Share

Ch. 4 Kabar Mengejutkan

Penulis: Selfie Hurtness
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-21 17:41:10

"Mah, yang bener aja lah! Mama bercanda, kan?"

Kelvin keluar dari ruang rawat inap Karina, adiknya yang baru saja beres melahirkan. Langkah kaki Kelvin terburu mengejar sang mama. Ia harus memperjelas apa yang barusan dia dengar di dalam tadi. 

"Astaga, Vin! Mana ada waktu buat mama bercanda?" Dewi membalikkan badan, menatap Kelvin dengan tatapan serius. 

Seketika Kelvin lemas. Semangatnya datang ke kota ini guna menengok keponakan baru dan tentu saja mengerjai sang adik, mendadak runtuh. Sorot mata dan nada bicara Dewi tidak bisa membohongi dirinya. Mamanya ini benar-benar serius dengan apa yang tadi dia katakan pada Kelvin di dalam ruangan. 

"Astaga, Ma ... Kelvin bisa cari sendiri!" Kelvin menegaskan, ia sedikit tidak terima, apakah dia seburuk itu sampai tidak bisa mencari jodoh sendiri? 

"Nggak ... Nggak! Pokoknya mama udah ada calon yang tepat dan potensial buat kamu!"

Kelvin membelalak, ia hendak kembali buka mulut ketika langkah kaki Dewi kembali terayun menuju pintu keluar bangsal. 

"Loh, nggak bisa gitu dong, Ma! Hanya karena Kelvin belum pernah kenalin cewek ke mama, lantas mama bisa judge Kelvin nggak pinter cari jodoh dan main jodohin Kelvin gitu aja dong!" Kelvin protes, kakak dan adiknya saja bebas memilih jodoh mereka sendiri, siapa orang yang mau mereka nikahi, kenapa Kelvin tidak? 

Dewi tidak menghentikan langkah, ia terus mengayunkan kaki tidak peduli Kelvin mengerjarnya dengan mimik muka tak suka. 

"Ma ... Ayolah Kelvin serius ini!" Kelvin terus mengejar, ia berharap Dewi hanya mengerjai dirinya. Walapun sekali lagi sorot mata dan nada bicara Dewi sama sekali tidak mendukung harapannya. 

Langkah Dewi terhenti, ia memutar badan hingga kini Kelvin bisa menatap wajah sang mama. Nampak ia menghela napas panjang, menatap Kelvin dengan tatapan serius yang makin membuat Kelvin tidak karu-karuan. 

"Vin, mama juga serius! Mama udah bilang, kan, dari tadi? Mama ini serius! Mama udah nemuin jodoh yang cocok dan pantas buat kamu." Kembali suara itu menegaskan. 

"Tapi kenapa, Ma? Mama nggak percaya sama Kelvin kalo Kelvin bisa cari jodoh sendiri? Mama nggak per--"

"Mama cuma mau yang terbaik buat kamu, Vin. Sebagai ibu, tentu mama inginkan hal itu. Dan pilihan mama ini benar-benar yang terbaik buat kamu. Jadi mama harap kamu bisa legowo. Semua mama lakukan demi kamu!"

Mata Kelvin membulat. Tahu apa mamanya soal yang terbaik untuk Kelvin dalam masalah jodoh? Apakah mamanya tahu dengan begitu detail tentang itu sampai berani berkata demikian? 

"Ma ... Tapi, kan--."

"Nggak ada tapi, Vin!" Potong Dewi tegas. "Atur jadwalmu, mama pesankan tiket nanti. Kamu harus ketemu dan kenalan sama calon istri kamu." 

Kelvin lemas selemas-lemasnya, ia baru saja hendak kembali mengutarakan penolakan, ketika suara Dewi kembali mendominasi dan membungkam mulutnya seketika. 

"Nggak ada penolakan, ya? Atau kamu tahu apa yang akan mama lakukan kalau kamu menolak, Vin?" Suara itu kini bernadakan ancaman. "Masih pengen lanjut sekolah spesialis kan, Vin?"

***

"Begini amat nasib!" 

Kelvin merintih, ia memutuskan untuk duduk di deretan kursi yang ada di depan ICU daripada harus kembali ke kamar Karina. Pikirannya suntuk, kepalanya mendadak pusing. Segala macam kalimat yang keluar dari mulut Dewi kembali berputar dan mendengung di kepalanya. 

"Mama ini kesambet apaan sih? Main acara jodoh-jodohan segala?"

Bukan salah Kelvin kalau tidak terima. Pasalnya, dari tiga anak, hanya Kelvin yang hendak dijodohkan! Ini sama sekali tidak adil! 

Kelvin menyandarkan tubuh di kursi, menghirup udara banyak-banyak untuk menenangkan dirinya yang jujur sangat terkejut dengan apa yang dia dengar. 

"Nih minum dulu!"

Kelvin membuka matanya, menoleh dan mendapatkan Brian sudah kembali datang dengan dua botol air mineral di tangan. 

"Thanks, Yan!" Kelvin menerima botol air dari tangan Brian, membuka tutup dan meneguk isinya sedikit. 

Untung Kelvin berhasil menahan Brian untuk tidak ikut pacarnya pergi menengok Karina, jadi dia ada teman yang bisa dia ajak cerita perihal kegalauan hatinya, terlebih Brian adalah salah satu sahabat Kelvin bahkan sejak SMA. Mereka terpisah ketika beres pre klinik, dan beruntung sekali hari ini mereka bertemu, Brian dinas di rumah sakit tempat Karina koas dan melahirkan! 

"Jadi gimana? Kenapa mendadak tante mau jodohin elu?"

Kelvin mendesah mendengar pertanyaan itu. Ia tidak langsung menjawab. Jemarinya memutar tutup botol dengan pandangan mata ke depan. 

"Gue juga nggak tau, Yan. Baru aja tadi nyokap ngomong soal itu. Bilang kalo gue kudu longgarin jadwal buat diajak ketemu sama dia." Jelas Kelvin apa adanya. 

"Anak mana sih? Anaknya siapa? Elu kenal?"

Sebagai keturunan full blood murni, bukan salah Brian kalau bertanya perihal itu. Siapa tahu Brian atau orang tua atau keluarga lainnya yang juga berprofesi dokter mengenal calon istri Kelvin. 

"Entah. Gue nggak tau dan nggak minat tanya. Langsung syok gue tadi!" Kelvin memang tidak menanyakan siapa gadis itu, baginya tidak penting. Yang terpenting adalah alasan kenapa sang mama tega menjodohkan dirinya. 

Brian ikut mendesah, Kelvin sampai menoleh dan menatapnya dengan saksama. Mereka diam membisu dalam pikiran masing-masing hingga kemudian suara Brian memecah keheningan di antara mereka. 

"Lu emang nggak ada calon gitu yang bisa elu bawa ke depan nyokap? Siapa tau bisa buat gagalin rencana perjodohan itu, Vin."

Kelvin memutar tutup botol, kembali meneguk isi botol itu hingga tinggal separuh. Pacar? Calon? Ah ... bukankah ini yang menjadi salah satu alasan sang mama menjodohkan dirinya? 

"Nggak ada, Yan. Gue belum nemu aja yang klik sama gue." jawab Kelvin apa adanya. 

"Ah ... elu ini emang susah ya dari dulu!" Desah Brian grmas, "Mau cari yang kayak gimana sih, Vin? Selera lu ketinggian makanya sampe sekarang nggak nemu-nemu!"

Kelvin mencebik, kalau saja suasana hatinya tidak seburuk ini, sudah dia tabok lelaki yang ada di sampingnya. Namun Kelvin sedang benar-benar malas sekarang, jadi dia enggan meladeni Brian yang mulai muncul sikap patennya. 

"Gue suka yang dewasa, Yan. Lu kan tahu ndiri? Males gue sama cewek manja yang ujungnya cuma bikin sakit kepala."

"Lu suka sama tante-tante, Vin?"

Nah kan! 

Kelvin mendesah, ia menoleh dan menatap gemas Brian yang juga tengah menatapnya dengan tatapan terkejut. 

"Dewasa, Yan! Dewasa! Dewasa dalam hal ini sifat dan pembawaan dia! Bukan umurnya!" Kelvin menjelaskan, ia sedang tidak ingin baku hantam sekarang. "Kalo umur, gue juga pengen tetep yang di bawah umur gue, bukan di   atas."

"Ah! Padahal cewek manja tuh gemesin loh. Ya emang sih kalau berlebihan bikin keki juga." Komentar Brian yang kembali membuat Kelvin menoleh. 

"Gemesin apanya? Ngeselin yang ada!" Balas Kelvin kembali menegaskan kriteria wanita idamannya. 

"Terus jadinya ini elu mau gimana, Vin? Diam dan nerima perjodohan ini? Atau gimana?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 125 Closing

    Lima tahun kemudian .... "Ziel, ayolah Sayang, kita harus berangkat sekarang!" Namira berteriak, ia memulas lisptick dengan terburu lalu meraih tas dan kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Dengan tergesa-gesa ia melangkah keluar kamar, hendak berbelok ke kamar Ziel ketika bocah itu sudah lebih dulu muncul dengan seragam biru-putih dan dasi kupu-kupu. "Siap hari pertama sekolah?" Tanya Namira dengan bersemangat. "Siap dong, Ma! Berangkat sekarang, kan?" Senyum Ziel merekah, senyum yang merupakan warisan dari Dimas ada di wajah itu. Namira mengangguk pelan, ia meraih tangan Ziel dan melangkah bersama keluar dari rumah. Nampak wajah mereka berbinar cerah. Hari ini hari pertama Nazriel Dewangga Putra bersekolah. Tentu bocah lima tahun itu sangat excited sekali, terlebih sang mama sampai menukar shift jaga hanya demi mengantar dan menunggui Ziel di hari pertamanya sekolah. "Nanti pulangnya makan steak ya, Ma?" Ocehnya sambil naik ke atas mobil. "Boleh, yang deket tempat kerja p

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 124 Extra Part Namira

    Namira melangkah keluar kamar, ia hendak ke kamar mandi ketika lamat-lamat bayangan tubuh itu mencuri atensinya. Langkah Namira terhenti, ia menoleh dan mendapati di teras rumah, Dimas, lelaki yang kini berstatus suaminya itu, tengah menjemur cucian di sana. Alis Namira berkerut, bukankah Dimas baru pulang jaga? Namira pikir dia tengah membersihkan diri dan makan di meja makan, rupanya ... Namira melangkah mendekat, ia baru saja hendak memanggil Dimas ketika suaminya itu lantas menoleh lebih dulu. "Loh, kamu bangun? Ziel bobok?" Tanya Dimas sambil tetap melanjutkan pekerjaannya. "Mau pipis tadi. Aku pikir kamu mandi apa makan gitu. Kenapa malah jadi nyuci?" Tanya Namira lalu membungkuk dan hendak membantu sang suami menjemuri pakaian-pakaian bayi itu. "Et!" Dimas mencekal tangan Namira. "Tadi mau pipis, kan? Sana pipis dulu! Nggak bagus nahan pipis."Namira tersenyum, ia urung membantu suaminya dan segera melangkah masuk kedalam rumah setelah mencubit gemas perut Dimas. Ia berge

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 123 Hidden Scene (Permintaan Terkahir)

    "Kenapa ini?"Handira meletakkan pulpen di meja, ia segera menjawab panggilan yang Dimas layangkan padanya. "Kenapa, Dim? Ada masalah?"Handira hendak kembali serius dengan jurnal yang tengah dia baca ketika kemudian Dimas bersuara dengan nada yang cukup serius. "Saya berubah pikiran, Dok."DEG!Jantung Handira seperti hendak meloncat dari tempatnya. Ketakutan itu mendadak menyergap hati Handira dengan begitu kuat. Ada apa ini? Kenapa Dimas tiba-tiba berubah pikiran? "Berubah pikiran yang bagaimana?" Tanya Handira dengan nada panik. Jangan bilang kalau .... "Saya berubah pikiran, Dok. Saya mau izin sama Dokter bahwa saya mengundurkan diri dari misi ini. Kalaupun nanti menantu Dokter dan Namira berpisah, itu bukan karena saya membantu Dokter, tetapi karena saya benar ingin serius dengannya dan menarik dia dari belengu yang dibuat oleh menantu Dokter sendiri."Hening! Handira mengerjapkan matanya, ia tidak salah dengar, kan? Apa yang tadi Dimas katakan? Dia bilang bahwa .... "Ka-k

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 122 Hidden Scene (Bonus)

    Handira tertegun, ia meletakkan ponsel di atas meja. Matanya memerah. Ingin dia meledakkan tantis saat ini juga. Namun tidak di tempat ini. Info yang masuk ke dalam ponsel dan emailnya adalah valid! Semua data dan infromasi yang dia terima juga bukan dari orang sembarangan. Handira harus segera bergerak, sebelum semuanya hancur berantakan! "Ya ampun, Gusti!" Handira mendesis perlahan. Segala macam rasa sedih, marah dan kecewa menyeruak dalam hatinya. Belum lagi perasaan bersalah itu ... Semua bergumul menjadi satu dan menghajar Handira dengan begitu luar biasa. Tidak! Ini bukan tentang penyakit mematikan yang dia derita! Tetapi ini tentang Agatha. Putri semata wayang yang begitu dia cintai. Bayangan senyum manis dan gelak tawa wajah itu terbayang di dalam pikiran Handira, hanya beberapa detik karena kemudian bayangan itu digantikan oleh bayangan wajah berurai air mata dengan tangis yang menyayat hati Handira. Handira menarik selembar tisu, ia menyeka air mata yang tak kuasa ia b

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 121 Happy Ending

    "Welcome home, Adel!"Kelvin membuka pintu kamar mereka lebar-lebar, mempersilahkan Agatha yang tengah menggedong Adel masuk terlebih dahulu ke dalam. Koper yang dibawa Handira sudah berpindah ke dalam ruang laundry, kini ia menyusul Agatha dan cucunya masuk ke dalam kamar. "Bobo sini, ya?" Dengan perlahan Agatha menurunkan Adel dari gendongan, membaringkan bayi menggemaskan itu ke dalam boknya. Sebuah bok yang Kelvin beli dan rakit sendiri beberapa minggu yang lalu. Saksi bahwa Kelvin sangat antusias sekali menyiapkan segala macam keperluan untuk menyambut gadis kecilnya yang cantik dan menggemaskan. "Lepas aja itu bedongnya, gerah siang-siang begini dibedong." Handira menatap Adel dari sisi kiri, nampak rona bahagia itu abadi di wajahnya. "Iya-iya, Ma. Ini Thata lepas." Agatha segera menuruti perintah mamanya, dengan lembut dan perlahan bedong itu dia lepas. Handira tersenyum, ia menarik kain bedong itu dan membawanya dipundak. Matanya belum mau lepas menatap wajah cantik dan

  • Kontrak Pernikahan Suami Dokter Dadakan   Ch. 120 Wejangan dari Ahmad

    "Aduh-aduh si Gemoy!"Ruang inap Agatha jadi riuh. Sore hari, Dewi dan Ahmad benar-benar datang. Bahkan papa mertuanya itu masih sangat rapi karena pulang mengisi simposium langsung terbang demi melihat cucunya. "Adel, Ma. Namanya Adel!" Desis Kelvin merevisi, Kelvin sendiri sudah dengan setelan scrub, ia izin sebentar pada chief residennya untuk menemui Ahmad dan Dewi yang baru datang. "Biarin ih! Panggilan kesayangan kok." Balas Dewi tak mengindahkan. Kelvin mencebik, ia malah jadi macam kambing congek. Tidak ada yang peduli padanya. Semua perhatian tertuju pada Adel! Dia bintangnya sekarang. "Gimana, Tha? Ada keluhan?" Ahmad duduk di kursi yang ada di sebelah bed Agatha, Agatha sendiri duduk di tepi ranjang, tengah memperhatikan bagaimana para nenek itu sedang heboh menggendong cucunya. "Biasalah, Pa. Bekas jahitannya ini." Jawab Agatha sambil tersenyum getir, meskipun tidak sesakit kontraksi atau pas melahirkan, namun tetap saja rasa perih itu sangat menganggu dan membuatnya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status