Masuk"Jika melihat keadaan kita sekarang ini, memang sudah tidak mungkin untuk mencarinya lebih jauh lagi. Akan sangat berbahaya sekali jika keberadaan kita tercium oleh para penduduk desa itu, Tuan." Paman Lan berucap sambil mengikuti arah pandangan tuannya.
"Maafkan paman, Tuan Besar! Bukannya paman tidak mencemaskan keadaan tuan muda, tetapi kita semua juga mengetahuinya." Paman Lan takut jika ucapannya tadi akan menyinggung sang majikan. An Se hanya bisa menarik napas sesaat, untuk kemudian mengembuskannya secara perlahan guna melepaskan keresahan hatinya. "Paman memang benar. Kalau begitu, mintalah mereka semua untuk pulang kembali ke lembah. Biar kita lanjutkan pencarian esok hari." "Siap, laksanakan perintah!" Paman An Lan yang merupakan salah seorang tetua dari Keluarga An segera memanggil salah seorang dari para pengikut An Se agar memberitahukan kepada semua orang, bahwa pencarian dihentikan untuk sementara waktu. An Se mendesahkan napas berat sambil berbalik badan dan berjalan dengan diiringi Paman An Lan pengikut setianya. Betapa kenestapaan terus menyelimuti Tuan Lembah Pakisan yang jarang diketahui oleh orang biasa. "An Zi, maafkanlah paman yang terpaksa menghentikan pencarianmu. Mudah-mudahan malam ini kamu baik-baik saja dan ada yang menjagamu." Meskipun dengan sangat berat hati, akhirnya mereka semua harus kembali ke Lembah Pakisan dan bertekat untuk melanjutkan pencarian esok hari. An Se melangkahkan kaki dengan perasaan sedih yang teramat dalam hingga cahaya suram di wajahnya berhasil membuat orang lain ikut bersedih hati. Dia merasa tak ubahnya seperti seorang jenderal yang kembali dari medan pertempuran dalam keadaan kalah. Pria itu bak peri yang kehilangan sepasang sayap hingga merasa separuh tubuhnya lumpuh dan tak bisa lagi menegakkan lehernya. Gelap malam kian menyelubungi kisi-kisi langit yang masih mencurahkan hujan walau tak sebegitu deras, mengiring perginya pemilik wajah-wajah gelisah, sedih dan sepi terus mengikuti langkah An Se yang terayun perlahan. Sebenarnya, siapakah orang yang sedang mereka cari dan berada di mana dia sekarang ini? "An Zi, maafkanlah paman." An Se berucap lirih dalam hati dengan kehancuran yang tidak dapat lagi digambarkan. "Semoga kamu baik-baik saja dalam penjagaan Yang Kuasa." ***** Sementara itu di tempat lain. Hutan Sawo Alas sudah kian menggelap dengan suasana angkernya yang kental dan membuat bulu kuduk mahluk bernama manusia akan langsung meremang. Hujan mungkin telah mereda dan sayap-sayap para kelelawar pun mulai berkepakan ke segala arah. Mereka sibuk menikmati buah-buahan yang telah basah oleh air hujan, untuk mengisi perut kecil mereka setelah seharian tertidur di tempat persembunyian. Pada saat itu juga, sekelebat bayangan putih bagaikan terbang dengan kecepatan tinggi, melesat keluar dari Hutan Sawo Alas sembari memanggul tubuh seorang pemuda belia yang sedang tertidur. Namun, sesosok bayangan lain ternyata juga bergerak tak kalah gesit, menyusul serta menghadangnya di tengah perjalanan. Bayangan berjubah putih berhenti tepat di hadapan si penghadang dan berseru, "Siapa Anda ini, dan mengapa menghadangku?" "Dan siapa pula Anda, yang telah menyusup memasuki daerahku dengan kelakuan seperti seorang penculik saja?" Bayangan berpakaian serba ungu tua balik bertanya sambil masih membelakangi orang yang tengah dihadangnya. Jika diperhatikan dari suaranya, kemungkinan pria ini memiliki usia sekitar empat puluh tahunan. "Penculik?" Lelaki muda berjubah putih yang sedang memanggul anak lelaki itu tampak menjadi tersinggung dengan kata 'penculik' dari bibir orang tua ini. "Sial! Ternyata menjadi orang baik itu tidaklah semudah seperti membalikkan telapak tangan!" geram Jatayu dalam hati dengan perasaan jengkel. "Menolong seseorang juga masih dikatakan menculik!" Jatayu terdiam sesaat guna meredakan gejolak amarah. Bagaimanapun juga, saat ini ia memang sedang membawa tubuh Langit yang sengaja dibuat tidur agar mudah untuk dibawa olehnya. "Aku bukan seorang penculik, dan Anda juga tidak perlu mengetahui siapa aku, Tuan! Dan karena aku sedang terburu-buru, maka pertanyaan Tuan yang seolah menuduhku sebagai pencuri itu bisa aku lupakan!" Jatayu berkata sembari bersiap untuk pergi. "Saya harap Tuan segera memberikan aku jalan!" Pria tua mengusap jenggotnya yang panjang dan berwarna putih. Sikapnya terlihat tenang, tapi sepertinya cukup berhati-hati dan waspada. "Merasa diri bukan seorang penculik, tetapi ada seseorang dalam panggulanmu yang sedang dicari oleh keluarganya." Pria berbusana serba ungu itu berhasil mengejutkan Jatayu dengan kata-katanya. "Soal untuk bisa keluar dari hutan ini, itu perkara mudah. Tetapi serahkan dulu pemuda itu padaku, dan aku tidak akan menghalangi kepergianmu lagi." Jatayu kembali merasa geram dan berseru, "Maaf, Tuan. Aku tidak bisa! Anak ini dalam keadaan sakit dan aku harus segera membawanya ke tempat yang lebih layak daripada tinggal di hutan ini." "Jadi tolong, Tuan tidak menghalangiku terlalu lama, karena anak ini harus segera mendapat perawatan," ujar Jatayu dengan harapan pria ini akan segera menyingkirkan diri dari hadapannya. "Tuan, mohon pengertiannya." "Sopan sekali penculik kecil ini," gumam orang asing seraya mengusap jenggotnya. "Tapi meskipun kamu sangat sopan, sayangnya kamu tetaplah seorang penculik." "Anak ini, aku mengenalnya dan kalau kamu benar-benar ingin menolongnya, maka berikan dia kepadaku untuk kuantarkan kembali kepada keluarganya," ujar pria penghadang yang sekarang berbalik badan menghadap kepada Jatayu. Jatayu bisa melihat dengan jelas rupa wajah dan aroma orang yang sedang berhadapan dengannya, begitu pula dengan orang yang berdiri sebagai lawan. Keduanya saling tertegun satu sama lain dalam pemikiran yang berbeda namun juga hampir serupa. "Siapa sebenarnya orang ini?" Jatayu bertanya dalam hati sembari mencoba untuk mengenali aroma tubuh orang tua yang ada di depannya. "Dari aroma tubuhnya, sudah jelas sekali tercium kalau dia adalah sebangsa dengan kami." "Anak muda ini bukanlah manusia biasa seperti orang bumi kebanyakan." Pria setengah tua itu membatin sambil mencoba mengenali aroma dari tubuh anak muda di hadapannya saat ini. "Aroma dari tubuhnya memancarkan kekuatan gelap yang sangat pekat, tetapi juga ada aroma lain yang sangat tersembunyi dan seperti aku kenali." "Benar-benar seorang anak muda yang misterius," pikir lelaki berjubah ungu. "Bagaimana bisa, ada dua kekuatan jahat dan baik yang saling bertentangan satu sama lain menyatu dalam tubuh satu orang?" "Mengapa aku merasa seperti sedang ditelanjangi oleh orang ini?" Jatayu merasa ada suatu kekuatan gaib yang sedang membungkus tubuhnya dan merasuk hingga ke dalam. "Jelas-jelas orang ini bukanlah seseorang yang bisa aku anggap remeh. Siapakah orang ini sebenarnya?" Keduanya masih saling terdiam sambil menjajaki kemampuan lawan dengan ilmu gaib yang tentunya tidak akan terlihat, atau terlacak oleh pandangan mata manusia pada umumnya. Walaupun tampak tenang dan diam, tetapi sebenarnya mereka sedang dalam keadaan berperang, saling menyerang satu sama lain hingga menyebabkan udara di sekitarnya mengalami suatu pergolakan hebat. Keduanya dalam posisi diam namun berusaha saling mematikan lawan. Diam, tapi mematikan!KRASH! "Ah!" Dengan satu kibasan kipas yang indah namun kejam, kepala prajurit itu terpenggal dan terpisah dari tubuhnya. Darah hitam menyembur tinggi sebelum badan tanpa kepala itu dijatuhkan, ambruk ke tanah dalam keadaan tak bernyawa. "Kamu sendiri yang memintanya," ucap Yin Long, datar. An Meng bergidik ngeri melihat kekejaman pria tampan berambut perak yang seakan pernah dilihatnya. Ia bergerak mundur sambil memperbaiki sisa bajunya yang robek-robek dengan perasaan malu dan takut. Tubuhnya yang setengah telanjang membuatnya merasa sangat tidak nyaman di hadapan orang asing ini. Yin Long berbalik dan berjalan mendekat. Pemuda itu berjongkok di depan An Meng yang masih duduk di tanah. "Kamu tidak apa-apa?" An Meng menggeleng kecil, wajahnya merona malu. "Tidak apa-apa. Hanya luka kecil yang tak seberapa." Hanya luka kecil tetapi rasa malunya akibat dilecehkan oleh para prajurit Klan Naga Hitam benar-benar menyakitkan. Terlebih lagi dengan hilangnya An Zi, bagaimana mu
Semua orang menoleh ke arah datangnya suara bentakan dengan wajah tegang. Jika gelombang angin kekuatannya saja sudah sangat mengerikan, mereka menduga kalau orang ini benar-benar sangat sakti.'Mengapa suara itu terdengar seperti suaranya?' batin An Meng, matanya mencari."Ternyata dari dulu, sifat orang-orang Klan Naga hitam tidak pernah berubah sama sekali. Kalian masih sama seperti dulu, buruk dan beraninya main keroyokan!" Suara itu terdengar lagi.Salah seorang prajurit Klan Naga Hitam berusaha bangkit dari jatuhnya, matanya memancarkan kemarahan. "Hei, manusia pengecut, keluarlah! Jangan beraninya menyerang sembunyi-sembunyi!""Oh, baiklah," sahut suara asing.Bersamaan dengan itu pula, munculah segelombang besar energi spiritual yang menyilaukan disertai kipas sutera putih sulam Phoenix yang melesat dan melayang-layang di udara seperti senjata boomerang, menebas tubuh para prajurit Klan Naga Hitam dengan presisi mematikan hingga banyak yang tewas tercerai-berai di tempat.Yin
Di belakangnya, segera menyusul prajurit-prajurit lain dengan sikap serupa. Mata mereka menyala hijau menyeramkan, liur-liur menjijikan berjatuhan dari mulut mereka.An Meng merinding dibuatnya, merasa kalau orang-orang ini benar-benar sangat menjijikkan!"Cantik, ke marilah! Aku yakin tubuhmu itu pasti sangat nikmat," ujar salah seorang dari mereka sambil menjilat bibirnya dengan penuh nafsu. "Lihat kulitnya yang putih dan mulus itu. Pasti dagingnya empuk sekali!"Saat ini, An Meng bukan hanya merasa sangat ketakutan, tetapi juga frustrasi karena ia baru saja kehilangan An Zi. Tubuhnya gemetar hebat, keringat dingin membasahi dahinya.'Ya Dewa, bagaimana ini? Apakah aku sanggup melawan banyak orang seperti ini?' batin An Meng, mulai merasa was-was. 'Bagaimana kalau mereka berniat merusak kesucianku?''Celaka, aku harus segera lari dari tempat ini!' An Meng bergerak mundur dengan badan menggigil, jantungnya berdebar kencang dan wajahnya pucat pasi. "Kalian mau apa?" tanya An Meng den
Jenderal Hei Kun Long menyeringai, hatinya senang bukan main. Pria itu merasa sudah menggenggam piala kemenangan. Ia mengendurkan cekikkannya karena bagaimanapun juga, An Zi tidak boleh terluka sama sekali, atau kakak sepupunya itu akan murka padanya.An Zi tersentak, napas dan detak jantungnya sangat kacau. Ia terbatuk hingga beberapa kali akibat baru saja kehabisan udara.An Zi meski sebenarnya merasa takut terhadap orang asing ini, tapi ia sangat penasaran dengan maksud orang-orang yang memiliki perangai liar dan tampaknya mereka tidak berniat baik."Si--siapa kalian ini dan mengapa kalian menghancurkan lembah ini?" tanya An Zi dengan napas masih sedikit terengah-engah. "Katakan, apa salah kami pada kalian?""Siapa kami?" Jenderal Hei Kun Long balok bertanya. "Siapa kami itu tidak penting." "Tapi yang jelas, kami adalah orang yang sudah lama mencarimu. Dan karena mereka sengaja melindungimu di lembah ini dengan formasi pelindung yang cukup kuat, maka tidak ada jalan lain selain da
Di sisi lain, Yin Long berlari kencang setengah terbang melewati puing-puing reruntuhan, keadaan sangat kacau dan mengerikan. Rumah-rumah penduduk hancur total, hewan-hewan ternak banyak yang mati bergelimpangan. Udara dipenuhi aroma darah dan debu yang menyesakkan. Yin Long mencari An Zi ke berbagai penjuru dengan perasaan sangat khawatir. Jantungnya berdegup kencang. Ia sempat melihat cahaya ledakan tabrakan energi spiritual yang menyilaukan di sebelah Selatan. "Apakah itu pusat pengendalian formasi pelindung lembah?" gumam Yin Long dengan perasaan khawatir. "Jadi, aku harus ke sana, atau tetap mencari An Zi?" Yin Long merasa bimbang. Tiba-tiba, hidungnya mengendus bau aura dan napas naga yang melesat ke suatu arah. "Sepertinya aura ini bukan milik Senior Zi," pikir Yin Long. "Aku harus segera mencari tahu!" Tanpa berpikir panjang, Yin Long melesat terbang mengikuti aura gelap yang sangat mencurigakan. ***** Pada saat yang sama, An Zi dan An Meng tengah berlarian den
Sementara itu, di balai pusat formasi pelindung yang terletak di jantung lembah, suasana jauh lebih genting dan mencekam. Retakan pada pagar gaib pelindung semakin lebar, cahaya biru keunguan yang memancar dari pilar-pilar formasi bergetar hebat, sesekali terang dan terkadang redup. Guru Qing Zhe berdiri tegak di tengah lingkaran murid-muridnya. Tangan-tangan mereka berusaha menopang pilar formasi yang terus bergetar. "Guru, retakannya semakin lebar! Bagaimana ini?" teriak salah seorang murid wanita dengan napas memburu. "Guru, sepertinya kita sudah tak mungkin lagi bisa bertahan!" Murid lain menyahut, ekspresi wajahnya menampilkan kelelahan. 'Apa yang harus aku lakukan sekarang? Keadaan murid-muridku sudah sangat kasihan dan sepertinya mereka tidak akan lagi mampu bertahan lebih lama.' Qing Zhe membatin, hatinya mulai diliputi kekhawatiran. 'Dan mengapa sampai sekarang tidak ada kabar sama sekali dari tuan besar? Apakah tuan besar dan tuan muda baik-baik saja, atau telah terjadi s







