Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon
Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan
Menikah dengan pria yang begitu sangat di cintai, sudah menjadi impian semua wanita. Begitu juga dengan Cinta yang saat ini berusia 21 tahun. Setelah acar pernikahan mewah di hotel selesai terselenggara, kini ia berada di dalam kamar pengantin bersama suami tercinta.Namun berbeda dengan Rafasya Wijaya, menikah karena perjodohan, membuat pria itu semakin membenci wanita yang sudah menjadi istrinya. Rafasya, hanya diam memandang Cinta dengan tatapan tajam. Dari sorot matanya, terlihat, bahwa ia tidak menyukai wanita yang baru saja dihalalkannya.Cinta tertunduk malu saat sang suami memandang ke arahnya. Jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya. Wanita cantik itu tidak sanggup mengangkat kepala dan memandang wajah pria yang sudah berstatus suaminya."Apa yang akan dilakukannya." Cinta membatin. Wanita itu panaik, jantungnya, seakan mau lepas dari tempatnya, ketika melihat sang suami membuka jas. Keringat mulai bercucuran di pelipis keningnya. Mungkin impiannya terlalu tinggi dan ber
Pakaian yang disiapkan istrinya, tidak dipakainya. Pria itu hanya diam dan termenung. Saat ini yang ada di dalam pikirannya hanyalah Karin. "Bagaimana kabar Karin saat ini?" Pernikahan yang dilakukannya sudah pasti melukai hati wanita yang masih menjadi kekasihnya. Berada dalam kondisi seperti ini, membuatnya frustasi .sedangkan Cinta yang berada di dalam kamar mandi, berusaha untuk menenangkan dirinya. Tidak diduganya jika Rafasya akan keluar dengan tampilan polos seperti itu. "Apa dia ingin membunuh ku." Wajahnya masih pucat karena melihat ulah suaminya. Diusapnya kening yang memerah dan sedikit bengkak.Tiba-tiba saja Cinta merasa panik yang luar biasa. Saat ini dia sudah membayangkan seperti apa nanti malam pertamanya dengan Rafasya. "Siap nggak siap harus siap." Cinta mengingatkan dirinya sendiri karena sekarang ia seorang istri yang memang sudah memiliki kewajiban untuk melayani suaminya.Setelah cukup lama menenangkan diri wanita itu akhirnya memandi dan membersihkan tubuhny
Apa yang dilakukan Karin membuat dirinya seakan kehilangan akal sehatnya. Laki-laki mana yang mampu menolak apa yang ditawarkan oleh wanita yang dicintainya. Agar tidak lepas kendali, ia menarik tangannya dan kembali menyelimuti tubuh polos kekasihnya."Abang, lakukan bang, lakukan." Diciumnya bibir Rafasya dengan buas dan penuh hasrat. Ia tidak pernah menyangka, bahwa kisah percintaannya dengan pria yang begitu sangat dicintainya, akan seperti ini. "Kenapa Abang tidak membalas, apa Abang sudah tidak cinta aku lagi. Apa secepat ini, Abang melupakan aku." Karin menangis. Ia kecewa, ketika Rafasya tidak membalas ciuman yang diberikannya.Rafasya menggelengkan kepalanya. "Abang tidak mencintai dia. Cinta abang hanya untuk Karin." Ditatapnya wajah cantik Karin yang sudah berantakan. "Abang bilang tidak cinta dia, tapi abang menikah dengan dia." Karin berucap dengan tangan yang di kepalkan. Ia memukul-mukul dada Rafasya dengan tenang yang lemah. Posisinya terancam dengan kehadiran Ci
Cinta hanya diam dan duduk termenung di meja makan. Dipandangnya hidangan lezat yang tertata rapi di atas meja makan. Sejak tadi ia hanya diam dan memandang hidangan tersebut hingga mendingin. Seharusnya malam ini momen makan malam perdananya dengan suaminya. Namun semua itu hanya mimpi karena pada kenyataannya wanita cantik tersebut hanya duduk seorang diri sambil memandangi lilin kecil yang yang akan padam dengan sendirinya karena sudah habis mencair. Setelah kepergian Rafasya, Cinta hanya diam dan menangis dan berharap rasa sakitnya bisa berkurang dengan menangis seperti. Pikirannya mundur jauh ke belakang. Kenangan di saat kedua orang tuanya mengantarkan Cinta ke Jakarta untuk kuliah, menjadi momen pertemuan sang papa dengan sahabat lamanya yang merupakan Erik, papa dari Rafasya. Cinta tidak menyangka bahwa ternyata sebelum pergi, kedua orang tua Rafasya meminta untuk menjodohkan Cinta dan Rafasya. Padahal mereka tahu jika putra mereka sudah memiliki kekasih yang bernama Karina.
"Aku akan melakukan apa yang kamu inginkan. Bukankah kamu sangat menginginkan ini?" Rafasya mengangkat sudut bibirnya sebelah kanan. Dengan sangat keras digenggamnya benda berbentuk Buki tersebut."Enggak bang, jangan kuat-kuat sakit." Cinta meringis merasakan sakit ketika suaminya menggenggamnya dengan sangat kuat dan kasar."Jangan bohong, kau pasti sangat menyukai ini. Aku sangat tidak suka wanita munafik seperti kau. Jadi akui saja, bukankah kau begitu sangat menginginkan ini." Rafasya semakin menggenggam dengan sangat kuat."Abang, tolong lepasin." Cinta meringis."Apa gunanya kau, memakai pakaian yang begitu sangat menggoda seperti ini, bila tidak untuk menggoda dan merayu ku. Bukankah ini yang kau inginkan. Aku hanya ingin mencicipi barang ku. Aku ingin tahu, apa milik mu enak dan bisa membuat aku puas dan candu. " Rafasya menarik Mini dress istrinya ke atas. Dibukanya kain pelindung berbentuk segitiga berwarna hitam dengan sangat kasar. Tangannya sebelah kiri, berada di lehe
Cinta berusaha untuk mengeraskan suaranya. Namun tetap saja suaranya tidak keluar. Tangan lebar Rafasya dengan keras menekan batang lehernya. Rafasya melepaskan tangannya di leher istrinya ketika melihat kondisi wanita itu sudah semakin melemah. Tidak ada kelembutan dan tidak ada rasa kasihan. Hatinya seakan mati. Yang ada hanya rasa bahagia dan senang saat mendengar jeritan dan suara tangis kesakitan wanita yang sangat di bencinya. Entah sudah berapa kali dan sudah berapa jam ia melakukan penyatuan terhadap istrinya. Rafasya baru menghentikan permainannya ketika benar-benar merasa puas. Meskipun tahu ini merupakan pengalaman pertama untuk Cinta, namun pria itu tetap melakukannya dengan kasar dan tanpa ada rasa kasihan. Dilihatnya Cinta yang sudah terkulai lemas dan tidak sadarkan diri. Wajahnya pucat, bibir putih dan kering. Di sudut bibir kiri dan kanan, ada sisa darah yang sudah mengering. Tubuh wanita itu tampak menyedihkan. Kulitnya yang putih, meninggalkan jejak tangan yan