Home / Romansa / Kontrak Pemikat CEO Dingin / BAB LXXXVI PERINGATAN

Share

BAB LXXXVI PERINGATAN

Author: Ilastriasanim
last update Last Updated: 2025-05-17 22:00:22
Suhu ruangan kerja Ken seolah naik beberapa derajat, saat sosok tanpa undangan datang dengan ekspresi dinginnya. Ken yang sudah menduga hal ini akan terjadi suatu hari nanti, rupanya lebih cepat dari yang dibayangkannya. William datang sebagai ayah mertua itu menolak duduk saat Ken mempersilahkannya sambil berusaha tersenyum sopan. Di luar dugaan pula, William menelepon Naira saat itu dan tak lama suara Naira terdengar menyapa papanya dan bertanya di mana keberadaannya. Mata Ken membesar saat mendengar suara Naira dalam mode pengeras suara. Ia tidak tahu apa yang sedang di rencanakan William padanya dan Naira.

Tanpa basa-basi, William pun langsung bicara di antara dua orang yang keberadaannya berbeda tempat. "Tuan Kendrick, apa kau lupa apa yang saya tekankan di malam pertemuan itu?"

"Papa? Ada apa ini? Rupanya Papa bertemu Ken, ya?" Suara Naira di ujung sana menyahut, tidak menyangka dengan cara papanya sampai melakukan hal ini.

Namun, William tak menggubris pertanyaan Naira. "C
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CXXV DUA PILIHAN

    Seusai pesan itu terkirim, Naira melirik ke arah luar saat Ken pergi dari tempat itu. Meskipun sedikit gamang, namun hatinya berusaha meyakinkan dirinya untuk mulai menyelesaikan beberapa hal yang masih kabur dalam hidupnya. Ia harap, keputusannya ini akan membuat langkahnya tahu harus bagaimana ke depannya. "Nak, kau sudah selesai dengannya?" William tiba-tiba membuka matanya. Naira sedikit terkejut ketika tahu papanya pura-pura tertidur. "I-iya, Pa. Hah? kukira Papa sudah tidur," dalih Naira sedikit gugup. Ia pun memasukan ponselnya ke dalam tas kecil, agar William tak curiga dengan apa yang telah ia lakukan. "Papa tidak akan bisa tidur sebelum kau berpisah dengan pria itu!" "Ap-apa?! Apa yang Papa bicarakan? Bukankah masalah ini akan dibicarakan lagi nanti, kalau Papa sudah di apartemen?" William mengembuskan desah napasnya. Matanya menatap langit rumah sakit. "Papa seperti ini karena tak ingin kau seperti kakakmu, Cleo!" Deg! Jantung Naira tiba-tiba dikejutkan dengan

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CXXIV MINTA MAAF

    Ken langsung memacu mobilnya menuju rumah sakit. Napasnya memburu agar kakinya melangkah cepat. Meskipun hari itu ia tidak profesional, keluar dari rapat sebelum waktunya. Namun, harga dirinya menyangkut masa depan pernikahannya di ujung tanduk. Ia sudah menyadari kesalahannya. Itulah Kenapa Naira semalaman mendiamkannya. Apalagi ia tahu betul Naira selalu jujur dengan ekspresi wajahnya. Rasanya seperti terkena benda tumpul, nyerinya tak langsung terasa. Hanya luka memar yang akan muncul setelah beberapa waktu. Ken tahu, ini ulah papanya. Wilson bertindak cepat mengambil langkah pelimpahan kekuasaan tanpa persetujuannya. Langkah kaki Ken terhenti di depan pintu ruang ICU, ia mengintip dari balik kaca, Naira sedang mengobrol dengan William yang sudah bisa duduk tegak. Ken meraih daun pintu hendak membukanya. Namun, Ia menahan kakinya. Tiba-tiba, rasa bersalah berbaur dengan kegelisahan menghinggapinya. Ia urung mendorong pintu itu. Tubuhnya membelakangi kaca pintu tersebut. Napasnya

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CXXIII TIDAK SEPERTI BIASANYA

    "Um, tidak ada. I'm ok, hehe .." Ken mengkerutkan keningnya. Ia seperti melihat Naira sedang berbohong padanya. "Baiklah, aku tak akan memaksamu. Tapi, kalau kau berubah pikiran, aku siap mendengarkan masalahmu," ucapnya, dibiarkan kali ini. Ia pun kembali menyalakan mobilnya melaju sampai tiba di apartemen. Sesampainya di apartemen, mereka langsung berganti pakaian masing-masing tanpa ada obrolan yang keluar sepatah kata pun. Sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang, Naira beberapa kali mengecek ponselnya. Ken, masih memantau ekspresi Naira yang masih datar dari sejak perjalanan. Ia berusaha untuk menahan dirinya bertanya kembali. Namun, rasa tak ingin di abaikan berusaha merangseknya. Akhirnya, ia pun memberanikan diri untuk bertanya basa-basi saat Naira hendak mematikan lampu kamarnya."Kau mau kubuatkan susu?" Naira menggeleng tak acuh. "Malam ini, aku hanya ingin beristirahat, Ken," jawabnya singkat tanpa menoleh ke arah Ken. "Oh, oke. Tak apa. Kau bisa tidur duluan," balas

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CXXII SEBUAH ARTIKEL BERITA

    "Nai, Nai ...bangun," Dua kali panggilan Irene menyetuh bahunya. Ia masuk ruang ICU, saat Naira dan William tertidur pulas. Ruang ICU semakin malam terasa hening dan dingin. Irene membawakan hoodie pesanannya tadi siang. Naira pun terbangun dalam pendar mata yang masih samar. Ia mengucek kedua bola matanya dan menyahut, "Ren, kau sudah datang? Jam berapa ini?" Suaranya sedikit serak. Irene menunjukkan layar ponselnya yang menyala. "Sudah pukul sepuluh, apa kau tak mau pulang? Dimana suamimu?" tanya Irene beruntun. Naira menguap sambil meregangkan tubuhnya. Lalu melirik ke arah William yang masih terpejam. Ia meraih hoodie dari tangan Irene dan langsung memakainya. "Aku belum menghubunginya dari jam tujuh. Mungkin sedang di jalan. Lebih baik, kita bicara di luar saja. Aku takut membangunkannya," ajak Naira bangkit dari kursinya dan keluar diikuti Irene dari belakang. Tampak lorong mengarah ICU cukup lengang. Satu dua dokt

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CXXI PETUNJUK KECIL

    "Hari itu, tepat saat Aozora melahirkanmu, seorang pria asing datang membawa sebuah kado besar. Dan aku sedang menangisi ibumu atas kepergiannya yang terlalu cepat. Dia menghampiriku sedikit memberi hormat dengan wajah datar dan pucat. Saat itu, aku tak peduli siapa yang datang. Aku hanya menatapnya sambil lalu. Namun, sebelum ia pamit pergi, ia mengatakan ada sebuah titipan dari atasannya bahwa hadiah persalinan sudah ada di rumah ibumu. Lalu, ia memberikan satu koper berisi uang ke hadapanku. Katanya, itu untuk biaya hidupmu selama tujuh tahun. Dan posisiku hanya termangu membisu. Pria itu seperti terburu-buru saat ponselnya berdering. Dan tanpa berkata lagi, ia pergi meninggalkan kita tanpa penjelasan. Koper itu hanya tergeletak di atas nakas rumah sakit tanpa sempat kusentuh hari itu," tutur Roselina mulai bercerita tentang masa lalu ibunya Naira. Suaranya yang tenang, namun masih terdengar rasa kesedihan yang mendalam di wajahnya. Naira menghela napasnya perlahan. Ia tahu, baru k

  • Kontrak Pemikat CEO Dingin   BAB CXX SEPERTI ADA "SESUATU"

    Mentari mulai naik ke atas kepala. Sinarnya menembus jendela-jendela kaca rumah sakit. Lorong-lorong yang ramai dipenuhi langkah kaki tergesa. Ken dan Naira berada di sana untuk keluar sejenak menghirup udara. Setelah beberapa jam menyaksikan kembalinya kesadaran William dari komanya, keduanya beralih sejenak di sebuah taman sekitar rumah sakit tersebut. Naira duduk di antara deretan kursi kayu berwarna putih. Ia menyandarkan punggungnya sambil menghela napas panjangnya. Seakan penantian panjang penuh kesabaran itu akhirnya tak sia-sia. Ken, ikut duduk di sampingnya membawa jus buah dalam kemasan gelas plastik cup. "Minumlah, kau butuh meregangkan otot sarapmu itu," ujar Ken, menyodorkan satu minumannya, dan satu lagi untuk dirinya sendiri. Naira menerimanya dan langsung menyedot jus itu dengan cepat. Ken melirik cara minum Naira, ia terkekeh melihat Naira menikmatinya secara terburu-buru. "Sepertinya kau sedang balas dendam, ya?" kelakarnya masih terpingkal-pingkal. Garis senyum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status