Share

Ch. 4 Kabar Mengejutkan

"Mah, yang bener aja lah! Mama bercanda, kan?"

Kelvin keluar dari ruang rawat inap Karina, adiknya yang baru saja beres melahirkan. Langkah kaki Kelvin terburu mengejar sang mama. Ia harus memperjelas apa yang barusan dia dengar di dalam tadi. 

"Astaga, Vin! Mana ada waktu buat mama bercanda?" Dewi membalikkan badan, menatap Kelvin dengan tatapan serius. 

Seketika Kelvin lemas. Semangatnya datang ke kota ini guna menengok keponakan baru dan tentu saja mengerjai sang adik, mendadak runtuh. Sorot mata dan nada bicara Dewi tidak bisa membohongi dirinya. Mamanya ini benar-benar serius dengan apa yang tadi dia katakan pada Kelvin di dalam ruangan. 

"Astaga, Ma ... Kelvin bisa cari sendiri!" Kelvin menegaskan, ia sedikit tidak terima, apakah dia seburuk itu sampai tidak bisa mencari jodoh sendiri? 

"Nggak ... Nggak! Pokoknya mama udah ada calon yang tepat dan potensial buat kamu!"

Kelvin membelalak, ia hendak kembali buka mulut ketika langkah kaki Dewi kembali terayun menuju pintu keluar bangsal. 

"Loh, nggak bisa gitu dong, Ma! Hanya karena Kelvin belum pernah kenalin cewek ke mama, lantas mama bisa judge Kelvin nggak pinter cari jodoh dan main jodohin Kelvin gitu aja dong!" Kelvin protes, kakak dan adiknya saja bebas memilih jodoh mereka sendiri, siapa orang yang mau mereka nikahi, kenapa Kelvin tidak? 

Dewi tidak menghentikan langkah, ia terus mengayunkan kaki tidak peduli Kelvin mengerjarnya dengan mimik muka tak suka. 

"Ma ... Ayolah Kelvin serius ini!" Kelvin terus mengejar, ia berharap Dewi hanya mengerjai dirinya. Walapun sekali lagi sorot mata dan nada bicara Dewi sama sekali tidak mendukung harapannya. 

Langkah Dewi terhenti, ia memutar badan hingga kini Kelvin bisa menatap wajah sang mama. Nampak ia menghela napas panjang, menatap Kelvin dengan tatapan serius yang makin membuat Kelvin tidak karu-karuan. 

"Vin, mama juga serius! Mama udah bilang, kan, dari tadi? Mama ini serius! Mama udah nemuin jodoh yang cocok dan pantas buat kamu." Kembali suara itu menegaskan. 

"Tapi kenapa, Ma? Mama nggak percaya sama Kelvin kalo Kelvin bisa cari jodoh sendiri? Mama nggak per--"

"Mama cuma mau yang terbaik buat kamu, Vin. Sebagai ibu, tentu mama inginkan hal itu. Dan pilihan mama ini benar-benar yang terbaik buat kamu. Jadi mama harap kamu bisa legowo. Semua mama lakukan demi kamu!"

Mata Kelvin membulat. Tahu apa mamanya soal yang terbaik untuk Kelvin dalam masalah jodoh? Apakah mamanya tahu dengan begitu detail tentang itu sampai berani berkata demikian? 

"Ma ... Tapi, kan--."

"Nggak ada tapi, Vin!" Potong Dewi tegas. "Atur jadwalmu, mama pesankan tiket nanti. Kamu harus ketemu dan kenalan sama calon istri kamu." 

Kelvin lemas selemas-lemasnya, ia baru saja hendak kembali mengutarakan penolakan, ketika suara Dewi kembali mendominasi dan membungkam mulutnya seketika. 

"Nggak ada penolakan, ya? Atau kamu tahu apa yang akan mama lakukan kalau kamu menolak, Vin?" Suara itu kini bernadakan ancaman. "Masih pengen lanjut sekolah spesialis kan, Vin?"

***

"Begini amat nasib!" 

Kelvin merintih, ia memutuskan untuk duduk di deretan kursi yang ada di depan ICU daripada harus kembali ke kamar Karina. Pikirannya suntuk, kepalanya mendadak pusing. Segala macam kalimat yang keluar dari mulut Dewi kembali berputar dan mendengung di kepalanya. 

"Mama ini kesambet apaan sih? Main acara jodoh-jodohan segala?"

Bukan salah Kelvin kalau tidak terima. Pasalnya, dari tiga anak, hanya Kelvin yang hendak dijodohkan! Ini sama sekali tidak adil! 

Kelvin menyandarkan tubuh di kursi, menghirup udara banyak-banyak untuk menenangkan dirinya yang jujur sangat terkejut dengan apa yang dia dengar. 

"Nih minum dulu!"

Kelvin membuka matanya, menoleh dan mendapatkan Brian sudah kembali datang dengan dua botol air mineral di tangan. 

"Thanks, Yan!" Kelvin menerima botol air dari tangan Brian, membuka tutup dan meneguk isinya sedikit. 

Untung Kelvin berhasil menahan Brian untuk tidak ikut pacarnya pergi menengok Karina, jadi dia ada teman yang bisa dia ajak cerita perihal kegalauan hatinya, terlebih Brian adalah salah satu sahabat Kelvin bahkan sejak SMA. Mereka terpisah ketika beres pre klinik, dan beruntung sekali hari ini mereka bertemu, Brian dinas di rumah sakit tempat Karina koas dan melahirkan! 

"Jadi gimana? Kenapa mendadak tante mau jodohin elu?"

Kelvin mendesah mendengar pertanyaan itu. Ia tidak langsung menjawab. Jemarinya memutar tutup botol dengan pandangan mata ke depan. 

"Gue juga nggak tau, Yan. Baru aja tadi nyokap ngomong soal itu. Bilang kalo gue kudu longgarin jadwal buat diajak ketemu sama dia." Jelas Kelvin apa adanya. 

"Anak mana sih? Anaknya siapa? Elu kenal?"

Sebagai keturunan full blood murni, bukan salah Brian kalau bertanya perihal itu. Siapa tahu Brian atau orang tua atau keluarga lainnya yang juga berprofesi dokter mengenal calon istri Kelvin. 

"Entah. Gue nggak tau dan nggak minat tanya. Langsung syok gue tadi!" Kelvin memang tidak menanyakan siapa gadis itu, baginya tidak penting. Yang terpenting adalah alasan kenapa sang mama tega menjodohkan dirinya. 

Brian ikut mendesah, Kelvin sampai menoleh dan menatapnya dengan saksama. Mereka diam membisu dalam pikiran masing-masing hingga kemudian suara Brian memecah keheningan di antara mereka. 

"Lu emang nggak ada calon gitu yang bisa elu bawa ke depan nyokap? Siapa tau bisa buat gagalin rencana perjodohan itu, Vin."

Kelvin memutar tutup botol, kembali meneguk isi botol itu hingga tinggal separuh. Pacar? Calon? Ah ... bukankah ini yang menjadi salah satu alasan sang mama menjodohkan dirinya? 

"Nggak ada, Yan. Gue belum nemu aja yang klik sama gue." jawab Kelvin apa adanya. 

"Ah ... elu ini emang susah ya dari dulu!" Desah Brian grmas, "Mau cari yang kayak gimana sih, Vin? Selera lu ketinggian makanya sampe sekarang nggak nemu-nemu!"

Kelvin mencebik, kalau saja suasana hatinya tidak seburuk ini, sudah dia tabok lelaki yang ada di sampingnya. Namun Kelvin sedang benar-benar malas sekarang, jadi dia enggan meladeni Brian yang mulai muncul sikap patennya. 

"Gue suka yang dewasa, Yan. Lu kan tahu ndiri? Males gue sama cewek manja yang ujungnya cuma bikin sakit kepala."

"Lu suka sama tante-tante, Vin?"

Nah kan! 

Kelvin mendesah, ia menoleh dan menatap gemas Brian yang juga tengah menatapnya dengan tatapan terkejut. 

"Dewasa, Yan! Dewasa! Dewasa dalam hal ini sifat dan pembawaan dia! Bukan umurnya!" Kelvin menjelaskan, ia sedang tidak ingin baku hantam sekarang. "Kalo umur, gue juga pengen tetep yang di bawah umur gue, bukan di   atas."

"Ah! Padahal cewek manja tuh gemesin loh. Ya emang sih kalau berlebihan bikin keki juga." Komentar Brian yang kembali membuat Kelvin menoleh. 

"Gemesin apanya? Ngeselin yang ada!" Balas Kelvin kembali menegaskan kriteria wanita idamannya. 

"Terus jadinya ini elu mau gimana, Vin? Diam dan nerima perjodohan ini? Atau gimana?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status