Share

Bab 3

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-25 09:01:32

Apa yang dilakukan Karin membuat dirinya seakan kehilangan akal sehatnya. Laki-laki mana yang mampu menolak apa yang ditawarkan oleh wanita yang dicintainya. Agar tidak lepas kendali, ia menarik tangannya dan kembali menyelimuti tubuh polos kekasihnya.

"Abang, lakukan bang, lakukan." Diciumnya bibir Rafasya dengan buas dan penuh hasrat. Ia tidak pernah menyangka, bahwa kisah percintaannya dengan pria yang begitu sangat dicintainya, akan seperti ini.

"Kenapa Abang tidak membalas, apa Abang sudah tidak cinta aku lagi. Apa secepat ini, Abang melupakan aku." Karin menangis. Ia kecewa, ketika Rafasya tidak membalas ciuman yang diberikannya.

Rafasya menggelengkan kepalanya. "Abang tidak mencintai dia. Cinta abang hanya untuk Karin." Ditatapnya wajah cantik Karin yang sudah berantakan.

"Abang bilang tidak cinta dia, tapi abang menikah dengan dia." Karin berucap dengan tangan yang di kepalkan. Ia memukul-mukul dada Rafasya dengan tenang yang lemah. Posisinya terancam dengan kehadiran Cinta, wanita muda yang dipilih oleh kedua orang tua Rafasya. Bagaimana mungkin dirinya bisa tenang ketika wanita yang menjadi istri dari kekasihnya seorang gadis yang begitu cantik dan masih sangat muda. Berbeda dengannya yang sudah berusia 28 tahun. 4 tahun lamanya Karin menghabiskan waktu untuk berpacaran dengan Rafasya. Dengan harapan kedua orang tua Rafasya mau menerimanya menjadi bagian dari keluarga Wijaya. Namun apa yang didapatnya, hanyalah kekecewaan.

"Abang terpaksa menikah dengan dia, karena mama, papa memaksa. Namun nanti Abang akan menceraikan dia. Sekarang Abang hanya sedang mencari alasan untuk bisa menceraikan dia. Yakinlah, kita akan menikah." Rafasya sudah memikirkan rencana yang akan dibuatnya.

"Abang jangan bercanda." Karin mengusap air matanya. Ditatapnya wajah sang kekasih dengan mata yang terbuka lebar.

Rafasya menggelengkan kepalanya. "Abang tidak bercanda Karin, abang beneran," ucap dengan penuh keseriusan.

Tangis Karin mereda, saat mendengar janji manis yang diucapkan kekasihnya.

"Aku tahu, Abang tidak suka alkohol. Aku sudah siapkan Abang minuman. Abang pasti lelah, setelah duduk bersanding seharian. Abang minum dulu." Disodorkannya botol minuman mineral yang sudah dibuka tutupnya.

Rafasya diam memandang minuman yang diberikan Karin.

"Ayo bang, diminum." Karin tersenyum dan memaksa kekasihnya untuk meminum air mineral yang sudah di siapkannya. Ditatapnya wajah kekasihnya dengan matanya tidak terbuka dengan sempurna.

"Iya, Abang minum." Rafasya hanya memegang botol minuman tersebut.

"Minum bang, kita nikmati malam ini berdua, hingga pagi." Tangganya dengan sangat nakal bermain di dada bidang milik si lelaki. Selimut yang tadi menutupi tubuhnya sudah dibuang kembali dan dengan gaya eksotik, Karin mengelus bagian di bawah pusarnya.

Rafasya hanya diam dan menelan air liurnya. Godaan ini, sungguh terasa berat untuknya. Namun aroma bau alkohol dari mulut Karin, begitu sangat mengganggunya. Ia, bukan jenis laki-laki yang menyukai minuman yang memabukkan tersebut.

"Aku rela menjadi pengganti dia. Aku tahu Abang datang ke sini dan tidak melakukan malam pertama dengannya. Karena itu, aku siap memberikan tubuhku untuk abang." Karin menurunkan selimut yang menutupi tubuhnya. Tanpa ada rasa malu, tangannya bermain-main dan memelintir puncak kecil berwarna kecoklatan tersebut. Karin senyum memandang wajah kekasihnya.

"Abang pegang, remas dan cubit puncaknya bang, seperti ini bang. Ini rasanya sangat enak bang." Karin mempraktekkan seperti apa yang diinginkannya. Napasnya turun naik dan sedikit mendesa.

Dipegangnya tangan Rafasya dan meletakkan di bagian dadanya. Demi pria yang dicintainya, wanita itu rela menjatuhkan harga dirinya hingga serendah-rendahnya. Kini Karin sudah seperti wanita yang tidak memiliki harga diri dan memohon belaian dari seorang pria.

Rafasya diam ketika menyentuh bagian yang penuh digenggamnya. Tidak ada yang diucapkannya. Ia hanya sibuk mengendalikan dirinya, agar tidak melakukan perbuatan yang akan merugikan wanita yang dicintainya

"Abang, lakukan bang, Abang aku cinta Abang. Abang jangan malu-malu. Abang pasti sangat menginginkan ini. Aku akan sangat bahagia, bisa melakukan dosa terindah ini." Bagaikan seorang pengemis, ia memohon dengan kekasihnya yang sudah menjadi suami, wanita lain.

Rafasya menelan air liurnya, yang terasa kering. Matanya menatap gunung indah yang sudah di genggaman tangannya.

Ada rasa kecewa ketika melihat pria itu hanya memegang saja tanpa melakukan apapun. Namun Karin tidak menyerah. ia meremas, mencubit dan menarik puncak atas dadanya dengan keras dan berharap Kekasihnya lepas kendali.

Rafasa diam dan memejamkan matanya. Ia mencoba untuk menenangkan diri dan tidak ingin melihat keindahan yang dipajang di depan mata. Tubuhnya terasa panas saat Karin membuka lebar kakinya dan memperlihatkan areal pribadinya yang menggoda. Namun dengan cepat ditepisnya pikiran kotor yang sudah memenuhi tempurung kelapanya.

"Sayang jangan seperti ini." Raffasa memegang tangan Karin.

Karin tersenyum dan mencium bibir kekasihnya dengan buas. Seperti apa yang sudah direncanakan, Rafasya harus masuk ke dalam perangkatnya. Ia tidak akan pernah rela dan mau melepaskan pria yang begitu sangat dicintainya.

Apa yang tawarkan Karin sungguh tidak mampu ditolaknya. Ia membalas

dengan tidak kalah panasnya dengan tangan yang sudah meraba bagian dada kekasihnya.

Karin tersenyum ketika melepaskan bibir kekasihnya. Kini tangannya mulai bermain-main di pangkal paha milik Rafasya.

Rafasya memegang tangan Karin dan menjauhkan dari barang miliknya. Pria itu tidak ingin lepas kendali dan masih bisa menjaga prinsip yang selalu dipertahankannya.

"Apa benar, Abang gak mau coba bang. Ini rasanya sangat enak." Karin tidak lelah untuk merayu kekasihnya.

"Karin kamu mabuk." Rafasya berkata dengan nafas tersengal-sengal.

"Aku memang mabuk bang, aku dimabukkan cinta abang." Karin tertawa kering.

"Jangan seperti ini Karin, kamu mabuk."

Dengan cepat dipegangnya tangan kekasihnya dan menyelimuti tubuh wanita tersebut. Dipeluknya tubuh Karin, agar bisa memberikan rasa tenang. Rafasa hanya diam dan mengusap kepala Kekasihnya hingga tertidur.

Dihubunginya nomor ponsel milik manajer Karin, melalui telepon seluler milik sang artis. Dengan cepat, sambungan telepon diangkat si pemilik nomor.

Setelah berbicara dengan si pemilik nomor, Rafasya menutup sambungan telepon, setelah mendengar jawaban di seberang sana.

Hanya diam dan terpaku, menatap sosok yang begitu sangat menyediakan tersebut. Melihat Karin seperti ini, membuatnya merasa bersalah.

Dilihatnya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Kenapa dia lama sekali," kata Rafasya setelah cukup lama menunggu manajer Jessy datang.

"Mas Rafasya."

Rafasya yang sedang larut dalam pikirannya, terkejut ketika mendengar suara manajer Jessy. "Aku senang, kamu sudah datang. Aku ingin kamu menjaganya. Jangan tinggalkan dia sendiri."

"Baik mas," jawabnya.

"Abang pulang dulu ya Karin." Diusapnya kepala Karin dan mencium kening.

Manager Jessy hanya diam memandang Rafasya. Melihat Artisnya seperti ini, ia begitu sangat kasihan.

"Bila pagi besok, dia bangun dan mencari ku, Katalan aku baru saja pulang, dan kamu baru saja datang," pesan Rafasya.

"Baik mas," jawab Jessy. Ia meletakkan botol minum mineral miliknya di atas meja yang ada di samping tempat tidur Karin.

Setelah manajer Jessy datang, kini ia bisa tenang meningkatkan kekasihnya. Rafasya mengambil botol minum mineral yang diberikan Karin untuk diminum di dalam mobil. Ia kemudian pergi tanpa memasangkan baju Karin terlebih dahulu.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 172

    Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 171

    Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 170

    Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 169

    Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 168

    Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 167

    Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status