Share

Happy Sunday

Penulis: Diandra Kartika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-04 07:32:22

“Don’t you ever get bored?” Anne menghampiri Axel setelah menyelesaikan sesi pilatesnya. Keringat masih membasahi pelipis dan lehernya.

Walaupun pilates terlihat mudah, sebenarnya tidak semudah itu juga. Apapun itu, Anne tetap menyukainya. Perempuan itu kini tengah menyeka keringatnya dengan handuk yang tersimpan di tas yang berada di samping Axel.

Biasanya Anne datang ke studio pilates seorang diri. Namun, hari ini dia datang dengan Axel yang memaksa ikut walaupun pria itu hanya duduk dan menonton di sudut ruangan.

“Setelah aku pikir-pikir, akan lebih baik kalau aku mengantar-jemputmu. Selain aku ngerasa tenang, kamu juga bisa lebih cepat beristirahat di mobil,” ucap Axel setelah mereka menyelesaikan sarapan dan Anne yang hendak pergi.

Anne awalnya menolak dengan alasan dia biasa sendiri. Namun, Axel sangat pandai membujuknya sehingga ia menyetujui. Lagipula Anne tidak dirugikan apapun.

Axel yang telah memperhatikan Anne sejak perempuan itu memulai sesinya kini berdiri. “Never.” jawa
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kontrak Menghamili   Berbagi Kamar

    Anne menatap Axel dengan sinis setelah mendengar ide yang keluar dari mulut pria itu. “Kamu tidur di kamar ini … bersamaku? Big no! Obat itu lebih baik daripada ide gilamu.” “What’s on your mind, Anne?” Axel menggeleng dengan tawa kecil yang mengudara. “Aku hanya ingin membantumu lepas dari obat itu, juga mimpi burukmu. Aku hanya menemanimu tidur, tidur pada umumnya,” sambung Axel, suaranya terdengar ringan karena pria itu memang tidak memiliki maksud lain.“You can say that to an innocent girl outside,” ucap Anne dengan nada sinis. Perempuan itu lantas membaringkan tubuhnya, menarik selimut hingga setinggi leher. “Leave as soon as you’re done,” suruhnya dingin, lalu menutup seluruh wajahnya dan memunggungi Axel.Axel terdiam, pria itu belum menyerah. “Anne, dengarkan aku,” pintanya.Anne mengatupkan bibirnya. Namun, rungunya selalu menangkap setiap ocehan Axel.“Aku tidak sedang mencari kesempatan.” Axel menghela nafas, kedua bola matanya tertuju pada punggung Anne yang tertutu

  • Kontrak Menghamili   Music and Sick

    Axel mengetuk-ngetuk kemudi dengan ujung jarinya, sudut matanya sesekali melirik Anne yang duduk tenang di sampingnya dengan bibir menggumamkan lirik dari lagu yang kini memenuhi mobil. Ini adalah hari pertama Axel menjemput Anne dan dia dikejutkan dengan playlist musik perempuan itu.“Push me down, hold me down, spit in my mouth while you turn me out,” gumam Anne, suaranya terdengar lembut, hampir terdengar seperti bisikan. Perempuan itu terlihat menghayati setiap lirik yang dia gumamkan. Kedua bola matanya bahkan bersembunyi di balik kelopak mata.Sedangkan Axel, pria itu mencengkram kemudi lebih erat saat gumaman itu menusuk setiap inci gendang telinganya. Telinga pria itu merona merah, dengan bibir bagian dalam yang tertahan di antara gigi. Setiap lirik yang keluar dari bibir Anne seakan mencekik leher Axel secara perlahan. Itu terlalu frontal.“Your music vibe –” Axel menoleh ke arah Anne saat lampu merah menghentikan gerak mobil mereka.Anne membuka kelopak matanya. “Something’s

  • Kontrak Menghamili   Happy Sunday

    “Don’t you ever get bored?” Anne menghampiri Axel setelah menyelesaikan sesi pilatesnya. Keringat masih membasahi pelipis dan lehernya.Walaupun pilates terlihat mudah, sebenarnya tidak semudah itu juga. Apapun itu, Anne tetap menyukainya. Perempuan itu kini tengah menyeka keringatnya dengan handuk yang tersimpan di tas yang berada di samping Axel.Biasanya Anne datang ke studio pilates seorang diri. Namun, hari ini dia datang dengan Axel yang memaksa ikut walaupun pria itu hanya duduk dan menonton di sudut ruangan.“Setelah aku pikir-pikir, akan lebih baik kalau aku mengantar-jemputmu. Selain aku ngerasa tenang, kamu juga bisa lebih cepat beristirahat di mobil,” ucap Axel setelah mereka menyelesaikan sarapan dan Anne yang hendak pergi.Anne awalnya menolak dengan alasan dia biasa sendiri. Namun, Axel sangat pandai membujuknya sehingga ia menyetujui. Lagipula Anne tidak dirugikan apapun.Axel yang telah memperhatikan Anne sejak perempuan itu memulai sesinya kini berdiri. “Never.” jawa

  • Kontrak Menghamili   Safe Zone

    Axel menyalakan layar ponsel yang telah tergeletak sejak dia duduk di ruang tengah. Pukul 12.06, tengah malam telah terlewat. Namun, Anne tak kunjung pulang, bahkan satupun pesan ataupun telepon yang Axel lakukan tak mendapat balasan.Pria itu segera bangkit dari duduknya saat hentakan heels tertangkap rungunya setelah suara pintu yang dibuka terdengar. Bayangan seseorang mulai terlihat. Tanpa sadar, hela nafas lega terdengar di antara hening.“You late,” ucapnya saat Anne telah tertangkap netranya. Perempuan yang dia tunggu sejak matahari hampir terbenam hingga bulan telah tertutup awan dan kini hujan telah membasahi jalanan juga atap bangunan.Anne berhenti, wajah perempuan itu terlihat sangat lelah dengan kelopak mata yang turun. “Ada banyak hal yang harus aku kerjakan,” ujarnya dengan nada datar.Axel mengernyit. Pria itu masih ingat dengan obrolan ringan mereka tadi pagi, mengira jika Anne mulai membuka ruang untuknya. Namun, Axel lupa dengan kalimat terakhir yang Anne ucapkan. P

  • Kontrak Menghamili   Perfume

    Anne menghela nafas, dagunya tersimpan di antara lutut setelah bercerita panjang lebar. Perempuan itu memutuskan menghubungi Genie saat kedua matanya tak ingin terlelap. Dia butuh petuah untuk hubungan yang dia mulai. Hubungan kontrak yang Anne pikir mudah, nyatanya terasa sangat rumit. Genie yang berada di dalam layar laptop memusatkan perhatiannya pada Anne. “Semua tergantung dirimu. Kalau kamu memang belum siap, it’s fine. Katakan padanya dan aku yakin dia akan menghargaimu. Lagipula dia tidak memaksamu untuk buru-buru dan kamu yang memegang kendali hubungan itu ‘kan?” Genie benar, Axel memang tak ingin buru-buru. Namun, Anne yang ingin hubungan itu cepat selesai dan faktanya perempuan itu juga yang belum siap. “Based on your story, I think he’s a great person,” ujar Genie. “Kamu juga udah cari tahu latar belakangnya ‘kan?” lanjutnya bertanya. *** Anne menikmati teh hijau miliknya di kitchen bar, sembari menonton aksi memasak Axel di sisi seberang. Mereka memang berada

  • Kontrak Menghamili   Not Now

    Salmon yang awalnya utuh perlahan berkurang. Setiap potongan kecil yang Anne lakukan membawa kenikmatan bagi indra perasanya.Roasted potatoes juga brokoli yang mendampingi pun perlahan berkurang. Semuanya mulai berkurang dari piring. Namun, tidak dengan tegang yang Anne rasakan. Tak ada obrolan yang tercipta, hanya hening yang memeluk keduanya juga detik jam yang samar.Axel yang telah menghabiskan makan malamnya beberapa menit yang lalu, kini tengah menikmati rosé wine sembari menunggu Anne selesai. Pria itu juga menjatuhkan manik abunya pada Anne yang terus tertunduk. Mengamatinya dalam diam.Setelah tegukan terakhir, Axel meletakkan gelasnya, mengambil botol wine lalu mengisi gelas itu lagi. Suara wine yang dituangkan membuat hening sedikit terpecah. “Kamu tidak ingin berkomentar tentang masakanku?” tanyanya.Anne menggeleng. Tangan dan mulutnya masih bekerjasama untuk menghabiskan hidangan makan malam.“Menurutku rasanya sedikit terlalu manis.” Axel kembali berujar dengan tangan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status