Share

BAB 10 - Mencari Alasan Pertama

Jam belajar telah dimulai. Suasana sekolah mulai tenang dan sepi. Lapangan dipenuhi murid dari sebuah kelas yang sedang mengikuti mata pelajaran olahraga.

Abdul menendang gelas plastik bekas minuman yang tergeletak di pinggir lapangan. Menuangkan emosi yang masih bergemuruh di dalam dadanya. Dia tidak terima dengan apa yang baru saja ia dengar. Keputusan kepala sekolah mengenai hukuman mereka.

Sementara Roni sejak tadi hanya memandang kelas Karina dari kejauhan, lalu bergantian memandang Abdul. Sesekali dia memegang hidungnya yang mulai terasa berdenyut. Pukulan Abdul lumayan juga, pikir Roni.

“Roni?” Tiara memenghampiri Roni sambil membawa tumpukan kertas yang dia peluk di dada.

Cukup sulit untuk mengeluarkan senyum saat kondisi wajahnya babak belur. Roni menaikan alisnya.

Tiara memperhatikan luka Roni serius. Dia tahu kejadian apa yang baru saja terjadi dengan teman sekelasnya itu. “Nggak masuk kelas?”

“Gue diskors.”

“Kamu diskors?” Tiara bisa melihat ekspresi kecewa di wajah Roni. “Karina udah tahu?”

“Belum. Dia nggak masuk sekolah.”

“Lho? Dia masuk kok. Tadi rame banget malah, Ron. Katanya ada yang taruh bangkai binatang di laci meja dia.”

“Apa? Bangkai?” Mata Roni terbelalak.

Tiara diam sesaat, seperti sedang memikirkan sesuatu. Kemudian dia mendekatkan posisi tubuhnya lebih dekat dengan Roni. “Maklum, gosip dia sakit AIDS udah nyebar ke semua penghuni sekolah. Kayaknya ada yang nggak terima dia masih masuk sekolah. Aku lihat kok anak-anak cheerleader pada datengin dia di gerbang tadi pagi. Terus banyak juga yang ngomongin soal hubungan kamu sama dia.”

Roni bisa merasakan perasaannya menjadi campur aduk. Bagaimana bisa dia tidak ada di samping Karina? Tidak bersama dengan cewek yang paling dia sayang. Rasa menyesal mencolek hatinya. Kenapa dia harus marah pada Karina? Padahal dia tahu kalau Karina akan mengalami masa sulit.

“Katanya kamu baru aja putusin Karina gara-gara tahu dia kena AIDS. Ya aku tahu pasti berat kan buat kamu terima kenyataan soal Karina.” Bola mata Tiara dan Roni bertemu. “Lagian kasihan kamu, Ron. Kalau terus pacaran sama Karina, nantinya kamu pasti ikut kena gosip yang nggak-nggak. Percaya sama aku.”

Tiara berjalan meninggalkan Roni tanpa mengatakan apa pun lagi. Roni terus memperhatikan sosok Tiara yang terus menjauh dan masuk ke dalam kelas. Kamu pasti ikut kena gosip yang nggak-nggak.... Kalimat itu terasa membekas di telinganya.

Lalu kenapa? Bukankah itu sudah menjadi resiko? Otak Roni bekerja keras, memberi kesadaran. Lagipula dia tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Karina. Roni kembali memegang hidungnya yang terasa sakit, kemudian berjalan ke luar gerbang, menaiki motornya, pergi ke tempat yang biasa dia datangi ketika membutuhkan suasana yang berbeda.

Rumah sakit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status