Share

Bab 4

Author: Liazta
last update Last Updated: 2023-06-25 10:06:26

Cinta hanya diam dan duduk termenung di meja makan. Dipandangnya hidangan lezat yang tertata rapi di atas meja makan. Sejak tadi ia hanya diam dan memandang hidangan tersebut hingga mendingin. Seharusnya malam ini momen makan malam perdananya dengan suaminya. Namun semua itu hanya mimpi karena pada kenyataannya wanita cantik tersebut hanya duduk seorang diri sambil memandangi lilin kecil yang yang akan padam dengan sendirinya karena sudah habis mencair.

Setelah kepergian Rafasya, Cinta hanya diam dan menangis dan berharap rasa sakitnya bisa berkurang dengan menangis seperti. Pikirannya mundur jauh ke belakang. Kenangan di saat kedua orang tuanya mengantarkan Cinta ke Jakarta untuk kuliah, menjadi momen pertemuan sang papa dengan sahabat lamanya yang merupakan Erik, papa dari Rafasya.

Cinta tidak menyangka bahwa ternyata sebelum pergi, kedua orang tua Rafasya meminta untuk menjodohkan Cinta dan Rafasya. Padahal mereka tahu jika putra mereka sudah memiliki kekasih yang bernama Karina. Dan permintaan itu di terima oleh kedua orang tua Cinta. Bahkan papanya sempat menitipkan putri semata wayangnya kepada sahabatnya Erik.

Berulang kali menolak perjodohan, namun pada akhirnya Cinta menerimanya, karena perjanjian yang sudah di sepakati kedua orang tua mereka.

Air matanya semakin mengalir deras saat mengingat momen terakhir bersama dengan kedua orang tuanya. Cinta tidak percaya dan menolak kenyataan, saat mendengar kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Namun ia sudah tidak lagi bisa berkata apa-apa ketika sudah melihat jasad kedua orang tuanya yang di antarkan ke rumah Erik. Erik juga yang membantu menyelesaikan pemakaman kedua orang tuanya.

"Aku sudah siap menjalani rumah tangga dengan bang Rafa, jadi karena itu, aku tidak boleh menyerah. Aku akan tetap bertahan meskipun sakit " Cinta berkata sendiri.

Terbayang olehnya, wajah mama serta papa mertuanya. Mereka begitu sangat baik dan menyayangi Cinta, Seperti anak kandungnya sendiri. Setelah kedua orangtuanya meninggal, papa Erik dan mama Sari yang menjadi pengantin kedua orang tuanya.

"Cinta tidak ingin mengecewakan kalian. Cinta janji akan tetap bertahan." tangisannya semakin keras saat mengingat wajah bahagia kedua mertuanya di pelaminan tadi. Ia akan tetap mempertahankan rumah tangganya. Meskipun sakit dan pahit.

Cukup lama menangis hingga ia merasa lelah. Cinta pergi ke kamar setelah memadamkan api lilin yang masih menyala. Berdiri di pelaminan dari pagi hingga sore, ternyata sungguh membuat lelah. Cinta akhirnya memilih untuk tidur tanpa menyentuh makanan sedikitpun.

***

Rafasya hanya duduk termenung di kursi kemudinya. Entah sudah berapa jam duduk di dalam mobil tanpa menjalankan mobil tersebut. Pikirannya semrawut dan kepalanya pusing.

"Mengapa semuanya jadi seperti ini. Bila seandainya dia tidak pernah datang, semua ini tidak akan pernah terjadi." Pria itu memukul stir mobil dengan keras untuk melampiaskan rasa marah dan juga rasa kesalnya, terhadap Cinta. Kehadiran wanita itu menjadi penghalang untuk kebahagiaannya bersama dengan sang kekasih.

"Aku akan membuat dia menyesal karena sudah hadir dalam hidupku. Jangan mimpi dia untuk bisa mendapatkan hatiku." Pria itu kemudian menjalankan mobilnya menuju ke hotel. Meskipun malas untuk bertemu dengan Cinta namun tetap ia harus kembali ke hotel demi menghindari gosip miring prihal pernikahannya.

Rasa marah, emosi, meluap ketika mengingat seperti apa menderitanya Karin saat ini. Apa yang sudah direncanakannya untuk masa depannya bersama dengan Karin, entah kapan akan terwujud. Diambilnya botol yang berisi air mineral yang tadi diberikan kekasihnya. Dibukanya tutup botol dan diteguknya air itu hingga habis. Tenggorokannya yang sejak tadi terasa kering, kini sudah segera setelah menghabiskan satu botol air mineral.

"Mengapa tubuhku menjadi seperti ini?" Ia merasakan tubuhnya yang panas, namun bukan panas karena udara. Panas karena hasrat yang sedang menggelora. Tanpa disentuh, barang miliknya sudah membesar dengan ukuran penuh dan berdiri tegap.

"Ada apa ini?" Rafasya bingung dengan kondisi tubuhnya. Hasratnya sempat terpancing dan meninggi, ketika melihat tubuh polos Karin saat menggodanya. Namun rasa itu sudah hilang beberapa jam yang lalu. Akan tetapi, di tengah meminum air mineral yang diberikan kekasihnya, tubuhnya menjadi seperti ini. Bahkan tidak nyaman, ketika barang miliknya sudah terasa sesak di dalam celana.

Dipandangnya, botol mineral yang tadi diberikan Karin. Diciumnya aroma dari dalam botol, tidak tercium aroma obat ataupun rasa obat. Bila kekasihnya itu memasukkan obat perangsang ke dalam botol, sudah pasti akan mencium aroma obat dan rasa obat. Namun ia tidak merasa ada yang aneh dengan air yang di minumnya.

Rafasya berusaha menahan dirinya. Kini ia bagaikan ikan yang sedang kepanasan dan mencari air. Dikemudikannya mobil dengan kecepatan tinggi dan dalam waktu singkat, ia sudah berada di hotel tempatnya menginap.

Dimatikannya mesin mobil dan turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Dipercepatnya langkah kaki, menuju ke ke pintu lift. Saat ini matanya sudah mulai berkabut dan melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda.

"Mengapa aku bisa seperti ini." Imajinasi liar kini sudah memenuhi pikirannya. Ia takut akan melakukan tindakan asusila terhadap karyawan hotel yang ada. Bersyukur ketika masuk ke dalam lift, lift dalam keadaan kosong tanpa ada seorangpun wanita yang ada di dalamnya.

Dengan langkah kaki yang panjang, ia keluar dari dalam lift dan langsung menuju ke kamar. Dibukanya pintu kamar dengan menggunakan kartu

Tatapan matanya tertuju ke sosok wanita cantik bak bidadari yang sedang tertidur di atas tempat tidur. Tadi, ia tidak berhasrat sedikitpun ketika melihat istrinya mengenakan pakaian haram. Namun kini ia, bagaikan singa yang akan menikam musuhnya.

Dengan cepat, Rafasya membuka celana dan bajunya, hingga kini ia tidak memakai apa-apa lagi.

Diusapnya pipi istrinya, dengan tatapan mata yang tertuju ke bibir yang begitu sangat menggodanya. Ia melakukan apapun sesuai dengan keinginan didalam dirinya. Diciumnya bibir milik Cinta dan naik ke atas tubuh wanita yang sudah menjadi istrinya.

Cinta membuka matanya ketika merasakan sesuatu yang berat menimpa tubuhnya. "Abang, Abang mau apa?" Wajah Cinta memucat saat melihat suaminya yang sudah menindih tubuhnya. Apa yang dilihatnya saat ini, sungguh sangat mengejutkan. Bagaimana mungkin Rafasya berada di atas tubuhnya tanpa memakai apapun.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 172

    Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 171

    Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 170

    Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 169

    Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 168

    Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 167

    Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status