Share

Bab 4 Ayo kita menikah!

Bab 4

Wahyu mengaduh dalam hati! Mamanya telah salah paham rupanya. "Ma, begini ..."

Maria mengacuhkan Wahyu dan langsung berfokus untuk menenangkan Dina yang tampak syok saat mendengar ucapannya.

"Saya menikah dengan siapa, Tante?" tanya Dina dengan hati-hati seraya menelan air ludahnya dengan susah payah.

"Aku," sahut Wahyu dengan wajah memerah. Dina pasti akan menolaknya! Dia pasti akan menolaknya! teriak Wahyu merasa tingkat percaya dirinya turun ke tingkat nol!

"Tentu saja dengan Wahyu, Sayangku. Lihat, saat itu dia mengenakan topeng yang sangat jelek. Inilah wajah aslinya dan dia pria yang sangat tampan untuk menjadi suamimu bukan?"

"Tunggu, tunggu, maaf semuanya. Apa bisa  beri saya waktu untuk mencerna semua ini.Tante?" tanya Dina sambil mendehem. "Ini hanya salah paham!" ucapnya setengah mencicit.

Tubuh Wahyu menegang mendengar dan melihat ekspresi ngeri dari wajah Dina. Apa ini berarti Dina benar-benar telah menolakku? tanya Wahyu merasa sangat gugup menanti apa yang akan terjadi saat ini. Seharusnya dia lega karena dia tidak jadi menikah seperti yang diinginkannya. Dia sedang menanti kepulangan kekasihnya. Hubungan mereka tidak direstui karena itu Wahyu menyuruh Lira untuk menjauh dari keluarganya dulu sambil melanjutkan kuliahnya di luar negeri  itulah alasannya ia selalu membuat perjodohannya batal.

Tapi anehnya kenapa saat ini ia justru malah kecewa saat membayangkan kalau mereka tidak jadi menikah? Ini aneh! keluh Wahyu merasa tidak nyaman dengan perasaannya sendiri saat ini.

"Salah paham? Salah paham bagaimana, maksudnya?" tanya Maria berpura-pura bingung sambil melirik putra tunggalnya yang terlihat syok mendengar penolakan Dina.

Wahyu segera mengerti dan berusaha menjelaskan kepada Dina. "Tenang saja, mengenai status dan anak itu ..."

"Bukan, bukan masalah itu tapi ..." sahut Dina dengan ekspresi gugup melihat semua orang yang tengah memandanginya saat ini.

"Tapi apa?" tanya Maria merasa bingung dengan ekspresi Dina saat ini. Dia merasa sangat bahagia mendengar pembelaan Dina terhadap putranya waktu di restoran. Dina adalah gadis yang bisa mengubah perasaan Wahyu kepada Lira. Gadis itu tidak layak untuk putranya!

Ia pernah memergoki Lira mengonsumsi obat terlarang dan mabuk-mabukan karena itulah dia bukanlah gadis yang sesuai untuk putranya!

Dina diam-diam mengamati Wahyu, meski usianya jauh lebih dewasa di banding dengannya tapi ketampanan yang dimiliki om Wahyu masih di atas rata-rata. Dengan hal ini kedua orang tuanya tidak akan curiga bukan?

Ia mengamati area kamar tempat sekarang dia berada, meski tidak begitu mewah tapi dia tidak keberatan dengan kondisi keuangan Wahyu dan keluarganya saat ini. Bagaimanapun dia memiliki warisan yang sangat besar dari almarhum nenek.

Wahyu menyadari pemikiran Dina! Seharusnya ia membawanya ke rumah utama! Tapi karena rumah nenek dan kakeknya lebih dekat mereka memutuskan untuk membawanya ke sana.

Menikah ..., benar-benar menikah, timbang Dina dalam hati. Apa hal ini memang harus dilakukannya? Dia bisa saja pergi kabur dari rumah tapi dia juga tidak mau membuat ibu dan ayahnya sedih!

Pernyataan ibu membuatnya berpikir serius untuk mencari seorang suami bayaran yang bisa mengijinkannya pergi belajar akting di New York. Waktunya sebentar lagi! keluh Dina dengan frustasi.

Saat ini dia telah menemukan seorang calon suami yang berpotensi bisa meloloskan permintaannya! Sekarang tinggal eksekusinya saja, bukan? Kalau dia mengijinkannya kalau tidak dia hanya perlu mencari pria lainnya, lalu apa masalahnya?! keluh Dina merasa pusing dengan pemikirannya sendiri.

Dina mendehem merasa sedikit bersalah tapi lebih bersemangat untuk mencari tahu hal ini. Ia berusaha menenangkan diri setelah menarik napas dalam-dalam. "Hmm, Tante, Om, Kakek, Nenek, apa saya bisa minta waktu bicara dengan Om Wahyu, berdua saja?"

Maria mengerti kegugupan calon menantunya ini. "Tentu, kami akan meninggalkan kalian berdua, bicaralah baik-baik dan segera beri kami kabar baik."

Semua orang saling menatap kemudian mengikuti saran Maria untuk meninggalkan mereka berdua dalam kamar.

"Katakan apa kau berubah pikiran? Kau tidak mau menikah denganku?" tanya Wahyu dengan ekspresi dingin.

Kenapa wajahnya begitu? Apa dia marah? tanya Dina dalam hati. "Om marah?"

"Nggak."

"Syukurlah kalau begitu." Dina menghela napas dalam-dalam.

"Om, saya harus jujur, waktu itu saya melakukan hal itu karena spontan saja karena saya tidak suka mendengar cacian yang tidak bermartabat seperti itu, ..."

Wahyu merasa kecewa tapi melihat ekspresi Dina saat ini hatinya merasa tersentuh karena Dina memikirkannya meski mereka belum saling mengenal. "Lanjutkan," ucapnya saat melihat Dina berhenti bicara dan menunggu tanggapannya.

"Saya merasa kesal dengan wanita itu ..."

"Apa kau mengenal Wati sebelumnya?"

"Tidak, tidak, saya tidak mengenalnya tapi ... itu hanya ..." kata Dina merasa belepotan menjelaskan.

"Jadi intinya semua hanya sandiwara saja dan kau tidak berniat untuk menikahiku, begitu 'kan?" sela Wahyu mengambil kesimpulan untuk Dina dengan ekspresi penuh rasa kecewa.

Dina langsung mengangguk-angguk dengan perasaan gundah. Apa om Wahyu akan marah padanya? "Saya hanya berakting untuk menyelamatkan harga diri, Om, itu saja," sahut Dina merasa lega saat Wahyu mengerti maksud ucapannya.

Wahyu menatap dan mengamati wajah Dina yang tampak polos dan di sisi lain dia sangat menggemaskan, keluh Wahyu dalam hati. Dia tidak mau melepas Dina dari tangannya! Dia sudah terlanjur menyukai gadis muda ini karena itu ia mulai memutar otak dan menganalisa keadaan yang tengah terjadi saat ini.

"Din, begini ..."

Dina menunggu dengan perasaan lega yang luar biasa karena telah mengurai benang kusut di antara mereka. Dia tidak mau kalau Wahyu dan keluarganya sampai salah paham karena ucapannya.

"Kurasa kau mengikuti perjodohan itu karena harus menikah, bukan?"

"Tidak harus."

"Kau dijodohkan, tentu keluargamu ingin kau segera menikah, bukan?" tanya Wahyu ulang dengan jantung berdebar kencang.

"Saya ingin belajar akting di luar negeri Om. Saya ingin menjadi artis. Mereka tidak setuju tapi kalau saya menikah dan suami saya nantinya mengijinkan maka saya boleh menekuni dunia keartisan," jawab Dina dengan jujur.

Wahyu terdiam sambil menelan air ludahnya dengan susah payah. Sanggupkah dia membagi Dina dengan pria lain? Dia akan berpelukan dan berciuman dengan aktor pasangannya seperti di film-film itu! Ia mendehem berusaha menenangkan hatinya. "Jadi kau ingin menikah karena hal ini?"

Dina mengangguk dengan wajah polos dan mata yang berseri-seri.

Wahyu menarik napasnya dalam-dalam. "Din, begini ..."

Bahu Dina lunglai. Nah 'kan?! Siapa juga suami yang mau ditinggal setelah menikah! Mana ada Dina! keluh Dina dengan bahu yang lunglai. "Kalau begitu saya permisi yah, Om ..."

Wahyu menahan Dina dengan ekspresi bingung. "Tunggu, kau mau kemana?"

"Pulang, ..."

Kening Wahyu mengerut bingung. "Apa kau tidak perlu menikah?"

"Jadi. Saya hanya akan mencari pria yang mau mengerti dan memahami keinginan saya."

Wahyu tersenyum perih saat mendengar ucapan Dina. "Kalau begitu kau tidak perlu repot mencari lagi."

"Apa maksud, Om?" tanya Dina dengan jantung berdebar kencang. Apa itu berarti om ganteng ini bersedia menikah denganku? tanya Dina dengan tidak sabaran dalam hati.

Wahyu tersenyum. "Ayo, kita menikah."

"Apa, OM!?" seru Dina langsung menatap ke arah Wahyu dengan ekspresi kaget.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status