Laura menelan saliva beberapa kali, keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuhnya. Lagi dan lagi dia merasa sangat tertekan saat sang Oma masih berharap dia akan segera memberinya cicit. "I-iya Oma.." Laura hanya mengangguk patuh, perasaannya gelisah dan tak karuan saat merasakan efek jamu tadi yang sudah mulai terasa. Dave yang tidak ingin pengaruh jamu itu, dia segera menjauhkan diri dari Laura bahkan segera mengirim pesan pada Rio, agar segera mencari obat penawar pada Dokter pribadinya. Jantung Laura berdegup sangat kencang, suhu tubuhnya kembali memanas dan tidak nyaman. Baru saja Laura akan beranjak dari atas ranjang, tiba-tiba saja Dave menoleh dan melontarkan beberapa pertanyaan padanya. "Kau mau kemana?" Seketika langkah Laura terhenti, saat Dave memanggilnya. Dengan tubuh yang perlahan sudah tak nyaman membuat ia berusaha tetap tenang. "Aku harus berendam, efek Jamu ini sangat kuat sekali," keluh Laura yang perlahan merasa sangat pusing dan tak nyaman.
"Apa! Sudah mati?" Dave menatap tajam, giginya bergemulutuk bahkan darahnya mendidih saat mendengar kabar jika orang-orang yang mencoba untuk membuatnya celaka kini sekarang sudah lenyap. Tapi Dave yakin, jika itu adalah salah satu trik yang di pakai oleh dalang utamanya agar menghilangkan jejaknya. "Cari sampai dapat, aku tidak ingin kata maaf!" Satu perintah bernada penuh penekanan dari sang bos, membuat Rio menelan ludah nafasnya pun sempat tersendat. "Baik tuan, kami akan berusaha mencarinya," Rio segera undur diri. Melihat putranya yang sedang murka, tuan Handoko menghampiri. Lalu berusaha mencari tahu awal kronologi yang dia alami oleh putra sulungnya. Dave murka, dia menceritakan apa yang dia alami yang nyaris saja merenggut nyawanya. Kedua bola mata Tian Handoko membulat, saat mendengar hal yang cukup mengerikan terjadi pada putra dan menantunya. Selain ayahnya juga akan menelusuri lebih jauh dalangnya, ia juga berusaha menenangkan Dave agar tidak cemas tentang
"Tidak di sangka Laura sangat tulus pada mu nak, tidak inginkan kamu mencoba untuk belajar untuk mencintainya?" Pertanyaan sang ibu, tak mampu menggoyahkan dinginnya hati Dave pada Laura. Bahkan dengan tegas Presdir Farmosa itu mengatakan jika Laura hanyalah seorang gadis yang ceroboh mau menghisap racun tanpa dia minta. Ekspresi wajah Nyonya Marina dan tuan Handoko terlihat sangat kecewa, mengingat begitu keras kepala putra sulungnya. "Ibu tidak memaksa nak, hanya saja kami juga dulu hanya di jodohkan tanpa cinta tapi saat ini semua bisa berubah sampai memilik kalian." Dave seolah menuli, yang ada setiap melihat wajah Laura dia selalu naik pitam mengingat penghinaan sang ayah mertua yang seenaknya saja menggantikan calon istri yang telah di pilihkan olehnya. Mendengar suara kebisingan di telinga, perlahan membuat Laura membuka kedua mata indahnya. "A-aku di mana," Igau-nya. Semua orang di sana terkejut, saat melihat dan mendengar suara Laura membuat Nyonya Marina tamp
Beberapa jam kemudian, di sebuah rumah sakit Dave terbaring di atas brankar, perlahan membuka kedua bola matanya. Terlihat beberapa alat medis yang menghiasi beberapa tubuhnya. Bahkan suara elektrokardiogram yang ada di sampingnya membuat kedua alis tebalnya mengerut. "Ck, di mana ini?" Dave bertanya-tanya dia masih meringis sembari memijat kening. Melihat sudah ada di rumah sakit, dan mengingat apa yang telah terjadi membuat Dave seketika terperanjat kaget. Nyonya Marina yang dari semalam menunggu, ia tampak sangat antusias saat melihat putra sulungnya yang akhirnya sudah sadar. " Dave! Kamu sudah bangun nak? Ibu sangat cemas sekali jangan banyak gerak dulu kondisi belum pulih sepenuhnya," Imbuh Nyonya Marina cemas. Dave terdiam, dia melihat ke arah semua ruangan terlihat ayah dan ibunya menghampiri. "Katakan pada ayah Dave, apa yang sudah terjadi pada mu dan Laura?" Sambung tuan Handoko menatap serius. Kedua alis tebal mengerut, dia masih ingat sebelum jatuh ping
Deril terkejut, saat melihat rekaman cctv yang di kirimkan oleh Rio. Terlihat mobil kakaknya terlihat mulai oleng dan saat memasuki sebuah daerah yang cukup terpencil. Tanpa banyak membuang waktu lagi, dia segera melajukan mobilnya ke arah jalan yang di kirimkan Rio. Pikirannya terus tertuju pada ucapan Gerald. Dia sangat penasaran. Sebenarnya pernikahan sang Kaka dan Laura apa ada kesalahpahaman. Tapi mengingat ibu dan neneknya begitu cemas pada mereka, membuat Deril mengesampingkan beberapa pertanyaan yang menyeruak dalam hati dan pikirannya. Begitu juga dengan Rio dan beberapa rekannya, terlihat begitu serius menyusuri sepanjang jalan. Mereka dengan teliti mengamatinya. Dave yang berusaha menggendong Laura di tampak sesekali berhenti, mengingat tubuhnya yang sama masih lemah. "Sial! Kenapa bisa seperti ini? Wanita ini juga sangat ceroboh," Dave menggerutu, berusaha menjadi tempat yang berharap ada seseorang yang bisa di mintai tolong. Melihat bibir Laura yang membiru sedikit
Kedatangan Davin dan Merry membuat Oma Nena dan juga tuan Handoko terlihat begitu antusias mereka berharap ada kabar baik tentang Dave dan Laura. Setelah menunggu-nunggu dari tadi. "Davin! Kamu akhirnya pulang juga. Bagaimana apakah sudah ada kabar tentang kakak mu?" Cecar oma Nena menatap penuh harap. Davin menghela nafas jengah, saat mendengar pertanyaan tentang sang Kaka. Tapi dia berusaha bersikap baik. "Aku belum menemukannya Oma padahal sudah berusaha keras," Jelas Davin memasang wajah sedih. Wajah penuh kekecewaan tersirat jelas tuan Handoko dan nyonya Marina mereka semakin cemas saat mendengar jika Dave dan juga Laura masih belum di temukan. "Astaga! Jadi sebenarnya mereka pergi kemana?" Nyonya Marina terdiam berusaha berpikir."Oma kira kamu sudah menemukan mereka Davin." Davin menelan saliva, saat melihat ekspresi wajah sang nenek yang tampak kecewa. Seketika Nyonya Marina pun mulai ingat pada kedua besannya, tanpa banyak berpikir lagi kini dia berjalan menghampiri tel