Beranda / Fantasi / Kristal Jiwa Raja Naga / 07. Diam Mematikan!

Share

07. Diam Mematikan!

Penulis: Serpihan Salju
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-25 23:38:29

"Jika melihat keadaan kita sekarang ini, memang sudah tidak mungkin untuk mencarinya lebih jauh lagi. Akan sangat berbahaya sekali jika keberadaan kita tercium oleh para penduduk desa itu, Tuan." Paman Lan berucap sambil mengikuti arah pandangan tuannya.

"Maafkan paman, Tuan Besar! Bukannya paman tidak mencemaskan keadaan tuan muda, tetapi kita semua juga mengetahuinya." Paman Lan takut jika ucapannya tadi akan menyinggung sang majikan.

An Se hanya bisa menarik napas sesaat, untuk kemudian mengembuskannya secara perlahan guna melepaskan keresahan hatinya. "Paman memang benar. Kalau begitu, mintalah mereka semua untuk pulang kembali ke lembah. Biar kita lanjutkan pencarian esok hari."

"Siap, laksanakan perintah!" Paman An Lan yang merupakan salah seorang tetua dari Keluarga An segera memanggil salah seorang dari para pengikut An Se agar memberitahukan kepada semua orang, bahwa pencarian dihentikan untuk sementara waktu.

An Se mendesahkan napas berat sambil berbalik badan dan berjalan dengan diiringi Paman An Lan pengikut setianya. Betapa kenestapaan terus menyelimuti Tuan Lembah Pakisan yang jarang diketahui oleh orang biasa.

"An Zi, maafkanlah paman yang terpaksa menghentikan pencarianmu. Mudah-mudahan malam ini kamu baik-baik saja dan ada yang menjagamu."

Meskipun dengan sangat berat hati, akhirnya mereka semua harus kembali ke Lembah Pakisan dan bertekat untuk melanjutkan pencarian esok hari.

An Se melangkahkan kaki dengan perasaan sedih yang teramat dalam hingga cahaya suram di wajahnya berhasil membuat orang lain ikut bersedih hati.

Dia merasa tak ubahnya seperti seorang jenderal yang kembali dari medan pertempuran dalam keadaan kalah. Pria itu bak peri yang kehilangan sepasang sayap hingga merasa separuh tubuhnya lumpuh dan tak bisa lagi menegakkan lehernya.

Gelap malam kian menyelubungi kisi-kisi langit yang masih mencurahkan hujan walau tak sebegitu deras, mengiring perginya pemilik wajah-wajah gelisah, sedih dan sepi terus mengikuti langkah An Se yang terayun perlahan.

Sebenarnya, siapakah orang yang sedang mereka cari dan berada di mana dia sekarang ini?

"An Zi, maafkanlah paman." An Se berucap lirih dalam hati dengan kehancuran yang tidak dapat lagi digambarkan. "Semoga kamu baik-baik saja dalam penjagaan Yang Kuasa."

*****

Sementara itu di tempat lain.

Hutan Sawo Alas sudah kian menggelap dengan suasana angkernya yang kental dan membuat bulu kuduk mahluk bernama manusia akan langsung meremang. Hujan mungkin telah mereda dan sayap-sayap para kelelawar pun mulai berkepakan ke segala arah.

Mereka sibuk menikmati buah-buahan yang telah basah oleh air hujan, untuk mengisi perut kecil mereka setelah seharian tertidur di tempat persembunyian.

Pada saat itu juga, sekelebat bayangan putih bagaikan terbang dengan kecepatan tinggi, melesat keluar dari Hutan Sawo Alas sembari memanggul tubuh seorang pemuda belia yang sedang tertidur.

Namun, sesosok bayangan lain ternyata juga bergerak tak kalah gesit, menyusul serta menghadangnya di tengah perjalanan.

Bayangan berjubah putih berhenti tepat di hadapan si penghadang dan berseru, "Siapa Anda ini, dan mengapa menghadangku?"

"Dan siapa pula Anda, yang telah menyusup memasuki daerahku dengan kelakuan seperti seorang penculik saja?" Bayangan berpakaian serba ungu tua balik bertanya sambil masih membelakangi orang yang tengah dihadangnya.

Jika diperhatikan dari suaranya, kemungkinan pria ini memiliki usia sekitar empat puluh tahunan.

"Penculik?" Lelaki muda berjubah putih yang sedang memanggul anak lelaki itu tampak menjadi tersinggung dengan kata 'penculik' dari bibir orang tua ini.

"Sial! Ternyata menjadi orang baik itu tidaklah semudah seperti membalikkan telapak tangan!" geram Jatayu dalam hati dengan perasaan jengkel. "Menolong seseorang juga masih dikatakan menculik!"

Jatayu terdiam sesaat guna meredakan gejolak amarah. Bagaimanapun juga, saat ini ia memang sedang membawa tubuh Langit yang sengaja dibuat tidur agar mudah untuk dibawa olehnya.

"Aku bukan seorang penculik, dan Anda juga tidak perlu mengetahui siapa aku, Tuan! Dan karena aku sedang terburu-buru, maka pertanyaan Tuan yang seolah menuduhku sebagai pencuri itu bisa aku lupakan!" Jatayu berkata sembari bersiap untuk pergi. "Saya harap Tuan segera memberikan aku jalan!"

Pria tua mengusap jenggotnya yang panjang dan berwarna putih. Sikapnya terlihat tenang, tapi sepertinya cukup berhati-hati dan waspada.

"Merasa diri bukan seorang penculik, tetapi ada seseorang dalam panggulanmu yang sedang dicari oleh keluarganya." Pria berbusana serba ungu itu berhasil mengejutkan Jatayu dengan kata-katanya. "Soal untuk bisa keluar dari hutan ini, itu perkara mudah. Tetapi serahkan dulu pemuda itu padaku, dan aku tidak akan menghalangi kepergianmu lagi."

Jatayu kembali merasa geram dan berseru, "Maaf, Tuan. Aku tidak bisa! Anak ini dalam keadaan sakit dan aku harus segera membawanya ke tempat yang lebih layak daripada tinggal di hutan ini."

"Jadi tolong, Tuan tidak menghalangiku terlalu lama, karena anak ini harus segera mendapat perawatan," ujar Jatayu dengan harapan pria ini akan segera menyingkirkan diri dari hadapannya. "Tuan, mohon pengertiannya."

"Sopan sekali penculik kecil ini," gumam orang asing seraya mengusap jenggotnya. "Tapi meskipun kamu sangat sopan, sayangnya kamu tetaplah seorang penculik."

"Anak ini, aku mengenalnya dan kalau kamu benar-benar ingin menolongnya, maka berikan dia kepadaku untuk kuantarkan kembali kepada keluarganya," ujar pria penghadang yang sekarang berbalik badan menghadap kepada Jatayu.

Jatayu bisa melihat dengan jelas rupa wajah dan aroma orang yang sedang berhadapan dengannya, begitu pula dengan orang yang berdiri sebagai lawan. Keduanya saling tertegun satu sama lain dalam pemikiran yang berbeda namun juga hampir serupa.

"Siapa sebenarnya orang ini?" Jatayu bertanya dalam hati sembari mencoba untuk mengenali aroma tubuh orang tua yang ada di depannya. "Dari aroma tubuhnya, sudah jelas sekali tercium kalau dia adalah sebangsa dengan kami."

"Anak muda ini bukanlah manusia biasa seperti orang bumi kebanyakan." Pria setengah tua itu membatin sambil mencoba mengenali aroma dari tubuh anak muda di hadapannya saat ini. "Aroma dari tubuhnya memancarkan kekuatan gelap yang sangat pekat, tetapi juga ada aroma lain yang sangat tersembunyi dan seperti aku kenali."

"Benar-benar seorang anak muda yang misterius," pikir lelaki berjubah ungu. "Bagaimana bisa, ada dua kekuatan jahat dan baik yang saling bertentangan satu sama lain menyatu dalam tubuh satu orang?"

"Mengapa aku merasa seperti sedang ditelanjangi oleh orang ini?" Jatayu merasa ada suatu kekuatan gaib yang sedang membungkus tubuhnya dan merasuk hingga ke dalam. "Jelas-jelas orang ini bukanlah seseorang yang bisa aku anggap remeh. Siapakah orang ini sebenarnya?"

Keduanya masih saling terdiam sambil menjajaki kemampuan lawan dengan ilmu gaib yang tentunya tidak akan terlihat, atau terlacak oleh pandangan mata manusia pada umumnya.

Walaupun tampak tenang dan diam, tetapi sebenarnya mereka sedang dalam keadaan berperang, saling menyerang satu sama lain hingga menyebabkan udara di sekitarnya mengalami suatu pergolakan hebat.

Keduanya dalam posisi diam namun berusaha saling mematikan lawan.

Diam, tapi mematikan!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Liu Xing
lanjutkan...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kristal Jiwa Raja Naga   152. Mengagumi Keindahan Lembah

    Di tengah malam buta, bayangan roh Pengeran Hei Xian melesat keluar dari dalam pondok bambu milik Yin Long, melayang di udara dan pergi berkeliling di sekitar lembah. Meskipun pada malam hari, mata pemuda itu tetap tajam dan bisa dengan mudah melihat segala yang ada di pemukiman tersebut. Dari ketinggian, Pangeran Hei Xian bisa dengan mudah melihat pemandangan di bawahnya yang terbentang luas dan tampak gemerlap oleh nyala api lentera dan obor yang membuat lembah itu seperti sehelai kain hitam yang dihinggapi ratusan kunang-kunang. "Ternyata lembah ini terlihat cantik saat dilihat pada malam hari begini. Apalagi jika cuaca dalam keadaan cerah, itu pasti akan tampak jauh lebih indah dari malam ini. Sayangnya, langit sedikit mendung." "Lembah Pakisan ini benar-benar cantik!" pujinya dengan cahaya mata berbinar. Tak bisa dipungkiri jika ia pun terkadang merasa tak habis pikir dengan orang-orang di Klan Naga Hitam yang sangat betah tinggal di tempat suram, sedangkan dia sendiri just

  • Kristal Jiwa Raja Naga   151. Pemisahan Jiwa

    Yin Long menggeleng. "Meskipun demikian, paman merasa tidak enak hati meskipun An Zi meminta izin pada pamannya. Paman juga merasa tidak enak hati jika datang ke tempat itu tanpa seperijinan Tuan An Se. Sebenarnya paman berencana untuk meminta ijin secara langsung kepada tuan lembah agar aku bisa lebih leluasa bertanya banyak hal." "Tapi itu rencana setelah paman berhasil mendapatkan bahan-bahan obat yang paman butuhkan. Jadi, kamu tidak apa-apa kan kalau kamu paman tinggal di sini untuk sementara waktu?" tanya Yin Long sambil menoleh ke samping.'Baguslah! Jika aku ditinggal di sini sendirian maka akan lebih baik karena aku bisa menyelidiki situasi Lembah ini dengan tanpa pengawasan dari orang itu,' pikir Pangeran Hei Xian. Sebenarnya dia merasa ini adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Terlebih lagi, dirinya akan bisa bergerak dengan bebas tanpa merasa khawatir. Soal orang-orang lembah, dia bisa memikirkan cara untuk mengelabui mereka.Pangeran Hei Xian berpikir kalau p

  • Kristal Jiwa Raja Naga   150. Sakit Tak Berdarah

    An Meng terkejut dengan bentakan ini. Dia seketika mundur beberapa langkah dari sisi An Zi."Eh ... maaf, Tuan Muda. Paman hanya tidak ingin Anda semakin dibutakan oleh kebencian terhadap orang-orang yang tidak seharusnya dibenci. Paman khawatir kalau nantinya Tuan Muda akan menjadi anak yang ...."An Zi kembali menghentikan langkahnya, lalu berbalik badan guna menghalangi laju langkah An Meng. "Anak durhaka maksud Paman?" An Zi bertanya dengan nada pedas. "Bukan!" An Meng menundukkan wajah, tak berani melihat mata An Zi yang sekarang menatapnya dengan tatapan diwarnai nyala api kebencian. "Bukan begitu maksud paman.""Lalu apa maksud Paman?" An Zi masih menatap wajah An Meng tajam-tajam.Anehnya, tatapan anak muda itu sungguh menakutkan, seperti tajamnya sepasang naga yang sedang marah. Aura gelap kemarahan menguar dari dalam tubuh An Zi, mengandung energi penekanan yang kuat. Tubuh dan perasaan An Meng seperti membeku, tak berani melawan tatapan beraura magis yang baru pernah ia

  • Kristal Jiwa Raja Naga   149. An Zi Kesal

    An Meng yang ternyata masih menunggu sang majikan di beranda rumah Yin Long. Pria itu berdiri bersandar di sisi pintu dengan sikap malas sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Ia langsung menoleh saat melihat sang majikan terihat keluar dari dalam rumah. "Tuan Muda ini, lama sekali Anda berada di dalam sana. Paman sampai bosan menunggunya." An Meng berucap seraya melepas lipatan tangannya.An Zi menghela napas, merasa heran dengan kelakuan orang ini. "Bukankah aku sudah meminta Paman untuk kembali ke kediaman, jadi seharusnya Paman tidak usah menungguku lagi."Pemuda itu melangkah di depan dengan An Meng yang selalu menguntitnya bak ekor kuda. Hal tersebut membuat An Zi terus berpikir bagaimana cara agar dapat menghindari orang ini jika kelak dirinya ingin pergi berjalan-jalan ke hutan pinus bersama dengan teman-temannya."Paman mana berani kembali sendirian tanpa Tuan Muda. Bisa-bisa Tuan Besar nanti memarahiku. Apalagi kalau Tuan Muda sampai hilang lagi," sahut An Meng denga

  • Kristal Jiwa Raja Naga   148. Sepakat!

    Yin Long menatap An Zi dengan tatapan penuh semangat, berharap anak muda itu akan menyetujuinya. "Tidak perlu terburu-buru. Kamu bisa melakukannya di lain waktu," ujar Yin Long yang tak ingin memberatkan An Zi.Di sudut lain, Pangeran Hei Xian merasa kalau ini juga merupakan suatu kesempatan yang bagus. Jika dirinya dapat mengetahui tentang pusat pengendalian formasi di lembah ini, kelak dia bisa membuka jalan bagi Klan Naga Hitam untuk merebut An Zi.'Hmm, balai pusat pengendalian formasi. Kalau aku bisa ikut ke sana, maka itu akan menjadi kesempatan terbaik untuk mengetahui rahasia formasi pelindung di lembah ini. Dengan begitu, aku bisa memberi jalan kepada orang-orang dari Klan Naga Hitam untuk memasuki tempat ini,' pikir Pangeran Hei Xian. 'Setelah ini, aku akan mencoba menghubungi ayah atau ibu.'An Zi napas sejenak. "Masalah ini ... aku tidak bisa memutuskannya sendiri. Aku harus meminta ijin terlebih dahulu kepada Paman An Se." "Baiklah, paman mengerti. Kita memang tidak bis

  • Kristal Jiwa Raja Naga   147. Kita Semua Naga

    Yin Long menunjuk coretan lingkaran rumit di dasar sketsa. "Ini adalah pola formasi pengunci panas. Pola ini bertujuan untuk menjaga suhu tetap stabil di dalam ruang tungku agar reaksi bahan-bahan langka tidak gagal dan bisa menghasilkan ramuan terbaik." An Zi dan Pangeran Hei Xian memerhatikan pola-pola rune aneh yang tidak mereka mengerti. "Ini untuk apa, Paman?" tanya An Zi, merasa ada perbedaan pada gambar milik Yin Long dengan tungku yang pernah ia masuki. "Ini ...." Yin Long terlihat bingung. An Zi dan Pangeran Hei Xian mengangkat wajah, melihat Yin Long dengan ekspresi penasaran. Demi ditatap seperti itu oleh dua anak muda yang sama-sama jelmaan naga, Yin Long tiba-tiba merasa sedikit kikuk. Pasalnya, yang satu adalah wadah jiwa rajanya dan seorang lagi merupakan orang asing yang sepertinya memiliki ikatan khusus. "Eeehh." Yin Long menutup mulutnya dengan punggung tang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status