Share

Bab 4

Cinta hanya diam dan duduk termenung di meja makan. Dipandangnya hidangan lezat yang tertata rapi di atas meja makan. Sejak tadi ia hanya diam dan memandang hidangan tersebut hingga mendingin. Seharusnya malam ini momen makan malam perdananya dengan suaminya. Namun semua itu hanya mimpi karena pada kenyataannya wanita cantik tersebut hanya duduk seorang diri sambil memandangi lilin kecil yang yang akan padam dengan sendirinya karena sudah habis mencair.

Setelah kepergian Rafasya, Cinta hanya diam dan menangis dan berharap rasa sakitnya bisa berkurang dengan menangis seperti. Pikirannya mundur jauh ke belakang. Kenangan di saat kedua orang tuanya mengantarkan Cinta ke Jakarta untuk kuliah, menjadi momen pertemuan sang papa dengan sahabat lamanya yang merupakan Erik, papa dari Rafasya.

Cinta tidak menyangka bahwa ternyata sebelum pergi, kedua orang tua Rafasya meminta untuk menjodohkan Cinta dan Rafasya. Padahal mereka tahu jika putra mereka sudah memiliki kekasih yang bernama Karina. Dan permintaan itu di terima oleh kedua orang tua Cinta. Bahkan papanya sempat menitipkan putri semata wayangnya kepada sahabatnya Erik.

Berulang kali menolak perjodohan, namun pada akhirnya Cinta menerimanya, karena perjanjian yang sudah di sepakati kedua orang tua mereka.

Air matanya semakin mengalir deras saat mengingat momen terakhir bersama dengan kedua orang tuanya. Cinta tidak percaya dan menolak kenyataan, saat mendengar kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Namun ia sudah tidak lagi bisa berkata apa-apa ketika sudah melihat jasad kedua orang tuanya yang di antarkan ke rumah Erik. Erik juga yang membantu menyelesaikan pemakaman kedua orang tuanya.

"Aku sudah siap menjalani rumah tangga dengan bang Rafa, jadi karena itu, aku tidak boleh menyerah. Aku akan tetap bertahan meskipun sakit " Cinta berkata sendiri.

Terbayang olehnya, wajah mama serta papa mertuanya. Mereka begitu sangat baik dan menyayangi Cinta, Seperti anak kandungnya sendiri. Setelah kedua orangtuanya meninggal, papa Erik dan mama Sari yang menjadi pengantin kedua orang tuanya.

"Cinta tidak ingin mengecewakan kalian. Cinta janji akan tetap bertahan." tangisannya semakin keras saat mengingat wajah bahagia kedua mertuanya di pelaminan tadi. Ia akan tetap mempertahankan rumah tangganya. Meskipun sakit dan pahit.

Cukup lama menangis hingga ia merasa lelah. Cinta pergi ke kamar setelah memadamkan api lilin yang masih menyala. Berdiri di pelaminan dari pagi hingga sore, ternyata sungguh membuat lelah. Cinta akhirnya memilih untuk tidur tanpa menyentuh makanan sedikitpun.

***

Rafasya hanya duduk termenung di kursi kemudinya. Entah sudah berapa jam duduk di dalam mobil tanpa menjalankan mobil tersebut. Pikirannya semrawut dan kepalanya pusing.

"Mengapa semuanya jadi seperti ini. Bila seandainya dia tidak pernah datang, semua ini tidak akan pernah terjadi." Pria itu memukul stir mobil dengan keras untuk melampiaskan rasa marah dan juga rasa kesalnya, terhadap Cinta. Kehadiran wanita itu menjadi penghalang untuk kebahagiaannya bersama dengan sang kekasih.

"Aku akan membuat dia menyesal karena sudah hadir dalam hidupku. Jangan mimpi dia untuk bisa mendapatkan hatiku." Pria itu kemudian menjalankan mobilnya menuju ke hotel. Meskipun malas untuk bertemu dengan Cinta namun tetap ia harus kembali ke hotel demi menghindari gosip miring prihal pernikahannya.

Rasa marah, emosi, meluap ketika mengingat seperti apa menderitanya Karin saat ini. Apa yang sudah direncanakannya untuk masa depannya bersama dengan Karin, entah kapan akan terwujud. Diambilnya botol yang berisi air mineral yang tadi diberikan kekasihnya. Dibukanya tutup botol dan diteguknya air itu hingga habis. Tenggorokannya yang sejak tadi terasa kering, kini sudah segera setelah menghabiskan satu botol air mineral.

"Mengapa tubuhku menjadi seperti ini?" Ia merasakan tubuhnya yang panas, namun bukan panas karena udara. Panas karena hasrat yang sedang menggelora. Tanpa disentuh, barang miliknya sudah membesar dengan ukuran penuh dan berdiri tegap.

"Ada apa ini?" Rafasya bingung dengan kondisi tubuhnya. Hasratnya sempat terpancing dan meninggi, ketika melihat tubuh polos Karin saat menggodanya. Namun rasa itu sudah hilang beberapa jam yang lalu. Akan tetapi, di tengah meminum air mineral yang diberikan kekasihnya, tubuhnya menjadi seperti ini. Bahkan tidak nyaman, ketika barang miliknya sudah terasa sesak di dalam celana.

Dipandangnya, botol mineral yang tadi diberikan Karin. Diciumnya aroma dari dalam botol, tidak tercium aroma obat ataupun rasa obat. Bila kekasihnya itu memasukkan obat perangsang ke dalam botol, sudah pasti akan mencium aroma obat dan rasa obat. Namun ia tidak merasa ada yang aneh dengan air yang di minumnya.

Rafasya berusaha menahan dirinya. Kini ia bagaikan ikan yang sedang kepanasan dan mencari air. Dikemudikannya mobil dengan kecepatan tinggi dan dalam waktu singkat, ia sudah berada di hotel tempatnya menginap.

Dimatikannya mesin mobil dan turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Dipercepatnya langkah kaki, menuju ke ke pintu lift. Saat ini matanya sudah mulai berkabut dan melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda.

"Mengapa aku bisa seperti ini." Imajinasi liar kini sudah memenuhi pikirannya. Ia takut akan melakukan tindakan asusila terhadap karyawan hotel yang ada. Bersyukur ketika masuk ke dalam lift, lift dalam keadaan kosong tanpa ada seorangpun wanita yang ada di dalamnya.

Dengan langkah kaki yang panjang, ia keluar dari dalam lift dan langsung menuju ke kamar. Dibukanya pintu kamar dengan menggunakan kartu

Tatapan matanya tertuju ke sosok wanita cantik bak bidadari yang sedang tertidur di atas tempat tidur. Tadi, ia tidak berhasrat sedikitpun ketika melihat istrinya mengenakan pakaian haram. Namun kini ia, bagaikan singa yang akan menikam musuhnya.

Dengan cepat, Rafasya membuka celana dan bajunya, hingga kini ia tidak memakai apa-apa lagi.

Diusapnya pipi istrinya, dengan tatapan mata yang tertuju ke bibir yang begitu sangat menggodanya. Ia melakukan apapun sesuai dengan keinginan didalam dirinya. Diciumnya bibir milik Cinta dan naik ke atas tubuh wanita yang sudah menjadi istrinya.

Cinta membuka matanya ketika merasakan sesuatu yang berat menimpa tubuhnya. "Abang, Abang mau apa?" Wajah Cinta memucat saat melihat suaminya yang sudah menindih tubuhnya. Apa yang dilihatnya saat ini, sungguh sangat mengejutkan. Bagaimana mungkin Rafasya berada di atas tubuhnya tanpa memakai apapun.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status