共有

Ch. 5 Pasrah

last update 最終更新日: 2023-12-27 12:38:41

"Lu nggak coba cari tahu dulu sama siapa elu di jodohin? Kali aja anak dirut atau malah yang punya rumah sakit, Vin." Cerocos Brian setelah Kelvin cukup lama diam.

Terdengar helaan napas kasar, tidak perlu menoleh ke sumber suara, Brian tahu betul dari mana asal suara itu. Ia malah dengan begitu santai meneguk air mineral dalam botol, suasana hati Kelvin sedang kacau, berbeda dengan orang-orang pada umumnya yang suka tantrum bahkan mengamuk ketika suasana hati kacau, Kelvin malah kebalikannya.

"Diem lu, makin pusing pala gue, Yan!" Umpatnya dengan wajah ditekuk.

Brian tersenyum simpul, ia menepuk punggung Kelvin dengan sedikit keras. Hampir saja botol air yang tadi Brian sodorkan meluncur jatuh.

"Opsi lu cuma dua, Vin. Cari cewe, bawa ke depan nyokap atau diam pasrah dijodohin." Brian menatap mata yang tengah menatap tajam ke arahnya dengan santai, menyunggingkan senyum simpatik yang seketika mampu menurunkan kadar tajam sorot mata Kelvin.

"Opsi pertama, nggak mungkin bisa berhasil, Yan!" Desisnya lirih.

Brian membelalak, menatap Kelvin dengan tatapan tidak mengerti.

"Hey! Lu belom coba, Vin! Kenapa pesimis begitu?"

Bisa Brian lihat wajah itu makin lesu, berkali-kali Kelvin terlihat menarik napas panjang. Memang masalah yang Kelvin hadapi ini bukan masalah yang bisa dianggap sepele. Brian sendiripun tidak mau kalau mendadak main dijodohkan begini, kecuali kalau ....

"Nyokap udah kasih ulti tadi. Kalo sampe gue nolak, impian gue buat lanjut PPDS kandas gitu aja."

Kontan Brian yang tengah meneguk air mineral tersedak-sedak. Mata Brian sampai memerah, begitu dia beres mengendalikan diri, kembali Brian menoleh dan menatap nanar ke arah Kelvin.

"Wah kalo itu, sory, Vin ... gue nggak bisa komentar banyak!" Brian tentu paham bagaimana posisi Kelvin saat ini.

Sebagai dokter umum yang juga masih bergantung pada orang tua, terlebih untuk bisa lanjut sekolah spesialis nanti, Brian tentu juga tidak akan bisa berkutik kalau dihadapkan dengan kondisi macam Kelvin saat ini.

"Tentu gue lebih berat masa depan karir gue dong, Yan. Bener nggak?"

Kepala Brian terangguk cepat. Bagaimanapun, jadi seorang spesialis apalagi sampai mempunyai tambahan gelar "K" dalam kurung di belakang nama adalah impiannya. Impian Kelvin juga karena sejak dulu sekali, mereka berdua sudah menentukan langkah-langkah apa yang hendak mereka ambil setelah lulus.

"Terus? Lu pasrah nih berarti dijodohin sama nyokap lu?" Brian kembali menegaskan, dia tahu betul bagaimana si Kelvin ini, apalagi kriteria yang dia mau untuk pendamping hidup. Tidak mungkin ujug-ujug Kelvin akan diam saja tanpa melakukan apa-apa.

"Ya di depan nyokap begitu. Cuma, di belakangnya, gue bebas lakuin apa aja, kan?" Kelvin menoleh, menatap Brian dengan tatapan yang langsung membuat Brian tertegun seketika.

"Ma-maksud lu, Vin?" Brian mendadak takut, memang apa yang hendak dilakukan sahabatnya ini?

"Kalo nyokap aja bisa berlaku seenaknya ke gue begini, itu artinya gue bisa lakuin hal yang sama kan, Yan?"

***

"Mama serius mau jodohin Bang Kelvin?"

Dewi langsung menoleh, menatap Karina yang memperhatikan dirinya dari atas bed rumah sakit. Dewi menghela napas panjang, kepalanya terangguk perlahan sebagai jawaban dari apa yang tadi anak bungsunya itu tanyakan.

"Hah? Sama siapa, Ma? Bang Kelvin itu seleranya tinggi banget loh. Makanya sampe sekarang jomblo, terlalu pemilih, jadi nggak laku!" Cerocos Karina seolah merupakan rasa sakit bekas operasinya.

Dewi tertawa kecil, ia masih begitu santai duduk di sofa sambil menimang Arjuna yang nampak terlelap.

"Iya Mama tau. Makanya mama inisiatif cariin jodoh. Nggak gitu ntar abangmu sampe beruban nggak bakalan kawin, Rin."

Rasanya Karina ingin tertawa terbahak-bahak sekeras-kerasnya kalau saja ia tidak habis melakukan tindakan sesar. Untung Karina ingat, kalau tidak, nikmat sekali rasa jahitannya nanti jika ia bablas terbahak-bahak.

"Siapa sih, Ma? Anak temen mama yang mana? Anaknya tante Riana, ya?" Karina coba menebak, mamanya punya banyak teman, jadi ia tidak bisa langsung tahu dengan siapa kakaknya akan dijodohkan.

"Bukan!" Jawab Dewi cepat. "Anaknya tante Riana kan cowok semua, Rin! Nggak inget yang kecil dulu sempet mau naksir sama kamu?"

Kontan wajah Karina cemberut. Ia tentu ingat sosok itu. Tapi mana mau Karina kalau dulu dia masih SMP kelas tiga dan Helmi sudah jalan koas?

"Nggak usah bahas itu deh, Ma. Bisa gawat kalo mas Yudha denger."

Dewi tertawa kecil, sementara Karina masih cemberut sambil menekan-nekan remote TV.

"Lagian kamu sih, kok bisa-bisanya kepikiran mama mau jodohin abang mu sama anak tante Riana? Anaknya yang mana?"

"Ya kan lupa, Ma, kalo anaknya cowok semua." Untuk apa Karina ingat-ingat, itu bukan suatu hal yang penting. "Kalo gitu kasih tau deh ... Mama mau jodohin BangKe sama siapa, Ma?"

Terdengar helaan napas kasar yang membuat Karina menoleh. Wajah Dewi nampak tertunduk, terlihat tengah memperhatikan Arjuna, namun sebagai anak, Karina tahu, Dewi seperti tengah memikirkan sesuatu.

Dahi Karina berkerut. Ada apa sebenarnya? Mamanya tiba-tiba datang dan membawa kabar bahwa dia hendak menjodohkan kakak nomor 2 Karina. Ini benar-benar diluar kebiasaan Dewi! Karina tahu betul itu.

Bang Kefas bahkan Karina, mereka bebas memilih dengan siapa mereka hendak menikah. Selama bebet, bibit dan bobotnya jelas, baik Dewi maupun Ahmad tidak pernah keberatan. Bahkan Yudha yang umurnya terpaut cukup jauh dengan Karina pun mereka terima dengan tangan terbuka. Lalu kenapa ....

"Mama belum bisa kasih tahu kamu sekarang, Rin. Nanti akan ada waktunya kamu tahu dengan sendirinya. Yang jelas, mama tentu nggak akan sembarangan kasih jodoh buat abang kamu."

Karina makin tidak mengerti. Sejak kapan Dewi jadi tidak terbuka begini? Namun melihat dari raut muka Dewi saat ini, Karina memilih untuk tidak mendesak lebih jauh. Ia memilih untuk diam meksipun dalam kepalanya masih ada pertanyaan-pertanyaan mengenai rencana perjodohan itu.

"Intinya dia gadis yang baik, dari keluarga baik-baik, keturunannya baik. Sangat cocok bersanding sama abang kamu, Rin."

Kini gantian Karina yang menghela napas panjang. Ia meletakkan remote lalu menoleh menatap sang mama yang ternyata juga tengah menatap ke arahnya. Mata mereka bertemu, saling beradu beberapa detik hingga kemudian Karina melontarkan pertanyaan yang benar-benar menganggu pikirannya.

"Tapi mama yakin kalo Bang Kelvin bakalan mau dijodohkan, Ma?"

***

"Rin ayolah!" Kelvin memasang wajah mengiba, berharap ia mendapatkan bantuan dari sang adik.

Karina mencebik, sudah dia duga bahwa Kelvin akan merengek padanya seperti ini. Bukan salah Kelvin juga, rasanya semua orang akan kelabakan kalau mendadak diberitahu bahwa ia akan dijodohkan.

"Bukan aku nggak mau, Bang. Cuma masalahnya, aku sendiri dah tanya sama mama masalah itu!" Jelas Karina yang kontan membuat mata Kelvin membelalak terkejut.

"Hah serius? Terus gimana jawaban mama apa?"

Karina menghela napas panjang. Ia menatap wajah itu dengan perasaan campur aduk. Meskipun Kelvin sangat menyebalkan, namun Karina kasihan juga kalau dia harus menikahi wanita yang sama sekali bukan tipikal Kevin.

"Lah malah diem! Gimana, Rin? Mama jawab apa?'

" Mama bilang kalau ....."

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (1)
goodnovel comment avatar
Attar Muntaz
aku baru ngeh ternyata ini cerita bersambung dari annoying married.. bener kan? sukses ya kaaa seru banget ceritanya
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 125 Closing

    Lima tahun kemudian .... "Ziel, ayolah Sayang, kita harus berangkat sekarang!" Namira berteriak, ia memulas lisptick dengan terburu lalu meraih tas dan kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Dengan tergesa-gesa ia melangkah keluar kamar, hendak berbelok ke kamar Ziel ketika bocah itu sudah lebih dulu muncul dengan seragam biru-putih dan dasi kupu-kupu. "Siap hari pertama sekolah?" Tanya Namira dengan bersemangat. "Siap dong, Ma! Berangkat sekarang, kan?" Senyum Ziel merekah, senyum yang merupakan warisan dari Dimas ada di wajah itu. Namira mengangguk pelan, ia meraih tangan Ziel dan melangkah bersama keluar dari rumah. Nampak wajah mereka berbinar cerah. Hari ini hari pertama Nazriel Dewangga Putra bersekolah. Tentu bocah lima tahun itu sangat excited sekali, terlebih sang mama sampai menukar shift jaga hanya demi mengantar dan menunggui Ziel di hari pertamanya sekolah. "Nanti pulangnya makan steak ya, Ma?" Ocehnya sambil naik ke atas mobil. "Boleh, yang deket tempat kerja p

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 124 Extra Part Namira

    Namira melangkah keluar kamar, ia hendak ke kamar mandi ketika lamat-lamat bayangan tubuh itu mencuri atensinya. Langkah Namira terhenti, ia menoleh dan mendapati di teras rumah, Dimas, lelaki yang kini berstatus suaminya itu, tengah menjemur cucian di sana. Alis Namira berkerut, bukankah Dimas baru pulang jaga? Namira pikir dia tengah membersihkan diri dan makan di meja makan, rupanya ... Namira melangkah mendekat, ia baru saja hendak memanggil Dimas ketika suaminya itu lantas menoleh lebih dulu. "Loh, kamu bangun? Ziel bobok?" Tanya Dimas sambil tetap melanjutkan pekerjaannya. "Mau pipis tadi. Aku pikir kamu mandi apa makan gitu. Kenapa malah jadi nyuci?" Tanya Namira lalu membungkuk dan hendak membantu sang suami menjemuri pakaian-pakaian bayi itu. "Et!" Dimas mencekal tangan Namira. "Tadi mau pipis, kan? Sana pipis dulu! Nggak bagus nahan pipis."Namira tersenyum, ia urung membantu suaminya dan segera melangkah masuk kedalam rumah setelah mencubit gemas perut Dimas. Ia berge

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 123 Hidden Scene (Permintaan Terkahir)

    "Kenapa ini?"Handira meletakkan pulpen di meja, ia segera menjawab panggilan yang Dimas layangkan padanya. "Kenapa, Dim? Ada masalah?"Handira hendak kembali serius dengan jurnal yang tengah dia baca ketika kemudian Dimas bersuara dengan nada yang cukup serius. "Saya berubah pikiran, Dok."DEG!Jantung Handira seperti hendak meloncat dari tempatnya. Ketakutan itu mendadak menyergap hati Handira dengan begitu kuat. Ada apa ini? Kenapa Dimas tiba-tiba berubah pikiran? "Berubah pikiran yang bagaimana?" Tanya Handira dengan nada panik. Jangan bilang kalau .... "Saya berubah pikiran, Dok. Saya mau izin sama Dokter bahwa saya mengundurkan diri dari misi ini. Kalaupun nanti menantu Dokter dan Namira berpisah, itu bukan karena saya membantu Dokter, tetapi karena saya benar ingin serius dengannya dan menarik dia dari belengu yang dibuat oleh menantu Dokter sendiri."Hening! Handira mengerjapkan matanya, ia tidak salah dengar, kan? Apa yang tadi Dimas katakan? Dia bilang bahwa .... "Ka-k

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 122 Hidden Scene (Bonus)

    Handira tertegun, ia meletakkan ponsel di atas meja. Matanya memerah. Ingin dia meledakkan tantis saat ini juga. Namun tidak di tempat ini. Info yang masuk ke dalam ponsel dan emailnya adalah valid! Semua data dan infromasi yang dia terima juga bukan dari orang sembarangan. Handira harus segera bergerak, sebelum semuanya hancur berantakan! "Ya ampun, Gusti!" Handira mendesis perlahan. Segala macam rasa sedih, marah dan kecewa menyeruak dalam hatinya. Belum lagi perasaan bersalah itu ... Semua bergumul menjadi satu dan menghajar Handira dengan begitu luar biasa. Tidak! Ini bukan tentang penyakit mematikan yang dia derita! Tetapi ini tentang Agatha. Putri semata wayang yang begitu dia cintai. Bayangan senyum manis dan gelak tawa wajah itu terbayang di dalam pikiran Handira, hanya beberapa detik karena kemudian bayangan itu digantikan oleh bayangan wajah berurai air mata dengan tangis yang menyayat hati Handira. Handira menarik selembar tisu, ia menyeka air mata yang tak kuasa ia b

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 121 Happy Ending

    "Welcome home, Adel!"Kelvin membuka pintu kamar mereka lebar-lebar, mempersilahkan Agatha yang tengah menggedong Adel masuk terlebih dahulu ke dalam. Koper yang dibawa Handira sudah berpindah ke dalam ruang laundry, kini ia menyusul Agatha dan cucunya masuk ke dalam kamar. "Bobo sini, ya?" Dengan perlahan Agatha menurunkan Adel dari gendongan, membaringkan bayi menggemaskan itu ke dalam boknya. Sebuah bok yang Kelvin beli dan rakit sendiri beberapa minggu yang lalu. Saksi bahwa Kelvin sangat antusias sekali menyiapkan segala macam keperluan untuk menyambut gadis kecilnya yang cantik dan menggemaskan. "Lepas aja itu bedongnya, gerah siang-siang begini dibedong." Handira menatap Adel dari sisi kiri, nampak rona bahagia itu abadi di wajahnya. "Iya-iya, Ma. Ini Thata lepas." Agatha segera menuruti perintah mamanya, dengan lembut dan perlahan bedong itu dia lepas. Handira tersenyum, ia menarik kain bedong itu dan membawanya dipundak. Matanya belum mau lepas menatap wajah cantik dan

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 120 Wejangan dari Ahmad

    "Aduh-aduh si Gemoy!"Ruang inap Agatha jadi riuh. Sore hari, Dewi dan Ahmad benar-benar datang. Bahkan papa mertuanya itu masih sangat rapi karena pulang mengisi simposium langsung terbang demi melihat cucunya. "Adel, Ma. Namanya Adel!" Desis Kelvin merevisi, Kelvin sendiri sudah dengan setelan scrub, ia izin sebentar pada chief residennya untuk menemui Ahmad dan Dewi yang baru datang. "Biarin ih! Panggilan kesayangan kok." Balas Dewi tak mengindahkan. Kelvin mencebik, ia malah jadi macam kambing congek. Tidak ada yang peduli padanya. Semua perhatian tertuju pada Adel! Dia bintangnya sekarang. "Gimana, Tha? Ada keluhan?" Ahmad duduk di kursi yang ada di sebelah bed Agatha, Agatha sendiri duduk di tepi ranjang, tengah memperhatikan bagaimana para nenek itu sedang heboh menggendong cucunya. "Biasalah, Pa. Bekas jahitannya ini." Jawab Agatha sambil tersenyum getir, meskipun tidak sesakit kontraksi atau pas melahirkan, namun tetap saja rasa perih itu sangat menganggu dan membuatnya

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status