan tepat di samping Sienna.
Kemudian, Kala menarik kursi dan meletakkannya di depan Sienna lalu dia duduk berhadapan dengan Sienna.
“Menikahlah denganku!” Ucap Kala dengan raut wajah serius.
Sienna sontak saja terkejut. Dia terkejut bukan karena ajakan menikah dari pria dewasa yang tidak dia kenali itu, melainkan cara Kala saat menyampaikan ajakannya tersebut. Bukan terkesan sangar seperti seorang rentenir yang jahat, tapi dia memintanya dengan lembut seperti seorang pria melamar kekasihnya yang masih kecil.
“Kamu mau kan menikah dengan aku?”
“Apa— Om serius dengan niat Om itu?” Sienna bertanya pelan.
“Om? Kamu berhenti memanggil saya Tuan rentenir?”
Sienna mengangguk dengan wajah lugu.
“Iya, saya serius dengan niat saya itu. Tapi, kamu tidak perlu khawatir mengenai pernikahan kita, karena pernikahan kita hanyalah sebatas pernikahan kontrak saja.”
Sienna tercekat kaget.
“Seperti yang saya katakan pada kamu kalau yang saya butuhkan dari kamu hanyalah sel telur kamu. Tanpa kamu sadari kalau pemeriksaan kesehatan yang pernah kamu lakukan beberapa Minggu yang lalu adalah bagian dari rencana saya yang ingin memastikan kalau kondisi kesehatan kamu layak untuk ditanamkan benih dari sperma saya nanti.”
Mendengar itu Sienna merasa sangat kecewa. “Saya tidak mengerti dengan maksud perkataan Om.”
Kala sendiri bingung dengan keluguan yang Sienna tunjukkan padanya. “Memangnya seperti apa pergaulan kamu selama kamu SMA kemarin?”
“Pergaulan saya ya biasa saja. Saya suka belajar, jalan-jalan sama teman, nonton film anime, dan baca komik, termasuk main game.”
Kala terkesima mendengar jawaban Sienna yang di luar pemikirannya selama ini. Dia yang berpikir kalau Sienna adalah gadis yang punya pergaulan dewasa seperti gadis seusianya pada umumnya, tapi ternyata sebaliknya.
“Baiklah. Kamu tidak perlu mengetahui tentang apapun lagi dari persoalan pernikahan kontrak, perceraian, dan juga kehamilan kamu nanti. Yang perlu kamu lakukan adalah melakukan semua perintah saya tanpa terkecuali apapun!”
“Terdengar tidak adil.” Sienna bergumam kecil sambil memalingkan wajahnya dari tatapan teduh Kala.
“Jangan bergumam seperti itu, saya tidak terlalu menyukainya.”
Sienna pun segera menghadapkan kembali wajahnya dan juga meluruskan tubuhnya ke arah Kala.
“Bagus. Ternyata kamu memang anak yang patuh. Saya tidak ragu lagi untuk menikahi kamu secepatnya.” Kala menarik nafas panjang seraya bangkit dari kursi.
“Pakailah pakaian itu untuk acara makan malam, malam ini. Nanti Rida akan datang ke sini untuk menjemput kamu.” Kala pun pergi setelah mengatakan semua yang ingin dia katakan pada Sienna.
Malam harinya, Sienna pergi ke acara makan malam di sebuah kediaman rumah yang sangat mewah, melebihi mewahnya kediaman rumah yang dia tinggali selama dua hari belakangan ini.
Kedatangan Sienna langsung disambut oleh Kala yang sudah menunggunya di depan pintu.
Dari dalam mobil, Sienna pun tidak bisa menghilangkan rasa gugupnya ketika dia melihat ketampanan pria dewasa itu yang semakin mempesona saat mengenakan stelan kemeja dan celana yang sangat cocok dikenakannya.
“Jangan sampai kamu jatuh hati sama Om-Om itu! Jangan, Sienna!”
Kala langsung membukakan pintu untuk Sienna begitu mobil sedan hitam itu berhenti di depannya.
Dengan senyuman hangat, Kala menyambutnya dan mengulurkan tangan ke arahnya untuk meraih tangannya.
Sienna pun berjalan masuk ke dalam rumah itu dengan sangat anggun bersama Kala.
Saat mereka tiba di ruang makan, Sienna langsung dibuat bergeming ketika suasana tidak terduga harus dia hadapi tanpa ada arahan atau pemberitahuan dari Kala sebelumnya.
“Jadi, ini calon istri kamu, Kala?” Seorang wanita paruh baya berjalan mendekati Sienna, lalu dia menatap setiap detail seluruh wajah dan penampilan Sienna dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Iya, Ma.” Kala menjawab pelan.
MAMA???
Sienna terkejut saat mengetahui kalau ternyata dia diajak untuk makan malam berama dengan orang tua Kala.
“Nona, apa yang bisa kamu banggakan dari diri kamu untuk memantaskan diri agar bisa diterima masuk ke dalam keluarga Sailendra?”
Pertanyaan itu langsung membekukan otak Sienna seketika, begitu juga dengan Kala yang tidak menyangka kalau Mamanya akan bertanya seperti itu pada Sienna.
“Mama? Kenapa Mama bertanya seperti itu pada Sienna?”
“Oh, Sienna namanya.” Lisa mengangguk-ngangguk saat mengetahui nama gadis muda di depannya. “Kamu terlihat masih terlalu kecil untuk menikah dengan putra sulung saya. Sejujurnya, saya akan kesulitan untuk menyukai kamu. Tapi, kembali lagi pada kamu, apa kamu akan bersedia dengan kebencian yang akan sering saya tunjukkan pada kamu nantinya kalau kamu tetap mau menikah dengan putra saya?”
***
Langkah kaki Sienna bergerak sangat cepat menuruni banyak anak tangga dari tangga darurat yang ada di Hotel itu. Mengingat waktu yang dia punya tidaklah banyak, Sienna semakin mempercepat langkah kakinya. Setelah menuruni lebih dari empat lantai, akhirnya Sienna bisa menemukan Kava di lantai enam. Sienna pun langsung merasa lega dan langkah kakinya menjadi dia perlambat saat ingin menghampiri Kava yang sedang duduk sendirian di salah satu anak tangga sambil mendengarkan musik melalui eraphone di telinganya. Tanpa memanggil nama Kava lebih dulu, Sienna duduk di samping Kava lalu dia meraih salah satu tali earphone dan memasangkannya ke telinganya untuk mengetahui lagu yang sedang Kava dengarkan saat ini. Kemunculan Sienna yang secara tiba-tiba sudah ada di sampingnya membuat Kava langsung tersentak kaget. Sienna pun memberikan senyuman hangat dan tatapan mata yang teduh pada Kava. “Senyumanmu selalu berhasil menena
“Katanya, dia terluka karena aku. Padahal, akulah yang terluka karenanya.” Itulah pengakuan Kava, sebelum akhirnya Kava tertidur di atas pangkuan Sienna di dalam mobil. Sementara Kala mengurus masalah yang sedang Kava hadapi dengan bijak. “Kamu bisa melihatnya bukan, apa yang terjadi pada Sabira? Ha!!?” Victo menunjuk ke arah Sabira yang sedang terbaring di atas ranjang dengan murka. Kala hanya diam saja tanpa mau berkomentar soal kondisi Sabira saat ini. “Aku tidak akan melibatkan kedua orang tua kita, asalkan kamu mau melakukan tiga hal padaku.” “Apa tiga hal yang kamu inginkan dariku?”** “Aku ingin menikahi Sienna.” Kava sudah mengetahui hal itu dari Sienna. Hanya saja, saat keinginan itu diutarakan secara langsung oleh Kala padanya, ternyata Kava merasa sakit dan sulit untuknya merestui hubungan Kakaknya dengan perempuan yang sangat dia cintai itu. Tidak seperti saat dirinya mudah memb
Sienna hanya ingin bermalas-malasan saja sepanjang hari ini. Dia hanya ingin diam di atas ranjang tanpa melakukan apapun, hanya itu saja kegiatan yang sudah dia agendakan untuk dirinya sendiri. Tetapi, suara bel rumahnya terpaksa membuat tubuhnya harus bergerak.Ting-tong... ting-tong... Sienna segera membangkitkan tubuhnya dari atas ranjang di tengah renungannya yang tidak ingin dia akhiri, walau sudah 5 jam lamanya dia hanya membeku di bawah selimut tapi dia tetap ingin berada di posisinya lebih lama lagi. Cklek, Sienna terpaksa menerima kedatangan tamu itu. Tamu yang ternyata adalah Kala. Baik Sienna maupun Kala langsung saling terdiam dengan canggung satu sama lain. “Bolehkah aku masuk ke dalam?” “I-iya. Silahkan.” Sienna mengizinkan Kala masuk ke dalam rumahnya dan Kala pun mengikutinya dari belakang. Saat Sienna mempersilahkannya untuk duduk di atas sofa, tempat biasa Kala
“Apa yang terjadi denganmu?” “Aku ingin mati saja.” Deg! Kala syok sekali begitu mendengar ucapan Kava yang sangat diluar ekspektasinya. “Bolehkah aku bunuh diri saja sekarang juga?” “Kenapa? Apa alasannya sampai kamu ingin bunuh diri sekarang?” “Masa lalu yang tiba-tiba saja menyengat sesekali di dalam ingatanku tentang seorang perempuan yang sangat aku cintai.” Deg! Kala kembali tersentak kaget. Ingatan Kava yang dia pikir akan pulih secara tiba-tiba membuatnya merasa ketakutan. “Tapi, perempuan itu bukanlah Sabira. Bukan dia...” Kava menaikkan wajahnya perlahan lalu menatap Kala dengan lirih dan dengan mata berkaca. “Apa kamu bisa memberitahu aku, siapa perempuan itu?” Kala kebingungan untuk menjawab pertanyaan Kava. Dia tidak bisa memberitahu siapa sosok perempuan itu karena dia juga sangat menginginkan Sienna menjadi miliknya seutuhnya. “Tolong berit
“Argaza tidak bisa menyelesaikan misi itu dengan baik, jadi baiknya dia diganti saja dengan Tuan muda Kava karena di tangannya misi itu akan mudah dia selesaikan dengan baik.” “Pria itu memang tidka berguna.” Kala memekik pelan. “Sudah dari awal aku tidak yakin meletakkan dia pada misi ini sekalipun dia hanya sebagai umpan saja.” Gumamnya, sambil menatap ke luar jendela menara di lantai 35. “Lantas, bagaimana dia bisa lolos dari serangan musuh klien?” Dengan berat hati Bian pun menceritakan kronologinya yang dia ketahui saja. Setelah mengetahuinya, Kala langsung geram dan sangat murka pada Argaza. Saking murkanya, kedua tangan Kala sampai mengepal erat sambil merasakan amarah yang luar biasa atas kebodohan yang telah Argaza lakukan. Tanpa pikir panjang, Kala langsung mendatangi Argaza yang masih berada di kediaman rumahnya. Serangan kemarahan Kala langsung menghantam seluruh wajah dan beberapa bagian tubuh dengan pukulan kuat tangannya. Para pengawa
Ting-tong... ting-tong... Sienna langsung membuka pintu rumahnya begitu dia mendengar bunyi bel berulang kali dengan jeda panjang. Tanpa melihat terlebih dahulu siapa tamu yang datang, Sienna langsung menerima kedatangan tamu itu, tamu yang sangat tidak terduga olehnya. “Halo, Sienna sayang. Apa kabar kamu?” Melihat sosok orang yang ada di hadapannya saat ini membuat Sienna ingin marah dan memakinya habis-habisan, tetapi... Tiba-tiba saja orang itu memeluk Sienna dan mengatakan, “Ibu kangen sama kamu, Sienna.” Sienna tidak ingin mempersilahkan wanita itu masuk, tapi dia juga tidak bisa menolak kehadirannya. Ranum pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah Sienna dan duduk di atas sofa. Sementara Sienna masih dibuat syok oleh kehadiran Ranum yang muncul kembali di depannya secara tiba-tiba. Sienna diam mematung sambil memandangi pilu Ranum yang justru tampak biasa saja, seperti tidak pernah melakukan ke