Share

Bab 13

Author: Raka Anggara
Evan mengikuti Edo ke ruang pribadi yang sama seperti terakhir kalinya.

Begitu masuk, Evan menemukan bahwa selain Akash, ada juga seorang pria tua yang kehilangan satu kakinya.

Meskipun ini adalah pertemuan pertama mereka, Evan langsung bisa menebak identitas orang itu. Dia pasti Jenderal Hadi.

"Paman, kita bertemu lagi."

Evan melangkah maju, memberi hormat dengan membungkuk.

Kemudian, dia memberi hormat dengan serius kepada Jenderal Hadi, "Bintang Buana memberi hormat pada Jenderal Hadi!"

Meskipun ini adalah pertemuan pertama mereka, Evan pernah menjadi seorang prajurit. Jadi, dia sangat menghormati jenderal tua yang telah menghabiskan seluruh hidupnya di medan perang ini.

"Kamu Bintang?" tanya Jenderal Hadi.

Jenderal Hadi tampak sedikit bersemangat. Dia memandangi Evan dari atas ke bawah, lalu mengerutkan kening sembari bertanya, "Cuacanya begitu dingin, tapi kenapa kamu memakai baju yang begitu tipis?"

Evan tersenyum masam, lalu menjawab, "Ini sulit dijelaskan dengan kata-kata!"

Melihat Evan tidak ingin berbicara lebih banyak, Jenderal Hadi tidak mendesak. Sebaliknya, dia bertanya dengan penasaran, "Bagaimana kamu bisa mengetahui identitasku? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Ini pertama kalinya aku bertemu dengan Jenderal Hadi, tapi kisah kepahlawanan Jenderal Hadi sudah aku dengar sejak kecil. Perasaan kagum dalam hatiku seperti sungai yang mengalir deras."

Evan memuji secara berlebihan tanpa rasa malu sedikit pun.

Jenderal Hadi ini adalah sosok penting. Bahkan Yang Mulia Kaisar saat ini sangat menghormatinya. Jika bisa mendapatkan dukungannya, akan banyak keuntungan yang bisa Evan dapatkan.

Jenderal Hadi tampak sangat menikmati pujian Evan. Dia tertawa keras dengan penuh energi.

"Aku juga harus berterima kasih atas puisimu itu. Orang hebat akan muncul dari generasi muda! Di usia seperti ini, kamu bisa menulis mahakarya seperti itu. Sungguh luar biasa!" ujar Jenderal Hadi.

Jenderal Hadi memiliki kesan yang baik tentang Evan, jadi dia tidak ragu untuk memujinya.

Evan dengan rendah hati berkata, "Jenderal Hadi terlalu memuji. Aku nggak layak menerimanya .... Dibandingkan dengan dirimu, aku seperti cahaya kunang-kunang yang berhadapan dengan sinar bulan."

"Hahaha .... Mulut anak ini manis sekali! Di hadapan orang tua ini, dia nggak merasa rendah diri, tapi juga nggak sombong. Seandainya aku bertemu denganmu ketika masih muda, pasti aku akan membawamu ke medan perang," ucap Jenderal Hadi.

Evan buru-buru berkata, "Sebenarnya, impianku sejak kecil adalah mengenakan seragam militer, berperang melawan musuh, serta membawa kebanggaan bagi negara .... Karena itulah aku sudah mempelajari buku-buku militer dan strategi perang."

Evan tidak berbohong tentang hal ini. Dia sangat merindukan masa-masa berjuang berdampingan dengan rekan-rekannya.

"Kamu juga mempelajari strategi perang?"

Kaisar Sinas tampak agak terkejut.

Evan dengan rendah hati menjelaskan, "Sejujurnya, aku baru mulai belajar pada usia dua belas tahun. Aku haus akan ilmu pengetahuan, jadi aku belajar siang dan malam .... Aku hanya sesekali mempelajari strategi perang. Jadi, aku hanya bisa dikatakan sedikit memahaminya."

"Jujur saja, keterampilan kecilku ini sama sekali nggak ada artinya di hadapan Jenderal Hadi."

Jenderal Hadi tanpa sadar bertanya, "Berapa umurmu sekarang?"

Evan sedikit membungkuk sambil membalas, "Beberapa bulan lagi aku akan berusia enam belas tahun!"

Kaisar Sinas dan yang lainnya tampak terkejut.

Kaisar Sinas tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Kamu belum genap berusia enam belas tahun, itu berarti kamu baru belajar selama sekitar tiga tahun .... Hanya dalam waktu tiga tahun kamu sudah bisa menulis mahakarya seperti ini? Bagaimana kamu bisa melakukannya?"

Evan berkata dengan agak malu, "Mungkin aku adalah apa yang sering disebut sebagai orang dengan bakat langka?"

Sudut mulut Kaisar Sinas dan Jenderal Hadi berkedut sedikit.

"Bocah, kamu ini benar-benar nggak bersikap rendah hati, ya!"

Evan tersenyum sambil berkata, "Terlalu rendah hati justru akan menjadi munafik. Aku hanya pandai dalam hal puisi .... Paman, Jenderal Hadi, apa kalian ingin membeli dua puisi dariku? Aku akan memberikan harga diskon untuk kalian."

Evan merasa seperti gadis kecil penjual korek api. Dia hanya berusaha agar tidak kedinginan dan kelaparan.

Sepertinya setiap dunia sama saja. Uang sulit untuk didapat, hidup penuh dengan perjuangan.

Kaisar Sinas melambaikan tangannya, lalu berkata, "Nggak perlu terburu-buru. Kamu tadi bilang kalau kamu sedikit memahami strategi perang, jadi aku ingin mengujimu untuk melihat apakah kamu hanya membual. Kalau jawabanmu bagus, kamu nggak akan dirugikan."

Dia ingin melihat apakah Evan bisa memberinya kejutan di bidang selain puisi.

Mata Evan sedikit berbinar. Dia tersenyum sembari membalas, "Paman ... apakah kamu mencoba mempermalukanku?"

"Kenapa? Apa kamu takut?" tanya Kaisar Sinas.

"Aku bukannya takut .... Kalau apa yang aku katakan salah, anggap saja ini sebagai hiburan. Jangan biarkan hal itu memengaruhi transaksi kita," balas Evan.

Sudut mulut Kaisar Sinas tampak berkedut sedikit. 'Ternyata dia khawatir aku nggak akan membeli puisinya,' pikir Kaisar Sinas.

'Tapi ada apa dengan anak ini? Kenapa dia memakai pakaian yang begitu tipis di cuaca yang sedingin ini?' batin Kaisar Sinas.

Ketika Jenderal Hadi bertanya tadi, Evan menampakkan wajah penuh kekesalan dan kepahitan. Sepertinya telah terjadi sesuatu padanya.

'Sepertinya nanti aku harus menyuruh orang untuk menyelidikinya,' putus Kaisar Sinas dalam hati.

"Bintang, belakangan ini pasukan berkuda dari Negara Tolau sudah berulang kali mengganggu perbatasan Dinasti Sinas, serta menjarah rakyat. Meskipun kita sudah mengirim pasukan untuk menjaga perbatasan, Negara Tolau adalah bangsa nomaden dengan kuda perang yang berlari sangat cepat. Mereka datang dan pergi tanpa jejak."

"Ketika kabar sampai, pasukan Dinasti Sinas akan bergegas ke lokasi. Tapi, pasukan Negara Tolau selalu sudah mundur. Apakah kamu punya cara mengatasinya?"

Evan menggelengkan kepala.

Kaisar Sianas merasa agak kecewa. "Apa nggak ada jalan?"

"Bukannya nggak ada jalan, tapi nggak bisa dikatakan. Paman, ini adalah urusan kenegaraan. Kalau membicarakan urusan kenegaraan secara sembarangan, kamu bisa dihukum pancung," kata Evan.

Kaisar Sinas tertegun sejenak, lalu tersenyum sembari berujar, "Jangan khawatir, katakan saja. Jenderal Hadi ada di sini, apa yang kamu takutkan?"

Jenderal Hadi juga ikut tersenyum, lalu berkata, "Kalau kamu punya pendapat, katakan saja. Aku yang akan menjamin kalau kamu akan baik-baik saja!"

Evan tampak ragu sejenak. 'Akash bisa bersama dengan Jenderal Hadi, menunjukkan bahwa statusnya sangat tinggi. Sepertinya dia memang benar Pangeran Felix,' batin Evan.

Dengan Pangeran Felix dan Jenderal Hadi yang menjamin keselamatannya, membicarakan urusan kenegaraan seharusnya bukan masalah.

"Jadi, apa aku boleh bicara?" tanya Evan.

Kaisar Sinas mengangguk. "Jangan khawatir, bicara saja."

Evan mengacungkan tiga jari. "Aku nggak terlalu paham tentang situasi di perbatasan, jadi aku hanya bisa memikirkan tiga strategi. Kalau strateginya nggak bagus, anggap saja sebagai hiburan."

Akash dan Jenderal Hadi saling berpandangan, merasa terkejut dalam hati. Dia tidak mengerti, tetapi masih bisa memikirkan tiga strategi?

"Jangan membuatku penasaran, cepat katakan."

Kaisar Sinas mendesak.

Evan mengangguk, lalu bertanya, "Apakah kalian punya kertas dan alat tulis di sini?"

Kaisar Sinas merasa sedikit terkejut. Dia segera menyuruh Edo untuk mengambil peralatan menulis, lalu memberikannya kepada Evan.

Evan mempersiapkan alat tulisnya.

Setelah itu, dia membungkuk di tepi meja, menulis dengan cepat.

Tak lama kemudian, dia meletakkan alat tulisnya, lalu memberikan strategi yang telah ditulis kepada Kaisar Sinas.

Kaisar Sina menerimanya, lalu melihatnya sekilas. Matanya tiba-tiba berbinar. Kemudian, dia menyerahkan kertas di tangannya kepada Jenderal Hadi.

"Bagus, bagus, bagus .... Ini adalah strategi yang sangat baik!"

Begitu Jenderal Hadi selesai membacanya, dia mengatakan "bagus" tiga kali berturut-turut. Dia juga dengan gembira menepuk-nepuk pahanya.

Evan bahkan merasa khawatir pria tua ini akan merusak satu-satunya kakinya yang tersisa.

"Ketiga cara ini sebenarnya hanya solusi sementara, bukan mengatasi akar masalahnya .... Cara yang sebenarnya masih bergantung pada kekuatan pasukan Dinasti Sinas. Meskipun nggak bisa menghancurkan Negara Tolau, setidaknya kita harus membuat Negara Tolau merasakan sakit, merasakan ketakutan, baru kita bisa mengakhiri situasi ini sepenuhnya," ujar Evan.

Kaisar Sinas mengangguk pelan, menatap Evan dengan tatapan penuh kekaguman.

Dia tiba-tiba merasa sangat bersyukur telah membawa Jenderal Hadi ke sini hari ini.

Jika tidak membawa Jenderal Hadi, Kaisar Sinas mungkin tidak akan menemukan bakat militer Evan.

Yang tidak diketahui Evan adalah, selama sebulan ini, puisinya telah menjadi terkenal. Bisa dikatakan, puisinya sudah tersebar di seluruh kota.

Semua orang mencari pemuda bernama Bintang ini, termasuk Jenderal Hadi.

Namun, meski sebulan sudah berlalu, tidak ada seorang pun yang pernah bertemu dengan Bintang.

Jenderal Hadi yang tidak bisa menemukan Bintang, hanya bisa terus mengganggu Kaisar Sinas setiap harinya.

Setiap hari, pria itu bertumpu pada tongkatnya, masuk istana saat matahari terbit, baru keluar istana saat matahari terbenam.

Kaisar Sinas sudah merasa sangat terganggu. Itulah sebabnya dia membawa Jenderal Hadi kemari. Sebenarnya, mereka sudah datang beberapa kali ke sini. Namun, mereka tidak bisa bertemu dengan Evan. Untungnya kali ini mereka bisa bertemu.

Evan menggunakan nama samaran Bintang Buana, jadi pasti dia tidak ingin orang lain mengetahui siapa dirinya. Meskipun Kaisar Sinas mengetahui identitas Evan yang sebenarnya, tidak pantas baginya mengirim orang secara langsung ke kediaman Keluarga Nigrat untuk mencari Evan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 50

    Di ruang kerja kekaisaran di Istana.Wahyu berdiri di bawah meja dan melaporkan percakapannya dengan Evan kepada Kaisar Sinas secara detail.Setelah mendengar laporan dari Wahyu, Kaisar Sinas segera menulis di atas selembar kertas dengan kuas merahnya.Setelah selesai, dia mengangkat kertas itu dan membacanya dengan saksama."Membunuh satu orang setiap sepuluh langkah dan nggak pernah meninggalkan jejak apa pun dalam jarak seribu mil. Setelah selesai bekerja, langsung pergi dan menyembunyikan identitas.""Dari zaman dulu kala juga semua orang pasti akan mati. Yang penting tinggalkan saja hati yang bersih dalam sejarah.""Air dapat membawa perahu ke mana-mana, tapi juga bisa menenggelamkannya ...."Kaisar Sinas membacanya sekali dan menyukai puisi ini. Makin dibaca, makin dia menyukainya."Bocah itu memang sangat berbakat .... Sayangnya, dia terlalu kurang ajar dan nggak menghormati keluarga kerajaan."Kaisar Sinas melirik Wahyu, lalu bertanya, "Karena kamu sudah bicara dengannya, apa p

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 49

    "Iya. Menyandera dan memukuli Pangeran Kelima adalah kejahatan berat yang hukumannya berupa hukuman mati bagi seluruh keluarga.""Sebenarnya, aku melakukan itu atas perintah seseorang."Jantung Wahyu sontak berdebar kencang. Apa mungkin ada orang lain yang berkomplot?"Siapa yang menyuruhmu?""Menteri Ritual, Deon Nigrat," jawab Evan.Wajah Wahyu sontak berkedut. Karena dia akhir-akhir ini diperintahkan untuk menyelidiki soal Evan, tentu saja dia tahu bahwa Evan tidak diterima di Keluarga Nigrat.Bocah ini ingin menyeret Deon."Apa hubunganmu dengan Deon? Mengapa dia memerintahkanmu untuk menyandera dan memukuli Pangeran Kelima?"Wahyu tetap bertanya walaupun sudah tahu jawabannya.Evan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, lalu menjawab, "Kami nggak punya hubungan apa-apa. Aku ini seorang pembunuh bayaran, jadi aku melakukan banyak hal demi uang .... Deon membayarku untuk membunuh Pangeran Kelima.""Saat orang-orangmu menangkapku, mereka menemukan seratus tahil perak yang kubawa. Itu up

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 48

    Kaisar Sinas pun mengibaskan tangannya dan mengisyaratkan Wahyu untuk pergi.Setelah itu, Kaisar Sinas memandang sang pangeran sambil berkata, "Dalam beberapa waktu ke depan, jangan menjenguknya di penjara.""Walaupun pangeran kelima itu palsu, tetap saja dia berani menyandera dan memukulinya tanpa menyadari apa-apa. Dia tetap mengabaikan hukum dan kekuasaan kekaisaran, jadi dia tetap harus dihukum.""Sesuai perintah Yang Mulia!" jawab sang pangeran dengan segera.Jenderal Hadi yang sudah tidak dapat menahan diri lagi pun akhirnya berkata, "Yang Mulia, masih belum ada kabar tentang Bintang Biru. Tolong izinkan hamba mengutus orang untuk mencarinya."Kaisar Sinas sontak tertegun. Belum ada kabar? Jadi, tadi siapa yang habis mereka bicarakan?Namun, sesaat kemudian Kaisar Sinas menyadari bahwa Jenderal Hadi sepertinya belum mengetahui identitas asli Evan."Jenderal Hadi, Evan yang tadi kami bicarakan itu sebenarnya Evan. Bintang Biru itu Evan. Mereka adalah orang yang sama."Jenderal Had

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 47

    Si pemimpin pun berjalan menghampiri, lalu bertanya, "Bintang Biru, kejahatan apa yang telah kamu lakukan? Walaupun kamu nggak bermaksud, kenyataannya kamu sudah menyelamatkan rekanku. Aku mungkin bisa membantumu meredakan situasi dan mendapatkan hukuman yang lebih ringan."Mereka hanya diperintahkan untuk menangkap Bintang Biru, mereka tidak tahu kejahatan apa yang telah Evan lakukan."Bahkan anak tiga tahun di ibu kota saja tahu kalau nggak akan ada yang bisa keluar hidup-hidup begitu dibawa masuk ke Divisi Pengawasan," sahut Evan sambil tersenyum dengan acuh tak acuh."Semuanya tergantung pada usaha manusia. Mungkin kami dapat membantumu ... atau membuat hidupmu lebih nyaman sebelum ajal menjemput."Evan menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Kalian nggak akan bisa menolongku …. Aku menyandera Pangeran Kelima dan memukulinya dengan kejam. Apa kalian masih bisa menolongku?"Mereka semua sontak tertegun!Menyandera Pangeran Kelima dan memukulinya adalah kejahatan berat. Hukumannya b

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 46

    Evan yang sudah meluncur turun dari pohon bersiap untuk kabur.Namun, begitu berbalik badan, tiba-tiba punggungnya merasakan hawa dingin.Serigala yang menggigit kaki si pria yang tadi memeriksa abu itu tiba-tiba membuka mulutnya dan menerkam ke arah Evan.Evan refleks menoleh. Ekspresinya langsung berubah dan dia berguling di atas tanah.Serigala itu gagal menerkam.Evan pun bangkit berdiri, sementara si serigala menerkamnya lagi.Dia menatap serigala yang menerjang ke arahnya itu dengan tajam, lalu menghunus belatinya dengan secepat kilat.Wooosh!Bilah belati itu berkilat dengan dingin.Evan menusukkan belatinya pada kepala si serigala dengan mantap, akurat dan kejam."Bintang Biru!"Si pemimpin berseru memanggil.Evan mencabut belatinya, lalu balas menyeringai. "Selamat bersenang-senang! Selamat tinggal!"Setelah itu, Evan berbalik badan dan berlari pergi.Akan tetapi, ternyata masih terlalu dini untuk merasa senang!Belum sempat Evan berlari jauh, seekor serigala yang jauh lebih b

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 45

    Evan hanya bisa tersenyum getir di dalam hati. Dia sudah terlalu lama membuang waktu di sini. Para anggota Divisi Pengawasan itu pasti bisa menemukan tempat ini karena mengikuti jejak tapal kuda."Bos, di sini ada abu."Salah seorang di antara mereka berkata sambil melompat turun dari kudanya, lalu berjalan menghampiri abu api unggun. Dia mengulurkan tangannya untuk memeriksa. "Masih terasa hangat, jadi harusnya dia belum pergi jauh."Evan berdoa dalam hati semoga mereka tidak melihat ke atas …. Karena begitu mendongak, dia pasti akan ketahuan.Jika orang ini mendongak, mau tidak mau Evan harus menyerang dan membunuhnya …. Namun, bagaimana dengan empat orang lainnya?Semua anggota Divisi Pengawasan adalah ahli yang terkemuka. Kekuatan fisik Evan memang telah meningkat pesat berkat olahraga yang dia lakukan akhir-akhir ini, tetapi tetap saja dia tidak mungkin bisa menang melawan empat orang ahli dari Divisi Pengawasan secara bersamaan.Tiba-tiba, Evan menyadari bahwa sekawanan serigala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status