Share

Bab 3 Ternyata semua hanya sandiwara!

Bab 3

"Apa maksudmu?"

"Kau tidak mau menikahinya, bukan? Kalau begitu biar aku yang akan menikahinya!" sahut Dina sambil tersenyum penuh percaya diri ke arah wanita yang sudah menolak pria dewasa di hadapannya ini.

"Apa!?"

Semua orang terkejut mendengar ucapan gadis muda yang sangat cantik ini.

"Kau ingin menikahiku?" tanya Wahyu mencoba memastikan pendengarannya tapi jantungnya berdebar kencang dan menyembunyikan senyuman di balik topeng anehnya itu. "Tapi Nona, aku juga tidak kaya, mak comblang memberi ...."

Dina tersenyum dengan penuh percaya diri. Well dia sudah mendengar informasi itu karena meja mereka bersebelahan!

Tentu dia tidak keberatan. Dia kaya, sepertinya, pikir Dina seraya meralat ucapannya sendiri. Lebih dari cukup mungkin lebih tepat. Dia bisa menopang perekonomian keluarga selama pria ini mau memuluskan jalannya untuk menjalani pelatihan aktingnya di luar negeri. Dia hanya butuh ijin dari suami sebagai persyaratan dari kedua orang tuanya!

Wati menyela dengan wajah emosi. "Yah, itu benar! Pekerjaannya hanya sebagai asisten CEO dan bukan CEO yang sesungguhnya! Mak comblang memberiku informasi yang salah! Apa kau yakin masih menginginkannya?!" seru Wati mencoba mengingatkan Dina sambil memandang sinis ke arah gadis muda itu.

"Iya, itu benar," sahut Wahyu sama sekali tidak berharap gadis muda ini akan tetap menikahinya! Gadis ini sangat muda, menarik dan sangat cantik sementara dia saat ini sedang menyamar menjadi seorang pria yang jelek dan miskin, seorang duda dan memiliki tiga orang anak! Bayangkan! Mana mungkin gadis ini bersedia untuk tetap menikahinya.

"Itu tidak masalah bagiku," sahut Dina dengan sikap yang tenang seraya tersenyum ke arah pria yang diincarnya ini. Urusan ini bisa belakangan yang penting dia bisa menyelamatkan harga diri pria ini di depan wanita sombong ini.

"Dia juga seorang duda, Nona Muda! Duda! Bukan sembarang duda tapi duda dengan tiga anak!" ucap Wati dengan penuh peringatan agar gadis muda ini tidak menjerumuskan dirinya sendiri.

"Aku juga memiliki satu bayi di luar nikah. Kalau dia tidak keberatan menikahiku, kenapa aku harus keberatan dengan anak-anaknya?"  sahut Dina sambil memperlihatkan fotonya bersama Miracle. "Dia bayiku, menggemaskan bukan ..." 

"Kalian ...!"

Dina tersenyum dan berbalik seraya menatap pria yang sedang ditolongnya. Tampaknya ia juga kaget melihat dan mendengar ucapannya mengenai bayi di luar nikahnya. "Kau tidak keberatan bukan dengan kondisiku saat ini?" sahut Dina dengan wajah ketar-ketir. Apa sekarang dia akan dipermalukan? tanyanya  dalam hati dengan jantung yang berdebar kencang.

Wahyu tersadar kalau dia sudah bersikap kurang sopan karena termangu lama dan tidak menanggapi ucapan gadis muda ini. "Tidak, aku sama sekali tidak keberatan. Dia bayi yang sangat cantik." Cantik seperti mamanya. Entah kenapa ada emosi yang melandanya saat ini. Dia ingin sekali bertemu dengan pria pertama Dina untuk berterima kasih karena meninggalkan Dina untuknya!

"Anak-anakku akan menjadi pelindung bagi ... hmm ..."

"Miracle, namanya Miracle."

"Yah, Miracle maaf aku melupakannya."

"Wajar aku hanya menyebutkan sekali nama bayiku," sahut Dina seraya terkekeh dengan mata berbinar senang dan tidak sabaran agar wanita sombong ini bisa segera pergi dari mereka. Dengan begitu nanti mereka bisa berbincang lebih lanjut.

"Sebelumnya biar kupastikan gadis muda," sela Wati sambil memastikan. "Dia ini seorang duda beranak tiga. Dia bukan CEO tapi hanya seorang asisten CEO saja, ..."

"Terima kasih untuk kepeduliannya, Kak tapi hal ini tidak menjadi masalah. Aku juga punya anak di luar nikah dan aku juga sudah cukup kaya hingga tidak perlu tambahan dengan mencari suami kaya raya." Yah, aku hanya ingin menikah dengan suami yang mau memberiku persetujuannya agar aku bisa segera berangkat ke New York untuk mengikuti kelas aktingnya!

Wahyu benar-benar kaget mendengar ketegasan gadis muda ini hingga ia hampir terhuyung seperti layaknya pria tua sungguhan! Wahyu mengumpat dirinya sendiri saat gadis muda ini harus menolong memeganginya! Mata mereka bertemu! Jantungnya berdebar kencang! Ia seperti tersetrum listrik yang membuat sosok gadis di depannya ini semakin menjelma sebagai malaikatnya!

Dina tersenyum dengan kening mengkerut. Ia tidak mengerti kenapa dia merasa gugup saat mata mereka bertemu! Ia mendehem dan merasa aksinya akan semakin lancar dengan menolong pria asing ini. Ia mengangguk dan menenangkan pria itu. "Tapi sebelumnya kita harus berkenalan dulu bukan? Halo, namaku Dina Marliana. Siapa nama Om?"

"Namaku, Wahyu Pratama," jawab Wahyu masih belum bisa melepaskan diri dari tatapan gadis muda ini.

"Halo Om Wahyu! Kenalkan namaku, Dina Mariana. Aku adalah calon istrimu!" seru Dina dengan penuh semangat menyalami Wahyu. 

"Kau, ...! Selamat, kalian memang berjodoh! Silahkan nikmati kebahagiaan kalian!" kata Wati sambil menarik tasnya dan bergegas pergi meninggalkan sepasang sejoli yang sama-sama gila!

Semua orang di dalam ballroom langsung bertepuk tangan untuk mereka berdua.

Melihat wanita itu sudah pergi meninggalkan mereka, Dina segera menghela napas lega. "Apa kau tidak apa-apa?" tanya Dina memastikan.

Wahyu sedikit bingung dengan perubahan sikap dan pertanyaan Dina yang ditujukan kepadanya saat ini. Ada perasaan hampa saat Dina menarik lepas tangannya dari genggamannya.

"Maaf aku lancang, Om tapi aku merasa kalau dia sudah keterlaluan menghinamu," ucap Dian mencoba menjelaskan. Bagaimana aku harus mengatakannya yah? pikir Dina tanpa sadar ingin meminum minuman wanita itu.

Dengan cepat Wahyu mengingatkan Dina dan memanggil pelayan untuk mengantarkan minuman kepada Dina.

"Maaf, aku sangat emosi tadi hingga menggebu-gebu," ucap Dina dengan wajah memerah menyadari kekonyolannya.

Sesaat kemudian Wahyu mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi. "Kau sedang bersandiwara!?" terka Wahyu dengan memendam kecewa.

Dina mengangguk sambil menelan air ludahnya dengan susah payah. "Yah, untuk menolongmu." 

Dina, Dina konyol sekali kamu! ucap Dina pada dirinya sendiri.Kurasa aku tidak perlu menikahinya, aku hanya perlu kabur dari rumah saja bukan? Tapi bagaimana kalau penyakit ayah jadi kambuh karena ulahnya!? Dina merasa pikirannya mengelana untuk sesaat.

Wahyu menarik napasnya dalam-dalam. Tentu saja! Mana mungkin seorang gadis muda dan cantik menginginkan pria jelek sepertinya! Apa lagi dia mengaku sebagai asisten CEO dan bukannya dirinya sendiri! Dalam hati Wahyu merasa ingin meninju dirinya sendiri karena akan kehilangan gadis ini!

"Aku harus pergi," kata Dina setelah mengangkat telepon dengan terburu-buru.

"Tunggu, jangan pergi dulu ...!"

"Halo," sapa Maria dengan sigap.

Ia merasa tidak sabar untuk membantu putranya untuk menahan gadis yang disukainya ini! Ia menghampiri calon menantunya ini dengan penuh antusias. Yah, sama seperti putranya, saat ini dia sedang menyamar dan mengamati semua yang terjadi dari kejauhan!

Pantas saja semua perjodohan yang dia atur tidak pernah berhasil! Ternyata anaknya selalu merancang semuanya ini!

Tapi dia juga bisa melihat dan merasa terharu saat gadis muda ini membela anaknya secara terang-terangan meski dengan identitas yang berbeda!

Karena itu Maria bertekad tidak boleh kehilangan calon menantu impiannya ini! Dia harus menikah dengan putranya!

"Mama?" terka Wahyu setelah mengamati gerak gerik wanita di hadapannya ini.

Dina terkejut menyadari apa yang telah terjadi saat ini! "Mama Om?"  

"Maaf," sahut Maria seraya terkekeh dan membuka penyamarannya. "Kau juga buka topeng jelekmu itu, Wahyu!"

"Hah!" sahut Dina merasa lebih terkejut dan pingsan saat mereka menguliti wajah mereka di depan matanya. 

Beberapa saat kemudian Dina berteriak kaget saat membuka mata dan melihat banyak orang asing yang mengelilinginya saat ini. Dia seperti seorang alien yang tengah di observasi!

Apa saat ini dia diculik?! tanyanya sambil memperhatikan semua mata yang sedang mengamatinya saat ini. 

Mendengar jeritan Dina, Wahyu langsung menutup mulut Dina dan menenangkannya. Apa wajahku saat ini lebih mengerikan dibanding wajah sebelumnya? "Din, ini aku."

"Si-siapa?" tanya Dina dengan jantung berdebar kencang. Begitu toh rasanya diculik! Menakutkan sekali! serunya seraya menangis dalam hati.

Wahyu mendehem kemudian kembali menenangkan Dina. "Ini aku Wahyu. Wahyu Pratama."

"Wahyu siapa?" tanya Dina masih belum memahami apa yang sebenarnya telah terjadi saat ini.

Maria memukul Wahyu. "Bodoh! Ini semua gara-gara kau!" seru Maria dengan jengkel sambil menarik Wahyu menjauh dari Dina. "Biar Mama saja yang menjelaskan."

Setelah mendengar penjelasan tentang apa yang terjadi, Dina menghela napas lega. "Jadi aku tidak diculik toh!" ucapnya dengan penuh kelegaan.

Maria meraih tangan Dina dan meremasnya dengan perasaan gemas. "Sama sekali tidak, Sayang tapi setelah kau mandi, kita harus bergegas menemui kedua orang tuamu."

Kening Dina mengerut. "Untuk apa menemui kedua orang tua saya, Tante?"

"Mama, panggil Mama dong."

"Hah!?" Dina bertambah bingung. Kenapa tante ini minta dipanggil mama yah?

"Tentu saja kami harus bertemu denganmu dan juga anakmu. Kami harus melamarmu dan mengatur tanggal pernikahan untuk kalian berdua!"

"Apa!?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status