Cinta hanya diam dan duduk termenung di meja makan. Dipandangnya hidangan lezat yang tertata rapi di atas meja makan. Sejak tadi ia hanya diam dan memandang hidangan tersebut hingga mendingin. Seharusnya malam ini momen makan malam perdananya dengan suaminya. Namun semua itu hanya mimpi karena pada kenyataannya wanita cantik tersebut hanya duduk seorang diri sambil memandangi lilin kecil yang yang akan padam dengan sendirinya karena sudah habis mencair.
Setelah kepergian Rafasya, Cinta hanya diam dan menangis dan berharap rasa sakitnya bisa berkurang dengan menangis seperti. Pikirannya mundur jauh ke belakang. Kenangan di saat kedua orang tuanya mengantarkan Cinta ke Jakarta untuk kuliah, menjadi momen pertemuan sang papa dengan sahabat lamanya yang merupakan Erik, papa dari Rafasya.Cinta tidak menyangka bahwa ternyata sebelum pergi, kedua orang tua Rafasya meminta untuk menjodohkan Cinta dan Rafasya. Padahal mereka tahu jika putra mereka sudah memiliki kekasih yang bernama Karina. Dan permintaan itu di terima oleh kedua orang tua Cinta. Bahkan papanya sempat menitipkan putri semata wayangnya kepada sahabatnya Erik.Berulang kali menolak perjodohan, namun pada akhirnya Cinta menerimanya, karena perjanjian yang sudah di sepakati kedua orang tua mereka.Air matanya semakin mengalir deras saat mengingat momen terakhir bersama dengan kedua orang tuanya. Cinta tidak percaya dan menolak kenyataan, saat mendengar kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan. Namun ia sudah tidak lagi bisa berkata apa-apa ketika sudah melihat jasad kedua orang tuanya yang di antarkan ke rumah Erik. Erik juga yang membantu menyelesaikan pemakaman kedua orang tuanya."Aku sudah siap menjalani rumah tangga dengan bang Rafa, jadi karena itu, aku tidak boleh menyerah. Aku akan tetap bertahan meskipun sakit " Cinta berkata sendiri.Terbayang olehnya, wajah mama serta papa mertuanya. Mereka begitu sangat baik dan menyayangi Cinta, Seperti anak kandungnya sendiri. Setelah kedua orangtuanya meninggal, papa Erik dan mama Sari yang menjadi pengantin kedua orang tuanya."Cinta tidak ingin mengecewakan kalian. Cinta janji akan tetap bertahan." tangisannya semakin keras saat mengingat wajah bahagia kedua mertuanya di pelaminan tadi. Ia akan tetap mempertahankan rumah tangganya. Meskipun sakit dan pahit.Cukup lama menangis hingga ia merasa lelah. Cinta pergi ke kamar setelah memadamkan api lilin yang masih menyala. Berdiri di pelaminan dari pagi hingga sore, ternyata sungguh membuat lelah. Cinta akhirnya memilih untuk tidur tanpa menyentuh makanan sedikitpun.***Rafasya hanya duduk termenung di kursi kemudinya. Entah sudah berapa jam duduk di dalam mobil tanpa menjalankan mobil tersebut. Pikirannya semrawut dan kepalanya pusing."Mengapa semuanya jadi seperti ini. Bila seandainya dia tidak pernah datang, semua ini tidak akan pernah terjadi." Pria itu memukul stir mobil dengan keras untuk melampiaskan rasa marah dan juga rasa kesalnya, terhadap Cinta. Kehadiran wanita itu menjadi penghalang untuk kebahagiaannya bersama dengan sang kekasih."Aku akan membuat dia menyesal karena sudah hadir dalam hidupku. Jangan mimpi dia untuk bisa mendapatkan hatiku." Pria itu kemudian menjalankan mobilnya menuju ke hotel. Meskipun malas untuk bertemu dengan Cinta namun tetap ia harus kembali ke hotel demi menghindari gosip miring prihal pernikahannya.Rasa marah, emosi, meluap ketika mengingat seperti apa menderitanya Karin saat ini. Apa yang sudah direncanakannya untuk masa depannya bersama dengan Karin, entah kapan akan terwujud. Diambilnya botol yang berisi air mineral yang tadi diberikan kekasihnya. Dibukanya tutup botol dan diteguknya air itu hingga habis. Tenggorokannya yang sejak tadi terasa kering, kini sudah segera setelah menghabiskan satu botol air mineral."Mengapa tubuhku menjadi seperti ini?" Ia merasakan tubuhnya yang panas, namun bukan panas karena udara. Panas karena hasrat yang sedang menggelora. Tanpa disentuh, barang miliknya sudah membesar dengan ukuran penuh dan berdiri tegap."Ada apa ini?" Rafasya bingung dengan kondisi tubuhnya. Hasratnya sempat terpancing dan meninggi, ketika melihat tubuh polos Karin saat menggodanya. Namun rasa itu sudah hilang beberapa jam yang lalu. Akan tetapi, di tengah meminum air mineral yang diberikan kekasihnya, tubuhnya menjadi seperti ini. Bahkan tidak nyaman, ketika barang miliknya sudah terasa sesak di dalam celana.Dipandangnya, botol mineral yang tadi diberikan Karin. Diciumnya aroma dari dalam botol, tidak tercium aroma obat ataupun rasa obat. Bila kekasihnya itu memasukkan obat perangsang ke dalam botol, sudah pasti akan mencium aroma obat dan rasa obat. Namun ia tidak merasa ada yang aneh dengan air yang di minumnya.Rafasya berusaha menahan dirinya. Kini ia bagaikan ikan yang sedang kepanasan dan mencari air. Dikemudikannya mobil dengan kecepatan tinggi dan dalam waktu singkat, ia sudah berada di hotel tempatnya menginap.Dimatikannya mesin mobil dan turun dari mobil dengan tergesa-gesa. Dipercepatnya langkah kaki, menuju ke ke pintu lift. Saat ini matanya sudah mulai berkabut dan melihat segala sesuatu dengan cara yang berbeda."Mengapa aku bisa seperti ini." Imajinasi liar kini sudah memenuhi pikirannya. Ia takut akan melakukan tindakan asusila terhadap karyawan hotel yang ada. Bersyukur ketika masuk ke dalam lift, lift dalam keadaan kosong tanpa ada seorangpun wanita yang ada di dalamnya.Dengan langkah kaki yang panjang, ia keluar dari dalam lift dan langsung menuju ke kamar. Dibukanya pintu kamar dengan menggunakan kartuTatapan matanya tertuju ke sosok wanita cantik bak bidadari yang sedang tertidur di atas tempat tidur. Tadi, ia tidak berhasrat sedikitpun ketika melihat istrinya mengenakan pakaian haram. Namun kini ia, bagaikan singa yang akan menikam musuhnya.Dengan cepat, Rafasya membuka celana dan bajunya, hingga kini ia tidak memakai apa-apa lagi.Diusapnya pipi istrinya, dengan tatapan mata yang tertuju ke bibir yang begitu sangat menggodanya. Ia melakukan apapun sesuai dengan keinginan didalam dirinya. Diciumnya bibir milik Cinta dan naik ke atas tubuh wanita yang sudah menjadi istrinya.Cinta membuka matanya ketika merasakan sesuatu yang berat menimpa tubuhnya. "Abang, Abang mau apa?" Wajah Cinta memucat saat melihat suaminya yang sudah menindih tubuhnya. Apa yang dilihatnya saat ini, sungguh sangat mengejutkan. Bagaimana mungkin Rafasya berada di atas tubuhnya tanpa memakai apapun.***"Aku akan melakukan apa yang kamu inginkan. Bukankah kamu sangat menginginkan ini?" Rafasya mengangkat sudut bibirnya sebelah kanan. Dengan sangat keras digenggamnya benda berbentuk Buki tersebut."Enggak bang, jangan kuat-kuat sakit." Cinta meringis merasakan sakit ketika suaminya menggenggamnya dengan sangat kuat dan kasar."Jangan bohong, kau pasti sangat menyukai ini. Aku sangat tidak suka wanita munafik seperti kau. Jadi akui saja, bukankah kau begitu sangat menginginkan ini." Rafasya semakin menggenggam dengan sangat kuat."Abang, tolong lepasin." Cinta meringis."Apa gunanya kau, memakai pakaian yang begitu sangat menggoda seperti ini, bila tidak untuk menggoda dan merayu ku. Bukankah ini yang kau inginkan. Aku hanya ingin mencicipi barang ku. Aku ingin tahu, apa milik mu enak dan bisa membuat aku puas dan candu. " Rafasya menarik Mini dress istrinya ke atas. Dibukanya kain pelindung berbentuk segitiga berwarna hitam dengan sangat kasar. Tangannya sebelah kiri, berada di lehe
Cinta berusaha untuk mengeraskan suaranya. Namun tetap saja suaranya tidak keluar. Tangan lebar Rafasya dengan keras menekan batang lehernya. Rafasya melepaskan tangannya di leher istrinya ketika melihat kondisi wanita itu sudah semakin melemah. Tidak ada kelembutan dan tidak ada rasa kasihan. Hatinya seakan mati. Yang ada hanya rasa bahagia dan senang saat mendengar jeritan dan suara tangis kesakitan wanita yang sangat di bencinya. Entah sudah berapa kali dan sudah berapa jam ia melakukan penyatuan terhadap istrinya. Rafasya baru menghentikan permainannya ketika benar-benar merasa puas. Meskipun tahu ini merupakan pengalaman pertama untuk Cinta, namun pria itu tetap melakukannya dengan kasar dan tanpa ada rasa kasihan. Dilihatnya Cinta yang sudah terkulai lemas dan tidak sadarkan diri. Wajahnya pucat, bibir putih dan kering. Di sudut bibir kiri dan kanan, ada sisa darah yang sudah mengering. Tubuh wanita itu tampak menyedihkan. Kulitnya yang putih, meninggalkan jejak tangan yan
Belum membaca isinya saja, Cinta sudah terkena serang jantungan. Tiba-tiba saja dadanya terasa sakit dan sulit untuk bernapas. "Mau sampai kapan kau termenung." Rafasya jengah melihat ekspresi wajah istrinya. Cinta diam dan memandang kertas di tangannya. Meskipun tidak tertarik untuk mengetahui isi dari kertas itu, namun tetap harus di bacanya.Surat perjanjian nikah.Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan akan bertanggung jawab dan menerima sanksi jika saya melanggar isi perjanjian yang sudah di sepakati. Saat ini saya dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Saya melakukan ini semua dengan sadar dan tanpa ada paksaan. Nama : Cinta HanifahUmur : 21 tahunStatus : mahasiswa Tempat, tgl lahir : Yogjakarta, 25 Juli 2002. Isi perjalanan sebagai berikut :"Poin 1. Saya, Cinta Hanifah, tidak akan pernah menginjakkan kaki di perusahaan yang di pimpin suami saya, Rafasya Wijaya. Terkecuali jika di perintahkan." Cinta membaca dengan suara yang sangat pelan dan hanya bisa dide
"Tidak," jawab Rafasya tegas. Dengan sengaja menolak permintaan sang istri untuk menyimpan isi perjanjian. Karena dia takut akan dilaporkan dan ditunjukkan bukti itu kepada orang tuanya.Cinta diam dan menekan dadanya yang terasa sakit. Setelah diam beberapa saat, barulah ia melanjutkan membaca.Poin 7. Saya, Cinta Hanifah, tidak diperbolehkan bertemu dengan kedua mertua dengan alasan apapun. Terkecuali jika mendapatkan izin dari suami atau pergi bersama dengan suami saya, Rafasya Wijaya. Cinta Hanifah juga tidak dibenarkan melakukan hubungan lewat telepon seluler dan lainnya. Selama menjadi istri dari Rafasya, saya tidak diperbolehkan untuk berhubungan dengan teman, sahabat, atau orang-orang yang dianggap saudara sekalipun."Cinta meremas dress yang di pakainya. Bagaimana mungkin ia bisa melakukan hal ini terhadap kedua mertua yang sudah seperti orang tuanya sendiri. Hanya Kepada mereka tempat Cinta mengadu dan berlindung. Namun suaminya dengan sengaja memutuskan hubungannya dengan
"Kau tidak mendengar apa yang aku katakan?" Rafasya kesal saat melihat Cinta masih duduk di sofa. Sedangkan pria itu sudah tidak sabar untuk segera pulang dan kemudian ke apartemen Karin, untuk melihat kondisi wanita yang sangat dicintainya.Kondisi tubuh Cinta sangat tidak baik. Kepala pusing, tubuh lemah bahkan tidak memiliki tenaga sama sekali. Mungkin karena tidak makan sejak siang semalam. Belum lagi rasa sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya. Bahkan tulangnya terasa remuk. Untuk bagian kewanitaannya, jangan di tanya seperti apa rasa sakit dan perihnya. Kalau boleh jujur, seperti luka koyak yang terbuka lebar dan darah mengalir dari luka tersebut. Apakah rasa sakit yang dirasakannya jauh lebih sakit dari pada rasa sakit yang di rasakan wanita yang buka segel pada umumnya. Atau hanya Cinta saja yang terlalu cengeng dan tidak tahan merasakan sakit seperti saat ini. Pertanyaan seperti itu, muncul di tempurung kelapanya.Rasa takut membuatnya harus menepikan rasa sakit. Dengan s
Wajah Cinta yang sudah pucat, menjadi semakin pucat saat mendengar perkataan suaminya. Bukan dia tidak ingin berjalan cepat ataupun berlari. Namun kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan. Saat ini tangan kanannya menentang tas yang berisi pakaian dan barang-barang pribadi miliknya dan Rafasya. Sedangkan tangan kiri, terus memegang kepala yang terasa pening. "Kau selalu memancing emosiku." Melihat istrinya hanya diam, membuat emosinya semakin meningkat. "Lihat saja, aku akan membuat perhitungan dengan mu, jika terjadi hal buruk terhadap Karin, ku." Pria itu kemudian masuk ke dalam lift. Sedangkan Cinta hanya diam berdiri di depan pintu lift. Ia sungguh tidak tahu apa yang harus dilakukannya."Hai bodoh, cepat masuk." Rafasya sedikit berteriak. Karena dia yakin tidak akan ada yang mendengar suaranya di sini. Tanpa menjawab, wanita itu masuk ke dalam lift dan berdiri di belakang Rafasya. Dadanya berdegup dengan cepat ketika pria itu memegang tangannya. Dan mengajaknya untuk keluar d
"Ini maksudnya apa?" Cinta memandang Rafasya. Sejak tadi pria itu berkata, ingin segera bertemu dengan kekasihnya. Cinta tidak mengerti mengapa dia dibawa ke sini, sebenarnya ada apa. "Aku sudah memutuskan kita tidak di rumah orang tuaku. "Pria itu tersenyum dengan memiringkan bibirnya. Ia ingin tertawa ngakak ketika melihat keterkejutan dan kekecewaan di wajah sang istri. tidak bisa dipungkiri penderitaan Cinta, adalah kebahagiaan untuknya.Cinta merasakan sesak di dadanya, bahkan untuk bernafas pun terasa begitu sulit. Apa ini apartemen Karin. Jika iya, apa maksudnya membawa Cinta ke apartemen milik Karin dan mengatakan tidak tinggal di rumah mertuanya. Apakah ini berarti bahwa mereka akan tinggal satu atap. Tubuhnya lemas seketika, saat membayangkan ini semua."Apa kau tidak mendengar apa yang tadi aku katakan?" Rafasya tersenyum sambil mengejek istrinya. Apa gunanya isi surat perjanjian yang menyatakan bahwa Cinta tidak boleh dekat dengan kedua orang tuanya, jika mereka tinggal s
"Sampai kapanpun, aku tidak akan tertarik untuk meniduri mu." Rafasya tersenyum miring mengejek istrinya. Meskipun kenangan tadi malam tidak akan pernah terlupakan seumur hidupnya.Dada ini terasa sakit dan panas ketika mendengar ucapan suaminya. Setelah apa yang dilakukan oleh pria yang berstatus suaminya itu, dengan sangat entengnya mengatakan hal seperti ini. Cinta hanya tersenyum menahan rasa perih di hatinya. "Aku akan pastikan Karin tidak akan pernah ke sini." Setelah mengatakan itu Rafasya melepaskan tangannya dengan kasar dan sedikit mendorong tubuh istrinya. Cinta berusaha untuk mempertahankan agar tubuhnya tidak terjatuh. Mungkin memang kondisinya begitu sangat lemah sehingga didorong sedikit saja, sudah membuat oleng. Dihirupnya oksigen berulang-ulang kali, untuk mengisi oksigen di rongga paru-parunya yang sempat menipis. Cinta diam beberapa saat untuk menetralkan rasa gugup dan takutnya. Didepan Rafasya, ia bisa bergaya sok hebat dan berani, namun nyatanya Seorang Cint