Share

Kontrak Pernikahan Sang CEO
Kontrak Pernikahan Sang CEO
Penulis: rainaxdays

01. Pertemuan dengan Calon Suami

Pernikahan itu akan menjadi perubahan besar dalam hidupnya.

Layla menghela napas panjang. Kepalanya disandarkan ke kaca jendela yang dingin. Iris cokelatnya terpaku pada segaris bulan baru yang berpendar.

Perasaannya tidak karuan memikirkan pertemuannya dengan calon suaminya.

Di umurnya yang baru 19 tahun, ia terpaksa harus menerima perjodohan dari orang tuanya. Layla tidak punya pilihan lain mengingat orang tuanya terlilit banyak hutang.

Perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan dan salah satu rekannya mau menolong asal Layla bersedia dijodohkan dengan putranya.

Arsen Sergio, adalah nama dari pria itu.

Layla tidak tahu seperti apa rupanya, tetapi ibunya bilang, umurnya lima tahun lebih tua darinya. Dia adalah direktur muda yang baru saja dilantik.

Sebentar lagi, mereka akan bertemu.

Layla menatap keluar jendela untuk waktu yang lama, memikirkan kembali segala rencananya di masa lalu.

Layla sengaja menunda setahun sebelum mendaftar kuliah kedokteran melihat perusahaan ayahnya yang bermasalah, tetapi sekarang, kenyataannya justru jauh berbeda.

Layla tidak ingin melihat orang tuanya menderita, meskipun di sisi lain, ia tidak siap dengan perjodohan ini.

"Layla?"

Suara ayahnya terdengar di ambang pintu.

Layla menoleh dan ayahnya melambaikan tangan. "Kau sudah siap, Nak? Keluarga Arsen akan segera datang."

"Ah, tunggu sebentar, Ayah. Ayah duluan saja."

"Baiklah."

Layla segera berdiri dan mematut diri di depan cermin, memperhatikan refleksinya di sana. Ia masih tidak menyangka akan menikah sebentar lagi. Tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa ia akan menikah di usia semuda ini, dengan... pria asing.

Layla terus bertanya-tanya bagaimana sosok calon suaminya. Ia tidak pernah tahu bagaimana rasanya menjalin hubungan dengan seseorang.

Ia tidak pernah pacaran.

Ia terlalu sibuk merencanakan masa depannya yang sempurna, sampai kemudian takdir menjungkir-balikkan segalanya.

Apakah Arsen Sergio juga menginginkan perjodohan ini? Bagaimana perilakunya? Apakah dia pria bertempramen lembut? Atau kasar?

Ibunya bilang kalau Arsen adalah pria yang baik dan sopan. Tetapi belum pasti sifat aslinya seperti itu.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk melihat sifat asli seseorang, bahkan terkadang beberapa orang pandai menyembunyikannya dibalik topeng kebaikan dan kesopanan. Bukan berarti Layla menuduh Arsen tidak baik, hanya saja ia ingin berhati-hati.

Pernikahan adalah hubungan yang serius. Ia akan tinggal bersama pria itu, berbagi segalanya, jadi sangat penting untuk mengetahui sikapnya.

Jika Layla berminat pada bidang bisnis sejak awal, mungkin ia akan mengenal sosok Arsen. Arsen sebelumnya adalah wakil direktur yang beberapa kali melakukan pertemuan dengan ayahnya. Sayangnya, Layla terlalu acuh dan lebih fokus pada hal-hal yang berkaitan dengan kedokteran.

Menarik napas panjang, Layla bergegas turun ke lantai bawah. Di sana, ibu dan ayahnya telah menunggu di ruang tamu.

"Coba lihat penampilanmu, Sayang. Manis sekali," kata ibunya dengan senyum lebar.

Layla hanya bisa tersenyum tipis mendengar perkataan ibunya. Yah, ia tidak bisa menebak bagaimana reaksi Arsen nanti.

"Apa kau gugup?" tanya Melissa ketika Layla duduk di sampingnya. Ia mengusap lembut puncak kepala putrinya.

"Sedikit," jawab Layla, tersenyum tipis. Meskipun, tidak bisa dipungkiri kalau jantungnya mulai berdebar tidak karuan.

"Oh tunggu dulu, sebaiknya Ayah cek di gerbang depan. Mungkin saja mereka sudah lupa dengan jalannya." Dirgantara lantas berdiri dari tempatnya dan pergi ke halaman depan.

"Ibu juga sebaiknya mengecek makanan di dapur," sahut Melissa.

Layla terdiam di tempatnya dan meraih ponselnya. Tiba-tiba terpikir untuk mencari tahu beberapa hal yang mungkin bisa ia dapat mengenai kehidupan Arsen.

Ketika mengetik nama pria itu, Layla mengernyit melihat foto yang muncul.

Layla terpaku memperhatikan foto Arsen yang terpampang di layar ponselnya. Wajahnya entah kenapa terasa familier.

Layla memperhatikan dengan saksama dan benar saja, wajahnya mirip dengan seseorang yang ia kenal. Seorang pemuda yang pernah menolongnya empat tahun lalu saat ia jatuh ke selokan.

Tetapi mungkinkah?

Rasanya tidak mungkin Arsen tinggal di sana. Waktu itu, Layla sedang berlibur ke rumah neneknya yang berada di desa.

Layla memperhatikan foto Arsen yang lain, kemudian menggeleng pelan. Mungkin mereka hanya mirip, atau ingatannya yang salah. Ia tidak yakin kalau pria itu dan Arsen adalah satu orang yang sama.

Wajah Arsen yang terpampang di artikel terlihat kaku dan dingin. Apakah ia tipe pria yang pendiam? Foto-foto yang diambil memperlihatkan betapa seriusnya ekspresi pria itu. Hanya satu-dua foto yang terlihat tersenyum, itu pun hanya senyum tipis yang tampak dipaksakan.

Layla menggeser lebih jauh dan membaca beberapa artikel. Sebagian besar tentang pencapaian Arsen Sergio di usianya yang masih muda. Sisanya adalah wawancara mengenai pelantikannya sebagai direktur baru menggantikan ibunya.

Ibu Arsen didiagnosa mengidap kanker darah stadium satu, itu yang Layla tahu dari ibunya. Itu sebabnya Arsen menggantikan posisi ibunya.

Jemarinya terus menggeser layar ke bagian bawah, mencari-cari berita lain yang berbeda. Mungkin isu miring atau sebagainya.

Dari artikel sebelumnya, pria itu terlihat nyaris sempurna. Tanpa cela. Namun, tidak ada manusia yang sempurna, bukan?

'Rumor mengenai hubungan Arsen Sergio dengan sekretarisnya kembali memanas!'

Layla mengerutkan kening. Ia menegakkan tubuh dan membaca ulang judul berita yang tertera.

Arsen dan sekretarisnya?

'Arsen Sergio terlihat bersama sekretarisnya di sebuah restoran mewah!'

'Apakah pewaris Sergio Industri menjalin hubungan spesial dengan sekretarisnya sendiri?'

Apa ini? Gosip semata atau benar-benar terjadi?

Layla menggigit bibir bawahnya, ragu-ragu untuk membuka salah satu artikel. Tetapi belum sempat ia membukanya, suara mobil yang masuk ke halaman terdengar di luar. Bersamaan dengan itu, ibunya muncul bersama ayahnya.

"Mereka sudah datang," sahut Melissa dengan panik sekaligus antusias.

Layla refleks berdiri dari sofa, jantungnya terasa melompat keluar dari rongga dadanya. Ya Tuhan, ia rasanya ingin pingsan.

"Layla, kemari Nak," panggil ayahnya.

Layla menarik napas panjang dan mengikuti ayahnya menuju beranda depan. Ibunya sudah membuka pintu lebih lebar ketika dua pasang langkah kaki terdengar mendekat.

Pandangan Layla bersirobok dengan sepasang mata rusa yang menawan. Arsen menatapnya dengan ekspresi datar, tetapi kemudian kerutan muncul di keningnya ketika memperhatikan wajah Layla cukup lama.

"Ah, Layla?" Suara Ibu Arsen mengalihkan atensi Layla. Wanita itu tanpa ragu menarik Layla ke dalam pelukan dan berbisik dengan manis, "Kau sangat cantik, Nak."

Layla tersenyum canggung. "Terima kasih, Bibi."

Ibu Arsen melemparkan senyum lembut sebelum melangkah melewati pintu dan berbicara dengan orang tuanya.

Layla masih berdiri di pintu, bermaksud membiarkan Arsen melangkah lebih dulu, tetapi di luar dugaan pria itu malah berhenti di depannya.

Aroma dari parfumnya menguar memenuhi penciuman Layla, perpaduan antara kayu aras dan bergamot. Layla mendongak, baru sadar betapa tingginya pria ini. Puncak kepalanya hanya sebatas dagu Arsen.

"Kau ..." Arsen berucap, menggantung. Ia memiringkan kepalanya dan menatap Layla dari atas sampai ke bawah. Ekspresinya terlihat seolah ia ingin tertawa.

Layla menatap tidak mengerti, tetapi sedetik kemudian, Arsen malah melontarkan kalimat yang membuat pipinya seketika memerah karena malu.

"Bukankah kau ... gadis yang pernah jatuh di selokan itu 'kan?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status