Dina menghadiri acara temu jodoh yang telah diatur orang tuanya. Bukannya berkonsentrasi dengan pasangannya, perhatiannya teralih dengan duda beranak tiga yang duduk di belakangnya. Ia pun semakin muak mendengarkan permintaan calon suami yang terlalu mengada-ada. "Kita tidak cocok. Pergilah!" kata Dina mengusir Adam dari mejanya. Dina berniat pergi dari restoran tapi merasa tidak tahan mendengar hinaan yang keluar dari mulut wanita dari meja sebelah. "Kau gila berharap aku akan menjadi ibu dari ketiga anakmu!" Wahyu menahan tawanya dalam hati. "Kau tidak mau yah sudah, pergilah dari sini dan jangan menghinanya!" seru Dina dengan wajah jengkel. Maria yang menyaksikan semua itu dari kejauhan, bergegas mendekati Dina dan Wahyu. "Mama setuju dengan wanita ini, Wahyu. Kapan kalian akan menikah!?" Saksikan kelanjutannya hanya di Goodnovel Selamat membaca
Lihat lebih banyakBab 1
Dina menghela napas sesaat sebelum memasuki tempat acara perjodohan diadakan. Mencoba membulatkan tekad dan berusaha menekan egonya. Di usia ke 22 tahun dia harus menjajakan diri seperti ini?! OMG, tolong!
"Ingat Dina, kalau kau ingin jadi artis, kau butuh restu dari seorang suami!"
"Dina hanya butuh ijin dan restu dari Mama dan Papa! Itu saja ..."
"Kami sudah memberi jawab dan kami tetap tidak akan mengijinkannya, titik!"
Dina merasa harus mencari cara lain untuk membujuk kedua orang tuanya. Tanggal keberangkatan semakin dekat, dia harus segera mendapat ijin dari mama dan papa karena itu ia mengganti strateginya dan memainkan aktingnya. Ia mulai terisak dengan wajah penuh kesedihan.
"Kenapa Dina harus menikah, Ma? Makan Dina nggak banyak-banyak amat. Dina ini masih muda, Ma. Belum mau kawin! Apa Mama dan Papa berniat memadamkan semangat Dina?!" Dina menangis lagi.
Kedua orang tua Dina hanya menatap tanpa bergeming sedikitpun dengan isak tangisnya.
Dina menambah volume isakannya. "Menikah itu, ..." Dina terisak lagi dengan wajah memelas. "Bagi seorang aktris, ..." Membersit hidungnya kuat-kuat sebelum melanjutkan bicara lagi. "Adalah akhir dari perjalanan karir seorang aktris! Itu sama saja Mama dan Papa ingin menghancurkan karir Dina sebelum bertunas!"
Ia masih ingat bukannya mereka tergugah malah ia melihat seringai muncul menghiasi wajah papa dan mamanya kala menyaksikan kemampuan aktingnya! Apa seburuk itu aktingnya? tanya Dina dalam hati.
"Kalau semua orang tahu kau sudah menikah dan memulai karir aktingmu dengan hal itu, kami rasa semua akan baik-baik dan lancar. Kau bisa memulai dengan cara yang benar, Sayang percayalah. Kami berjanji kalau suamimu nanti mengijinkanmu berangkat ke New York untuk belajar akting selama tiga tahun, kami akan turut mendukung karirmu."
Dina mengeraskan suara tangisnya berusaha membujuk lagi. "Mana ada suami yang mau mengijinkannya Mama?!" erang Dina sambil menangis pilu berusaha membujuk kedua orang tuanya lagi. Dan yah, pada akhirnya caranya berakhir dengan sia-sia, tetap saja dia harus datang ke acara perjodohan dan mencari peruntungannya sendiri.
"Ayo Dina, kau bisa dan pasti bisa menemukan calon suami yang akan mengijinkanmu pergi menimba ilmu ke luar negeri!" seru Dina pada dirinya sendiri sebelum melangkahkan kaki ke hotel bintang lima, hotel Graha Parahita.
Dian merasa sangat lelah menghadapi pria-pria yang mengantri untuk menemukan kecocokan di antara mereka. Ini adalah kali ke lima, ia diumpat dan ditinggalkan begitu saja saat ia menyebutkan persyaratan sebelum mereka menikah pada akhirnya.
"Setelah menikah kau tidak perlu bekerja. Aku yang akan menghidupimu."
Dina menahan geram saat mendengar ucapan sombong yang terdengar dari mulut Adam.
"Tenang saja, kau hanya harus menjadi ibu dari anak-anakku dan menikmati hidup ini tanpa bersusah payah."
"Aku punya karir ..." Saat ini dia sudah membintangi beberapa iklan kecil untuk pemotretan di media cetak.
"Kenapa kau mau melakukannya?"
"Apa maksudmu?" tanya Dina dengan tatapan tidak senang.
"Menjadi Aktris tidak bisa diterima oleh keluargaku, jadi ..."
Suara Adam terdengar seperti dengungan lebah yang mengganggu di telinga Dina tapi ia mengatupkan mulutnya rapat-rapat saat mendengar umpatan lirih dari meja sebelah.
"Din?" tegur Adam merasa bersemangat bisa menemukan wanita muda yang cantik seperti Dina! Yah, Tuhan! Dia cantik sekali! erang Adam membayangkan betapa indah malam pertama yang akan mereka lalui bersama.
Dina tersadar karena ia fokus mendengarkan apa yang sedang terjadi di meja sebelahnya. "Yah?"
"Apa kau setuju dengan perjodohan ini?" tanya Adam seraya terkekeh dan mendekati tangan Dina.
Dina menarik tangannya sebelum Adam menyentuhnya. Pria ini sudah pasti bukan calon suami yang bisa kunikahi! putusnya dengan cepat. Tiba-tiba sebuah ide cemerlang melintas di benak Dina.
"Adam, aku senang kau berbaik hati menerima kondisiku apa adanya. Aku tidak percaya setelah aku membuat kesalahan ternyata Tuhan masih sangat baik padaku! Aku masih bisa menemukan pria yang baik hati yang mau menerimaku dan juga anakku ..." kata Dina dengan penekanan khusus agar Adam menyadari apa yang ingin disampaikan.
"Anak? ..." ulang Adam tanpa sadar. Ia tertegun lama saat mendengar ucapan Dina lalu mencoba tertawa seolah mengerti candaan yang dilontarkan Dina saat ini. Dia menggemaskan sekali! ucap Adam sambil mencoba untuk tetap tenang tapi yang keluar dari mulutnya justru kepanikan!
"Itu bukan candaan," sela Dina dengan cepat.
"Ap-apa katamu!"
Dina menatap foto Miracle dengan penuh kekaguman.
"Yah?"
"Mak comblang tidak pernah mengatakan tentang hal ini pada kami, oh aku tahu kau hanya mencandaiku, bukan?" Ini tidak mungkin benar, bukan?! keluh Adam sambil meminum kopinya dengan tangan gemetaran.
Dina menggeleng seraya berakting dengan mimik wajah yang sedih sambil mengeluarkan fotonya bersama Miracle, anak asuhnya. Untunglah, aku selalu membawa foto Miracle di dalam dompetnya. "Dia Miracle, putriku."
Adam menelan air ludahnya dengan susah payah. Pantas saja wanita secantik dan semuda Dina belum menikah sampai saat ini rupanya dia menyimpan aib! tukas Adam dalam hati seraya mendehem dan mendorong kembali foto Dina dan seorang bayi ke arah Dina.
Dina semakin serius berakting menyedihkan di hadapan Adam.
Wajah Adam makin memucat sambil berpikir keras melihat tatapan Dina kepadanya. Ia mengambil sapu tangannya dan menyeka keringatnya yang bercucuran deras di wajah dan tubuhnya. Apa kata orang nanti! gumam Adam dengan wajah memerah menahan amarah.
"Kalian mencoba menipuku, bukan!" umpat Adam dengan kesal. "Tidak ada pernikahan yang akan terjadi! Permisi!" seru Adam langsung bergegas pergi tanpa mau membayar bill minuman mereka.
Dina menahan tawa kemenangannya lalu segera menyodorkan kartu kreditnya kepada pelayan yang terlihat gugup dan ragu saat harus memberikan slip tagihan kepadanya. Dia harus berterima kasih kepada orang di belakangnya itu karena telah memberinya ide untuk menolak Adam.
Tapi sesaat kemudian ia menghela napasnya dalam-dalam. Kemana aku harus mencari calon suami yang bisa mengijinkanku melakukan hal yang kuinginkan dalam waktu sesingkat ini! keluhnya dalam hati sambil meremas rambutnya dengan frustasi.
Tadinya ia berniat segera pergi tapi secara perlahan ia kembali duduk merapat ke kursinya. Ia mendengarkan apa yang sedang terjadi di meja sebelah.
Duda beranak tiga? ucap Dina mengulangi dalam hati. Aku tidak keberatan, jawabnya.
Ekonomi pas-pasan? ulangnya lagi sambil menyemangati dirinya. Aku bisa memenuhi kebutuhanku sendiri! katanya merasa telah menemukan calon suami yang bisa menyetujui permintaannya yang memang tidak masuk akal.
Binar harapan membuncah di dalam dada Dina sambil terus mendengarkan apa yang terjadi di meja sebelah dengan penuh antusias.
Bab 46Sebuah panggilan telepon menghentikan percintaan mereka.“Mas harus mengangkatnya,” kata Dina dengan wajah memerah karena mas Wahyu tidak berhenti memanjakan tubuhnya.“Apakah harus?” erang Wahyu dengan wajah penuh keberatan. "Biarkan saja. Nanti juga berhenti sendiri. Ini sudah larut."“Mungkin saja panggilan itu penting,” sahut Dina mengingatkan sambil menjilati bibirnya yang kering karena menahan perasaan nikmat saat mas Wahyu menyentuhnya di bawah sana.“Kita berada dalam situasi yang lebih penting. Biarkan saja. Mas mohon berkonsentrasilah dan nikmati semua bonusmu ini.”Dina terkekeh dan membiarkan ma
Bab 45Dina menelan air ludahnya dengan susah payah saat wajah mas Wahyu semakin mendekat ke arahnya.“Din, sekarang tolong jawablah, apa Mas boleh bercinta denganmu?”Dina menatap mas Wahyu kemudian setelah berpikir lama, ia mengangguk secara perlahan. Tapi setelah semua ini terjadi hubungan kita akan bagaimana, Mas …? tanya Dina dalam hati saat mas Wahyu mencium bibirnya dengan lembut.Semua keraguan dan berbagai pertanyaan langsung menghilang dari benak Dina saat bibir Mas Wahyu menciumnya. Ia membiarkan dirinya terhanyut dan tanpa sadar mengerang. Dina menyadari hal itu dan langsung menutupi bibirnya. “Maaf!”Wahyu terkekeh dan menenangkan Dina. “Itu adalah reaksi n
Bab 44Dina menelan air ludahnya dengan susah payah saat wajah mas Wahyu semakin mendekat ke arahnya.“Din, sekarang tolong jawablah, apa Mas boleh bercinta denganmu?”Dina menatap mas Wahyu kemudian setelah berpikir lama, ia mengangguk secara perlahan. Setelah semua ini terjadi hubungan kita akan bagaimana, Mas …? tanya Dina dalam hati saat mas Wahyu mencium bibirnya dengan lembut.Semua keraguan dan berbagai pertanyaan langsung menghilang dari benak Dina saat bibir Mas Wahyu menciumnya. Tanpa sadar ia mengerang.“Apa kau menyukainya Din?”Dina mengangguk seraya memejamkan mata. Ia tidak mau berhenti membalas ciuman mas Wahyu.
Bab 43 Dina bingung karena saat ini mas Wahyu tidak memanggilnya lagi. Secara perlahan ia berbalik dan kaget saat mendapati mas Wahyu yang tengah menatapnya dengan lekat. “Mas …” ucapnya lirih sambil menelan air liurnya dengan susah payah. Wahyu bergerak cepat dan tidak menahan diri lagi. Ia mencium bibir Dina dan menarik tubuhnya dengan cepat ke arahnya. Dina kaget dan langsung menahan mas Wahyu lalu mencoba mengelak. Wahyu tahu meski Dina menolaknya tapi Dina juga menginginkannya karena itu ia tidak membiarkan Dina untuk mundur kali ini. Ia menarik tubuh Dina mendekat padanya dan menciumnya lagi tapi kali ini secara perlahan dan membujuk Dina dengan lembut. “Tolong buang keraguan dalam diri Mas, Din. Mas takut kehilanganmu. Sangat takut,” ucap Wahyu dengan jujur. Dina terdiam seraya mengamati ekspresi mas Wahyu yang telah meluluhkan hatinya. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia juga sangat menginginkan mas Wahyu tapi ia takut mas Wahyu hanya menjadikan dirinya seb
Bab 42Dina berpikir keras. “Aku tidak bisa menjawabnya sekarang Mas.”Wahyu merasa kecewa mendengar jawaban Dina. Ia merasa kalau Dina telah jatuh cinta dengan pria lain. “Apa kau jatuh cinta pada pria lain, Din?”“Mas, apa yang kau katakan?!”“Jawab Mas, Din!”Dina terdiam saat mas Wahyu mengiba padanya. Ia menggeleng. “Tidak. Selama ini aku hanya fokus dengan karirku …”“Bagaimana dengan Steven Stenly!?” tanyanya dengan perasaan gugup. Ia yakin kalau Dina memiliki perasaan lain terhadap Steven.“Kalau dia …”“Tuh ‘kan!”“Apa?”Wahyu berbalik berniat meninggalkan Dina.“Mas, jawab aku.”“Apa kau menyukainya lebih dari Mas?”Wajah Dina memerah mendengar pertanyaan mas Wahyu. “Apa sih Mas?!”“Jawab saja, Din. Kalau kau memang menyukainya, Mas rela mundur.”Lah, lah, lah kok malah begini?! seru Dina merasa kaget melihat mas Wahyu yang meninggalkannya. Ia menyusul mas Wahyu dengan cepat. “Mas bukan begitu …”“Tapi apa?” tanya Wahyu dengan cepat.Dina tidak menyangka mas Wahyu berbalik d
Bab 41“Pembohong!”“Mas tidak berbohong! Dari awal Mas melihatmu, Mas merasakan hal yang berbeda karena itulah Mas ingin menikah denganmu!”“Hah!”Wahyu menahan Dina dan membujuk Dina untuk menatapnya. “Beri Mas waktu untuk membuktikan segalanya, Din.”Setelah melihat ekspresi wajah mas Wahyu, Dina pun luluh. “Baik, silahkan buktikan.”“Kau berjanji akan menunggu Mas ‘kan?”“Tapi kalau hal itu benar, bagaimana?”“Kalau benar dan kau tidak keberatan, kita akan mengadopsi bayi itu.”
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen