Share

Ch. 6 Pasrah II

"Hah? Yang bener?"

Kelvin membelalak, menatap sang adik dengan tatapan tidak percaya. Karina yang masih terbaring di atas bed lengkap dengan selang infus pun balas menatap dengan tatapan serius.

Melihat bagaimana sang adik berani membalas tatapan matanya, dan tak lupa raut wajah Karina yang begitu serius, Kelvin sontak lemas. Sia-sia sudah niatnya ingin dibantu oleh Karina mencari tahu siapa gadis yang hendak dijodohkan dengan dirinya itu. Mama yang biasanya tidak tahan menyimpan rahasia di depan Karina pun, memilih tutup mulut dan tidak mau terbuka perihal siapa gadis itu.

"Aku bohong buat apaan sih, Bang? Aku tuh juga kepo kali sama cewek yang mau dijodohin sama kamu itu. Sesuai enggak gitu loh sama selera kamu yang setinggi bintang di langit." Ujar Karina yang kini sudah kembali ke mode somplaknya.

"Nah kan, mulai!" Gerutu Kelvin yang segera beranjak dari sisi bed Karina. Ia memilih menjatuhkan tubuh ke atas sofa sambil menutup mata dengan lengan.

"Lagian, kamu itu pengennya dapet cewek yang kayak gimana sih, Bang? Dari dulu loh, heran aku!" Cerocos Karina yang makin membuat Kelvin sakit kepala.

"Dah lah, diem dulu. Sakit kepala ini!" Tukas Kelvin yang sedang malas berdebat panjang-lebar dengan Karina. Suasana hatinya sedang tidak baik.

"Serius nih! Kamu juga bakalan mau gitu aja, Bang, dijodohin sama mama? Atau kamu ada rencana lain?"

***

"Dia nolak, kan?"

Dewi menoleh, menatap Ahmad yang sudah ready di balik kemudi. Mereka hendak pulang ke rumah Yudha, setelah menunggui Karina dan menyempatkan say hallo sebentar pada beberapa sejawat di rumah sakit itu.

"Ya pastilah, Pah." jawab Dewi apa adanya, memang dia mau bilang apa pada suaminya ini? Bohong bahwa Kelvin menerima rencana perjodohan itu dengan suka cita?

"Sudah aku duga!" desis Ahmad lalu menghidupkan mesin mobil. "Mana mau dia sama anak ingusan kayak Agatha, Ma?"

Dewi menyandarkan tubuh di jok mobil. Matanya terpejam, nampak Dewi beberapa kali menghirup napas dalam-dalam.

"Aku bahkan belum memberitahu dia siapa wanita yang hendak dia nikahi, Pa." jawab Dewi yang sekali lagi jujur apa adanya.

"APA?" suara Ahmad melengking, nampak sangat terkejut setelah mengetahui bahwa Kelvin bahkan belum diberitahu dengan siapa dia akan dinikahkan.

Dengan malas Dewi membuka mata, menoleh sebentar ke arah sang suami lalu menatap lurus ke depan.

"Jangan teriak-teriak begitu ah, Pa!" gumam Dewi berusaha santai menanggapi keterkejutan sang suami.

"Gimana aku nggak teriak? Kamu ini gimana sih, Ma? Jadi tadi nggak kamu kasih tau sekalian dengan siapa dia mau kamu nikahkan?" Ahmad tidak terima, sejak awal dia memang tidak setuju dengan rencana sang istri, namun setelah Handira menemuinya secara langsung, hatinya sedikit luluh.

Dewi menghela napas panjang, meskipun wajahnya nampak tegang, tetapi ia terus berusaha tetap tenang. Tidak peduli Ahmad sudah terlihat begitu gusar tidak hanya dari raut wajah tetapi juga suaranya.

"Belum saatnya, Pa. Nantilah biar dia tahu sendiri."

Ahmad mendesah panjang, sementara Dewi, ia kembali memejamkan mata dengan dua tangan yang dia lipat di dada.

Tidak ada lagi obrolan membuat Dewi kembali mengingat bagaimana wajah Kelvin tadi, hatinya menjadi iba, namun jika teringat Handira dan Agatha, Dewi tidak tega membatalkan semua perjanjian itu. Sungguh ia benar-benar dilema untuk saat ini.

"Aku nggak tahu harus bersikap bagaimana untuk saat ini, Ma. Aku cuma mau mengingatkan, kalau sampai terjadi apa-apa sama Kelvin, kamu siap bertanggung jawab, kan?"

***

"INI ORANGNYA, THA?"

Agatha melonjak kaget, ia menatap teman-temannya yang nampak terkejut setelah Agatha menunjukkan foto Kelvin yang ada di ponselnya.

Bukan Agatha yang menyimpan foto itu, secara kebetulan ia dan Kelvin berteman di Facebo*k sejak beberapa tahun yang lalu, entah kapan, yang jelas akun mereka terhubung meskipun kini Faceb*ok itu sudah tidak aktif lagi.

"GILA ... GANTENG BANGET, WOY!" Yosa nampak heboh, matanya berbinar cerah dengan gaya centil khas Yosa kalau berhubungan dengan cowok ganteng.

"Mana udah dokter lagi! Ini mah namanya elu ketiban durian runtuh, Tha!"

Agatha yang sedari tadi diam, kini menghela napas panjang. Ia merebut ponsel dari tangan Gladys, memasukkan benda itu ke dalam saku bajunya.

"Mampus orangnya kalo beneran ketiban duren." Ujar Agatha dengan bibir mengerucut.

"Iya ini elu juga mujur mampus, Tha! Ya bener kalo gitu kaya nyokap lu, dia pengen yang terbaik buat elu, masa depan lu, sepotensial ini, Tha!" Jessy ikut menggebu-gebu, membuat Agatha mendadak sakit kepala melihat reaksi teman-temannya.

"Jadi kalian setuju nih gue dipaksa kawin sama nyokap di usia semuda ini?"

Tepat seperti dugaan Agatha, semua teman-temannya berbalik arah mendukung rencana perjodohan dirinya dengan anak tante Dewi. Agatha menghela napas panjang, mendadak ia lemas seketika. Kenapa sekarang tidak ada satu pun yang berada dipihaknya?

"Ya jelas kalo calonnya sepotensial ini, Tha. Ganteng, perkerjaan mentereng, keluarganya oke, kurang apa, Tha? Kurang apa?" Yosa kembali bersuara, dengan gaya dan penekanan yang terlihat menyebalkan sekali di mata Agatha.

"Bener! Perfect banget ini mah!" Sambung Gladys menimpali.

"Ya tapi kan nggak bisa gi--."

"Emangnya elu carinya laki model gimana, Tha? Model si Ferdy itu?" Potong Jessy cepat.

Kontan Agatha menimpuk punggung Jessy keras-keras. Kenapa jadi kampret satu itu dibawa-bawa?

"Idih! Yang ini aja gue nggak sudi, apalagi si Ferdy?" Sahut Agatha dengan muka di tekuk.

"NAH!" Gladys menjentikkan jari-jari, menatap Agatha dengan tatapan serius.

"Jadi mending si om dokter ini, kan?"

"Ya jelas mendingan ini lah!" Yosa menimpali dengan cepat.

"Ya tapi kan--."

"Belum tentu loh kalo elu nyari sendiri dapet yang spek begini, Tha! Sumpah ini perfect banget!"

Agatha menghela napas panjang. Salah rupanya ia berharap mendapat dukungan dari teman satu geng, nyatanya mereka malah berbalik dan mendukung perjodohan gila itu dilaksanakan.

"Apa gini, Tha, gue kasih solusi deh!" Yosa tiba-tiba kembali bersuara, membuat semua kontan menoleh ke arahnya.

"Solutif nggak nih?" Agatha belum berpaling dari Yosa, menatap gadis itu dengan tatapan serius.

"Tau nih! Curiga gue kalo sarannya nggak bener!" Gladys pun sama, meskipun kini mulutnya dipenuhi batagor, ia tetap menatap Yosa dengan tatapan penuh menyelidik.

"Eh jangan suudzon dulu napa sih? Gue mau bantuin Agatha nih dari perjodohan yang tidak dia inginkan itu!" Yosa mencebik, memoyongkan bibir sambil melirik kesal ke arah Gladys.

"Iya deh iya, emang apaan saran lu?" Jessy ikut menimpali, tangannya sibuk menganduk es pesanannya dengan sedotan.

"Lu serius nggak mau kawin sama om dokter ini, Tha?" Tanya Yosa dengan wajah yang teramat serius.

"Ya jelaslah! Kalo enggak, ngapain gue sekarang puyeng, Yos!" Agatha kesal, memang mereka pikir dia ini main-main, apa?

"Tau nih! Cepetan saran elu apa?" Desak Gladys yang sudah tidak sabar.

"Cukup simpel dan mudah sekali, Tha! Lu cukup nyuruh nyokap elu jodohin dia sama gue, Tha! Gampang, kan?"

---

Senang bisa kembali up lagi. Doakan bisa terus rajin update seperti dulu ya. Untuk dua judul yang lain, nanti slow update sampai tamat. Terimakasih.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nia
Hemmmm......aku baru inget deh. Ini si Kevin kalau ga salah nantinya punya pacar Dokter juga. Trus pacarannya bebas dan kebablasan. Blm nikah tapi sudah di Unboxsing ama si Kelvin. Kelvinkan secara tinggal di Apartemen sendirian. Jadi penasaran gimana akhir cerita ini.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status