Share

Alasan Menikah Lagi

“Apa itu syaratnya, Jo? Aku akan melakukan semuanya jika masuk akal,” Celine menatap lekat wajah lelaki berahang tegas itu.

Jonathan melepaskan tangannya dan duduk di sofa panjang yang berada di sudut ruangan sambil menaikkan sebelah kakinya dan melipat tangan di dada.

Celine yang sudah sangat penasaran dan ingin tahu syarat apa yang akan diberikan oleh Jonathan, dia langsung saja menghampiri lelaki keduanya itu dan duduk tepat di sebelahnya.

“Cepat katakan, Jo! Jangan buat aku penasaran,” desak Celine yang sudah tidak sabar.

“Aku akan membuatmu hamil dalam tiga bulan. Akan tetapi, kamu harus menuruti ku kapan pun dan dimanapun jika aku ingin melakukan itu kamu harus mau dan siap,” usul Jonathan dengan seringainya membuat Celine menelan ludahnya secara kasar.

“Ke–kenapa harus seperti itu?” Celine bertanya dengan nada yang bergetar. Dalam benaknya merasa ketakutan dan juga tidak menyangka bahwa Jonathan akan memberikan syarat seperti itu.

Jonathan menatap Celine dengan melengkungkan sudut bibirnya, dia senang melihat ekspresi Celine seperti itu. Nampaknya, Jonathan akan sering membuat istrinya itu marah. Karena, dia senang melihat Celine memanyunkan bibir dan menampilkan wajah kesalnya.

“Apakah kamu keberatan, nona Garcelina Kaneesha Rockefeller? Kalau tidak mau ya sudah aku tidak akan memaksa?” Jonathan menaik turunkan aslinya dan mengerlingkan matanya.

“Selain itu … aku juga ingin kita menjalani hubungan ini selayaknya suami istri yang sebenarnya,” celetuk Jonathan lagi.

Celine bergidik ngeri, dia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya tiga bulan kedepan. Karena, selama menjadi istri Celine belum pernah melayani sang suami di ranjang. Namun, demi Alister dia akan menerima persyaratan dari Jonathan.

“Baiklah, siapa takut. A–kau terima tawaran darimu,” Celine berkata dengan terbata-bata. Karena, dia masih ragu dengan keputusannya ini.

Jonathan tersenyum penuh kemenangan, dia kembali diam dan berpikir. Akhirnya Celine masuk juga ke dalam perangkapnya. Jonathan berjanji akan membuat Celine jatuh cinta dan tidak akan pernah melepaskan wanita yang sudah resmi menjadi istrinya itu. Jonathan berjanji akan menggeser Alister dan menggantikan lelaki lemah syahwat itu.

Celine diam dengan tatapan lurus kedepan, dia kembali ingat kejadian satu minggu yang lalu sehingga membuat dia berada dalam posisi saat ini .

***

Celine masuk ke dalam restoran bintang lima dengan perasaan bahagia. Ini adalah kali pertama dalam dua tahun pernikahan mereka bahwa Alister, suaminya, mengajaknya untuk makan malam bersama di tempat mewah seperti ini. Celine merasa istimewa dan penuh harap.

"Mimpi apa aku semalam Alister secara tiba-tiba mengajak untuk makan siang bersama," gumam Celine dengan wajah bersemu merah merasa sangat bahagia.

Celine mengedarkan pandangannya dan menemukan sosok lelaki berjas biru duduk membelakanginya, Celine yakin bahwa itu Aliste–suaminya.

"Itu pasti Alister, ternyata aku sudah sangat terlambat," sambung Celine lagi.

Namun, ketika Celine tiba di meja yang sudah dipesan oleh Alister, dia terkejut melihat seorang pria asing duduk di sana. Celine memicingkan mata, mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi. Hatinya berdesir dengan kebingungan dan kekhawatiran.

"Kenapa bukan Alister? Benar kan itu meja yang di pesan oleh Alister?" Celine bertanya-tanya dengan wajah bingung.

Tanpa membuang waktu, Celine segera mengeluarkan ponselnya dan menelpon Alister. Dia ingin mencari penjelasan atas kejadian ini. Celine menekan tombol panggilan dengan hati yang berdegup kencang, berharap Alister akan menjawab dan memberikan penjelasan yang memadai.

Sambil menunggu panggilan terhubung, Celine merasa campur aduk antara kecemasan dan kekecewaan. Dia berharap ada penjelasan yang masuk akal dan bahwa ini hanya kesalahpahaman. Celine berharap Alister akan segera memberikan penjelasan yang bisa meredakan kekhawatirannya dan memulihkan kepercayaan mereka.

"Hallo, Alister. Kamu dimana, itu kenapa ada orang lain di meja kita? Bukankah kamu sudah memesan tempat?" Celine beratnya kepada sang suami dari sambungan telepon.

Alister menjawab telepon dengan suara tenang, "Iya, Celine . Aku memang sengaja memesan tempat untukmu dan lelaki yang sedang duduk di sana. Aku ingin kalian berkenalan satu sama lain."

Celine merasa terkejut dan tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Dia menolak dengan tegas, "Alister, aku tidak ingin berkenalan dengan orang asing. Kenapa kamu melakukan ini?"

“Aku semalam sudah menjelaskan semuanya kepadamu, Celine. Kita tidak bisa seperti ini terus, kamu harus hamil dan punya anak jika tidak mamamu akan terus mendesak kita,” jelas Alister.

“Nggak, Alister. Aku tidak mau, masih ada jalan lain bukan seperti ini. Kita bisa memiliki anak sendiri,” tolak Celine dengan mata yang mengembun, hatinya terasa nyeri.

Namun, Alister mengancam dengan suara dingin, "Celine, kalau kamu tidak mau berkenalan dengannya, aku akan memberitahu keluarga bahwa kamu mandul dan itulah sebabnya kita belum bisa memiliki anak."

Celine terdiam, matanya membulat tak percaya. Dia tidak menyangka bahwa suaminya yang sangat dicintainya bisa melakukan hal seperti ini. Dia merasa terpukul dan kecewa. Celine tahu bahwa dia tidak bisa hamil, tetapi itu bukanlah karena dirinya yang mandul, melainkan karena Alister sendiri yang tidak mampu memberikannya anak. Dan yang lebih menyakitkan, dia menyadari bahwa Alister lebih memilih hubungan dengan sesama jenis.

“Kamu jahat, Alister. Apa salahku, apa aku kurang cantik atau kurang baik?” Celine begitu kesal dengan keputusan sang suami.

“Kita sudah dua tahun menikah, Celine. Apa kau tidak bosan mendengar semua orang menanyakan anak kepada kita? Atau lebih baik kita bercerai saja dan kamu pasti akan kehilangan semuanya,” Alister semakin keukeuh dengan keputusannya.

Celine mencoba menahan air mata yang ingin mengalir. Dia merasa ditipu dan dikhianati oleh orang yang seharusnya menjadi pendamping hidupnya. Namun, dia juga merasa teguh dalam keputusannya untuk tidak menerima ancaman dan perlakuan yang tidak adil ini.

Dengan suara yang bergetar, Celine berkata, "Alister, aku tidak akan membiarkanmu mengendalikan hidupku dengan ancaman seperti ini. Aku tidak akan berkenalan dengan orang asing hanya untuk menyembunyikan kebenaran. Aku berhak mendapatkan anak dari mui."

Alister kembali mengancam Celine dengan suara dingin, "Baiklah, kalau begitu lebih baik kita berpisah saja, Celine. Mudah bukan, kamu akan kehilangan harta warisan dan kehilangan segalanya,”

Celine merasa terjepit dalam situasi yang sulit. Dia tahu bahwa warisan itu penting bagi kehidupannya, tetapi dia juga tidak ingin mengorbankan kebahagiaan dan martabatnya. Dia menghela nafas panjang, merasa terjebak dalam permainan yang tak adil ini.

“Ok, aku akan lakukan ini semuanya. Berapa tahun kontraknya?” Akhirnya, Celine memilih untuk mengikuti kemauan Alister. Meskipun dengan hati yang berat, dia mengambil keputusan tersebut demi mendapatkan warisan yang seharusnya menjadi haknya. Dia merasa sedih dan terluka karena harus mengorbankan kebebasannya dan kebahagiaannya.

“Hanya sampai kau hamil dan melahirkan, sayang. Setelah itu kalian akan berpisah. Sangat mudah bukan?” jawab Alister dengan nada sombongnya.

“Oh iya, aku juga sudah meminta Roy untuk membawakan dokumen perjanjian kalian. Kau bisa baca dan pelajari dulu, Celine,”

Alister juga memberitahu Celine bahwa dia telah mengirimkan orang untuk memberikan dokumen nikah kontrak antara Celine dan lelaki tersebut. Dia juga mengungkapkan bahwa dia telah mempersiapkan pernikahan Celine dengan lelaki itu di sebuah gereja terpencil di desa, agar tidak ada seorangpun yang mengetahuinya.

“Ok,” Celine mematikan sambungan teleponnya dan mengusap air mata yang sudah tidak bisa dibendung lagi.

Celine merasa terpukul dengan semua pengkhianatan dan manipulasi yang dilakukan oleh Alister. Dia merasa seperti terjebak dalam sebuah perangkap yang dirancang untuk menghancurkan hidupnya. Namun, dia juga merasa ada semangat perlawanan yang tumbuh di dalam dirinya. Dia tahu bahwa dia harus mencari jalan keluar dari situasi ini dan menemukan kebahagiaan yang sebenarnya.

“Ok, Celine. Kamu tidak boleh cengeng, pasti ada jalan keluar untuk semuanya ini,” Celine menyemangati dirinya sendiri meskipun dia tidak yakin.

Celine dengan hati-hati mendekati lelaki tersebut dan duduk di hadapannya. Dia merasa tegang, tetapi juga ingin mencoba memahami situasi ini dengan lebih baik. Celine pun bertanya dengan lembut, "Maaf, apakah sudah lama Anda menunggu di sini?"

Lelaki itu, yang ternyata bernama Jonathan, membalas dengan senyuman hangat. Dia memiliki rahang yang tegas, hidung mancung, mata hazel yang memikat, dan bibir yang mungil. Celine tidak bisa menahan diri untuk tidak memperhatikan keindahan fitur-fitur wajahnya. Dalam hati, Celine berpikir bahwa penampilan Jonathan tidak buruk.

Jonathan menjawab dengan ramah, "Tidak lama, sebenarnya. Saya baru saja tiba di sini. Terima kasih sudah mau datang dan berkenalan dengan saya, nona."

Celine merasa sedikit lega mendengar kata-kata Jonathan yang sopan. Meskipun dia masih bingung dengan situasi ini, dia mencoba untuk tetap terbuka dan memberikan kesempatan kepada Jonathan untuk menjelaskan lebih lanjut.

“Aku pikir tidak perlu basa basi lagi, pasti kamu sudah tahu siapa namaku kan? Jadi apa yang sebenarnya kau mau dari pernikahan palsu ini?” Celine berusaha tegas dan menatap tajam ke arah lawan bicaranya.

Tidak lama setelah itu, hidangan yang dipesan tiba di meja mereka. Namun, kehadiran hidangan tersebut disertai dengan kedatangan seorang pelayan yang membawa berkas dokumen perjanjian nikah kontrak antara Jonathan dan Celine, sebagai istri Alister.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status