Share

Bab 2

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-24 22:38:55

Pakaian yang disiapkan istrinya, tidak dipakainya. Pria itu hanya diam dan termenung. Saat ini yang ada di dalam pikirannya hanyalah Karin.

"Bagaimana kabar Karin saat ini?" Pernikahan yang dilakukannya sudah pasti melukai hati wanita yang masih menjadi kekasihnya. Berada dalam kondisi seperti ini, membuatnya frustasi .

sedangkan Cinta yang berada di dalam kamar mandi, berusaha untuk menenangkan dirinya.

Tidak diduganya jika Rafasya akan keluar dengan tampilan polos seperti itu. "Apa dia ingin membunuh ku." Wajahnya masih pucat karena melihat ulah suaminya. Diusapnya kening yang memerah dan sedikit bengkak.

Tiba-tiba saja Cinta merasa panik yang luar biasa. Saat ini dia sudah membayangkan seperti apa nanti malam pertamanya dengan Rafasya. "Siap nggak siap harus siap." Cinta mengingatkan dirinya sendiri karena sekarang ia seorang istri yang memang sudah memiliki kewajiban untuk melayani suaminya.

Setelah cukup lama menenangkan diri wanita itu akhirnya memandi dan membersihkan tubuhnya. Apa saja yang diperintahkan oleh sang Mama mertua diikutinya. Cinta memakai pakaian yang diberikan oleh sang mertua. Kemudian ia sedikit merias wajahnya dan memakai parfum. Sedangkan rambut, dibiarkan tergerai dan basah.

Cinta berdiri di depan cermin besar dan memandang pantulan dirinya. Ia sudah terlihat sangat cantik dengan memakai mini dress berwarna putih transparan, dengan tali spaghetti. Betapa malunya, ketika menyadari seperti apa tampilannya.

Jila suaminya melihat tampilannya, entah apa penilaian pria dingin tersebut. Ada rasa ragu ketika akan keluar dari kamar mandi. "Apa aku harus mengganti pakaian saja," kata Cinta dengan penuh keraguan.

Wajahnya sudah terlihat sangat cantik. Penampilannya juga seksi dan menggoda. Cinta menggigit bibir bawahnya, dengan terus berpikir. "Dia sudah menjadi suamiku, jadi berpenampilan seperti ini tidak apa-apa dan bahkan pahala." Cinta meyakinkan dirinya dan menguatkan tekadnya. Setelah yakin, Cinta keluar dari dalam kamar mandi dan menuju ke kamarnya.

Betapa terkejutnya, ketika melihat suaminya. Cinta hanya diam dan berdiri mematung, memandang Rafasya yang sudah berpakaian rapi seperti ini. Baju kemeja pendek tangan, berwarna abu-abu pekat dan celana jeans berwarna hitam.

"Aku Akan keluar, untuk makan malam. Untuk makan malam kamu, sudah ada di atas meja." Rafasya berbicara dengan sorot mata yang tajam. Seakan pria itu ingin menguliti istrinya hidup-hidup.

Cinta diam saat mendengar ucapan suaminya. Dadanya terasa sangat sakit dan juga sesak. Air matanya seakan ingin menetes keluar, namun sekuat tenaga ditahannya agar cairan bening itu tidak membasahi pipinya.

"Abang mau ke mana?" tanya Cinta terpatah-patah. Kalimat itu begitu sangat menyakitkan ketika keluar dari bibirnya."

"Kau tuli, bukankah aku sudah mengatakan kalau aku akan makan malam bersama dengan Karin." Rafasya mengeraskan suaranya hingga Cinta terkejut.

"Kau pikir, aku tertarik melihat kau berpakaian seperti ini? Bahkan jika kau telanjang bugil di depan ku, aku tidak akan terlihat untuk menyentuh mu. Kau terlihat menjijikkan dan persis seperti jalang." Setelah mengatakan itu, ia pergi meninggalkan istrinya yang masih berdiri dan mematung.

Cinta diam tanpa berkata apa-apa.

Tatapan matanya tidak berkedip sedikitpun ketika melihat punggung lebar milik suaminya, dengan mata yang berkaca-kaca. Ditatapnya pintu yang saat ini tertutup rapat, ketika Rafasa keluar dari pintu.

"Ini benar-benar sangat menyakitkan." Cinta menekan dadanya yang terasa amat sakit dan sesak. Kalimat yang keluar dari mulut suaminya, bagaikan belati yang menghujam jantungnya.

*

Rafasa berjalan dengan tergesa-gesa keluar dari hotel. Tidak butuh waktu lama, ia sudah berada di parkiran dan langsung masuk ke dalam mobil. Dikeluarkannya ponsel dari dalam saku celananya. Dihubungi nomor ponsel milik kekasihnya berulang-ulang kali, Namun tidak ada jawaban sama sekali.

"Mengapa Karin tidak mengangkatnya." Rafasya Begitu sangat mencemaskan kondisi Karin saat ini.

Ia mengusap wajahnya dengan sangat kasar. Dinyalakannya mesin mobil dan pergi meninggalkan parkiran hotel. Setelah membaca pesan yang dikirimkan Karin, pria itu semakin mencemaskan kondisi kekasihnya.

"Aku tidak akan pernah bisa memanfaatkan diriku sendiri, bila terjadi sesuatu yang buruk terhadap kamu Karin. Aku akan memberikan pelajaran untuk wanita itu." Digenggamnya stir mobil dengan keras hingga urat tangganya keluar.

Dikemudikannya mobil dengan kecepatan tinggi. Suara klakson mobil tidak ada henti-hentinya dibunyikan, setiap kali ada kendaraan di depan yang menghalangi laju mobilnya. Saat ini, hanya Karin yang ada dibenak pikirannya. Ia sudah tidak sabar ingin secepatnya sampai di apartemen milik Karin.

Mobil milik Rafasya berhenti di parkiran apartemen. Dengan sangat cepat, ia turun dari dalam mobil dan berlari masuk kedalam gedung apartemen. Rafasya naik lift dan langsung ke kamar apartemen milik Karin.

Pria itu tidak menekan tombol bel namun langsung menekan pin pintu dan masuk ke dalam apartemen saat pintu terbuka. Apartemen ini dibelikannya untuk Karin, ia juga yang sudah membuat kode pin pintup sehingga sangat mudah untuk dirinya masuk ke dalam.

Saat ini kondisi didalam apartemen sangat gelap tanpa ada cahaya penerangan sama sekali. Ia berjalan dengan meraba dinding dan mencari sekring lamu.

"Bodoh, hal seperti ini saja aku bisa lupa." Rafasa memaki dirinya sendiri. Ia baru teringat memakai senter di ponselnya. Dikeluarkannya ponsel dari dalam saku celananya dan menyalakan senter. Ditekannya sekring lampu yang berada di dekatnya berdiri saat ini.

"Karin... Karin... Karin..." Rafasya memanggil nama kekasihnya dan sedikit berlari menuju kamar milik Karin. Dibukanya pintu kamar dan melihat keadaan gelap didalam. Dari ambang pintu tempat berdiri, ia sudah mencium aroma alkohol yang menyengat. Dinyalakan lampu kamar dan melihat botol minuman yang berserak di lantai dan juga pecahan kaca dari botol minuman yang sengaja dipecahkan.

Melihat kondisi kamar yang seperti ini, sudah bisa diketahui apa yang sedang terjadi. Karin mengamuk dan menghancurkan semua barang yang ada di dalam kamarnya. Bahkan botol minuman dan serpihan kaca berserakan di lantai. Dadanya terasa sakit dan sesak, ketika melihat wanita yang dicintainya menderita seperti ini. Rafasa Melangkahkan kakinya menuju ke tempat tidur . Matanya terbuka lebar saat melihat Karin yang tidak memakai sehelai benangpun.

"Karin, jangan seperti ini." Dengan cepat ditutupinya tubuh wanita itu dengan selimut.

"Ini mimpi." Karin berbicara dengan nada orang yang sedang ngelantur.

Rafasya menggelengkan kepalanya. "Ini tidak mimpi, ini Abang, Karin,"

Karin tertawa lepas ketika mendengar apa yang dikatakan Rafasya. Dengan sengaja di buangnya selimut yang menutupi tubuhnya. Diletakkannya tangan Rafasya di atas dadanya yang berisi dan padat. "Abang sudah datang ke sini, aku akan menggantikan tugas dia bang. Aku tidak akan mengecewakan Abang. Aku tidak ingin Abang menyentuh dia. Aku tidak ingin."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 172

    Rafasya harus menahan rasa sakit di kulit kepalanya, karena Cinta yang terus-menerus menarik rambutnya. Jika tahu kondisinya akan seperti ini dia pasti akan memotong rambutnya hingga 2 cm sebelum Cinta melakukan persalinan. "Mama sakit banget mah." Cinta kembali menangis dan dia pun menarik rambut suaminya dengan keras. "Iya nak tahanan ya." Sari kembali menguatkan menantunya."Anto cepat." Rafasya berkata dengan keras ketika istrinya kembali menarik rambutnya dengan kuat. "Iya Bos, ini jalanan macet," kata Anto. "Kenapa harus pilih jalan yang ini," kata Erik yang menyalahkan sopir sekaligus Bodyguard putranya itu. "Hanya satu jalan menuju ke rumah sakit Pak," jawab Anto gugup. Meskipun yang akan melahirkan istri dari bosnya namun Anto juga merasa panik dan gugup. Apalagi mendengar suara Cinta yang terus saja menangis karena kesakitan. Dia tidak bisa membayangkan ketika Nanti istrinya ada mengalami hal seperti ini.Jika dalam kondisi panik seperti ini semua orang pasti tidak akan

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 171

    Cahaya dan juga Cinta sedang bersantai di taman belakang.Sejak pagi Cahaya sudah di rumah Cinta. Istri Anto itu pun akan pulang ketika suaminya sudah kembali bekerja."Lihat, ini cantik kan?" Cinta begitu bersemangat ketika menunjukkan gambar desain Baby Doll untuk bayi perempuannya. "Cantik sekali, lihat ini keren gak?" Cahaya dengan bangganya menunjukkan sweater untuk bayi laki-laki. "Keren, buatin untuk calon baby Aku juga ya," kata Cinta yang begitu sangat senang. "Siap, sebelum kamu minta aku sudah minta tukang jahit untuk membuat dua. Satu berwarna biru pekat dan satu lagi berwarna pink." "Pasti lucu ketika mereka memakai baju couple. "Kita bakal buat mereka foto bareng ya." Cahaya tersenyum dan tidak sabar menunggu kelahiran putranya.Sepertinya apa yang didoakan oleh suaminya memang terkabulkan. Karena Cahaya mengandung anak laki-laki. Kedua Wanita itu sudah berniat untuk membuka baby shop setelah mereka melahirkan nanti. Bahkan semua koleksi baju-baju bayi untuk calon

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 170

    Rafasya berkunjung ke Rumah Sakit Bhayangkara tempat di mana anak Karin dirawat. Disini dia bertemu dengan wanita yang mengadopsi anak Karin. "Apa kamu yang akan mengadopsi anak dari almarhumah Karin?" tanya Rafasya "Iya mas, saya Mayra yang akan merawatnya dan ini sesuai dengan amanah dari almarhumah sebelum beliau meninggal," kata berliana dengan suara yang sehalus mungkin. Dia juga mengganti logat bahasanya agar tidak ada yang curiga dengan jati dirinya."Sejak kapan kenal dengan Karin?" Tanya Rafasya. Sekian lama menjadi kekasih karin, Rafasya sangat tahu siapa-siapa saja teman dari mantannya itu. "Sejak Mbak Karin tersandung kasus di tahanan, dan saya yang ngambil job pekerjaannya sebagai Artis. Awal berjumpa mbak Karin ketika saya bekerja di restoran. Mungkin mas Rafasya tahu tentang video viral itu. Saya tidak enak hati karena mengambil pekerjaan almarhumah, jadi karena itu saya datang ke tahan." Mayra berbicara dengan menundukkan kepalanya."Mbak Karin merupakan orang yang

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 169

    Cinta berjalan sambil memegang tangan suaminya dengan mesra. Kini mereka sudah berada di taman dan melakukan jalan paginya."Abang, Cinta takut." Cinta memandang Rafasya. "Takut kenapa?" tanya Rafasya. "Takut melahirkan." Rafasya diam ketika mendengar jawaban istrinya. Jujur saja dia juga begitu sangat takut ketika mendengar kabar bahwa Karin meninggal karena pendarahan."Adek jangan takut, Abang bakalan terus ada jagain adek. Adek pasti bisa, adek pasti kuat." Rafasya mencoba untuk menenangkan istrinya. "Janji ya." Cinta memandang Rafasya. "Iya sayang." Rafasya memeluk istrinya dan kemudian mencium keningnya.Sedangkan Sari dan Erik memilih duduk di kursi taman sambil mengambil video anak dan menantunya. Setelah mengambil rekaman video anak serta menantunya, Sari membuka Instagram miliknya. Dan di sana banyak muncul berita tentang kematian Karin. Hal ini yang membuat wanita itu terkejut."Pah, apa berita ini Benar?" tanya Sari sambil menunjukkan berita yang sedang dibacanya."C

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 168

    Rafasya terdiam saat menerima telepon dari pengacaranya. "Pak Efendi yakin?" Tanya Rafasya untuk memastikan bahwa informasi ini tidak salah. "Yakin pak, karena pihak polisi langsung yang menginformasikan berita ini kepada saya," jawab pengacara Effendi. "Jam berapa meninggalnya?" Rafasya masih tidak percaya dengan apa yang dia denger. "Jam 2 dini hari, saudari Karin meninggal setelah melahirkan anaknya. Almarhumah mengalami pendarahan dan menyebabkan harus menjalani operasi jam 9 malam." Pengacara Effendi menjelaskan secara detail. "Urus semuanya, setahu saya almarhumah tidak memiliki keluarga di sini. Karena itu antarakan jenazah ke kampung halamannya. Informasikan juga kabar duka ini kepada kedua orang tuanya."Meskipun Karin sudah melakukan kesalahan yang fatal, namun Rafasya tetap perduli dan mau mengurus jenazah mantan kekasihnya itu. "Kedua orang tuanya meninggal kecelakaan lalu lintas jam 09.00 pagi. Dan saat ini jenazahnya masih ada di rumah sakit, karena tidak ada piha

  • Kontrak Pernikahan sang Pewaris   Bab 167

    Berliana merasakan kakinya lemas setelah mendengar jawaban dari dokter. Dia kemudian kembali duduk di depan ruang persalinan tersebut. Melihat bayi di dalam box didorong keluarga. Berliana langsung berdiri. "Mau dibawa ke mana sus?" Tanya Berliana yang mengikuti perawat tersebut."Mau dipindahkan ruang Icu," jawab perawat. "Oh, saya boleh ikut sus?" Tanya Berliana sambil memandang ke dalam box bayi. "Boleh, hanya saja tidak boleh masuk ke dalam ruang icu," jawabnya. "Iya sus, bayinya perempuan atau laki-laki sus?" Berliana ikut mengantarkan bayi malang itu hingga ke depan ruangannya. "Laki-laki," jawab suster yang kemudian membuka pintu ruang ICU. Berliana memandang perawat itu masuk ke ruang ICU dan kemudian menutup pintu. Berliana berusaha mengintip ke dalam lewat kaca transparan berukuran kecil. Setelah bayi itu masuk ke dalam ruangan, Berliana pergi meninggalkan ruang Icu tersebut. Berliana kembali lagi ke ruang operasi. Dia duduk di kursi tunggu.Berliana dengan sangat sab

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status