Share

BAB 8 - Cerita Sebenarnya

Mili mendatangi rumah Karina. Setelah menekan tombol bel, lalu dipersilakan masuk, Mili duduk di sofa ruang tamu. Tubuhnya lemas, suhu tubuhnya tidak stabil. Mili tahu sendiri bahwa kondisi kesehatannya semakin menurun. Seharusnya dia tidak keluar rumah dan beristirahat saja. Namun dia justru lebih merasa tidak sehat kalau harus sendirian di kamar.

Karina terkejut melihat kehadiran Mili. “Mil, kamu nggak sekolah?”

Mili mengangguk. “Gue boleh nginep di rumah lo malam ini, kan, Kar?”

“Ada apa, Mil?” Karina duduk di samping Mili, memegang kening Mili yang terasa hangat. “Mil?”

“Gue cuma lagi kurang fit akhir-akhir ini. Lagian, bokap nyokap gue tadi subuh berangkat ke Brunei, ada kerjaan. Jadi gue sendiri di rumah.”

“Bukannya kamu biasanya seneng kalau rumah kosong?”

Mili membenarkan posisi duduknya. “Itu dia, gue.... Gue nggak apa-apa sih. I’m okay. Cuma sepi aja di rumah. So bored. Oh ya, sore ini nyalon aja gimana? Lo juga lagi butuh refreshing, kan? Dari kemarin gue pengin nyalon nih. Rambut kerasanya nggak banget!”

Ada yang berbeda dari Mili, dan Karina bisa merasakan itu. Mili tidak seceria biasanya dan cara bicara Mili berbeda. Biasanya Mili sangat semangat kalau sudah membicarakan soal perawatan, tapi kali ini ekspresi Mili datar. Tidak bergairah.

“Eh, Mil, kamu belum tahu ya soal Roni mukul Abdul kemarin?” Kejadian tersebut kembali terbayang di benak Karina.

Wow, are you sure, Kar? They were fighting for? Ah, gue lupa. Berebut lo?”

“Bukan berebut, aku aja nggak tahu kok kenapa Roni jadi emosian gitu. Dia tiba-tiba dateng, terus nonjok Abdul. Kasihan kan Abdul.”

Mili menepuk tangannya. “Gue tahu! Kemarin di sekolah, gue sama Roni ngobrol sedikit soal lo. Roni lagi goyah gara-gara kotak itu. Cowok lo lemah ya. Sama kotak doang takut.”

“Tapi ini beda, Mil. Kok bisa gitu ya, ada yang tahu soal rahasia aku sama Roni. Padahal kami sama-sama nyimpen. Nggak ada yang pernah ngomongin rahasia kami di depan orang lain. Aku sih gitu. Nggak tahu kalau Roni.”

“Tunggu deh, gue mau nanya, tapi lo jangan ngambek ya, jadi yang dalam tulisan itu bener? Lo...”

“Nggak! Mil... Aku nggak ngidap penyakit apa-apa.”Air mata Karina tertahan di pelupuk. Dia menatap satu figura besar di tengah dinding ruang tamu. “Kakak aku yang sakit.”

Mili memandangi sosok cewek yang memiliki wajah mirip dengan Karina dalam foto. Rambutnya sama-sama panjang, kulitnya sama-sama berwarna kuning langsat. Cewek itu berdiri di samping Karina. “Tapi kok lo nggak cerita soal ini sama gue? Sekarang kakak lo di mana?”

Air mata Karina mengalir. “Dia udah nggak ada, Mil. Udah dipanggil Tuhan.”

Sorry to hear that, Kar.”

“Nggak apa-apa. Waktu SMP, aku pernah di-bully gara-gara itu. Makanya aku takut buat cerita. Sama siapa pun. Sampai suatu waktu aku kenal sama Roni. Dan yang tahu soal itu cuma Roni.” Tangan Karina sibuk mengelap air mata. Tiba-tiba dia bisa merasakan sesuatu yang kosong saat mengingat bahwa sekarang dia dan Roni sedang bertengkar.

Mili menghela napas. “Jadi lo jauh-jauh pindah dari Bandung ke Jakarta demi ngehindar dari hal yang sama? Kok teman-teman lo jahat gitu sih. Kalau gue jadi lo, gue udah tuntut semuanya. Sekolahnya sekalian.”

“Iya, aku sama mama jadi pindah ke Jakarta. Sementara papa tetep kerja di Bandung. Beruntungnya, mama juga waktu itu emang lagi ada bisnis di sini. Makanya aku belum berani masuk sekolah sampai hari ini. Aku takut, Mil... Takut...”

“Ya kalau ada yang macem-macem, jelasin aja semuanya, Kar. Gue bantuin lo! Pasti! Lagian ada Roni sama Abdul juga kan. Lo nggak sendirian kok. So, lo besok harus masuk lagi. Temenin gue. Mau sampai kapan lo ngehindar? Masalah nggak akan selesai dengan cara menghindar, Kar. Okay?

Karina menatap kembali figura di dinding, “Iya, deh iya."

"Gitu dong! Kan gue juga nggak ada temen di sekolah. Ogah banget harus nongkrong atau main sama geng-geng kutu buku kayak Tiara sama teman-temannya gitu. Hih."

"Ya padahal bagus juga, Mil. Siapa tahu nular pinternya. Hahaha."

Mili dengan cepat mengambil bantal kecil di sampingnya, lalu melemparkan ke arag Karina. "Dasar ya lo! It's okay, penting lo udah bisa balik ketawa. Just ignore them, Kar. Janju ya lo besok mau masuk sekolah lagi?"

"Iyaaaa. Bawel!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status