Share

Bab 12

Author: Raka Anggara
Ketika Deon melihat Evan terdiam, dia mengira kata-katanya telah menyentuh hati Evan.

Bagaimanapun juga, Evan hanyalah seorang anak kecil. Dia cukup dibujuk saja.

"Evan, apakah akhir-akhir ini kamu bertemu dengan seseorang?" tanya Deon.

Evan sedikit tertegun, tidak mengerti apa maksudnya.

"Pak Deon, sejak aku datang ke Keluarga Nigrat, aku hampir nggak pernah keluar. Belakangan ini aku terus sakit atau terluka parah, orang yang aku temui hanya beberapa saja. Aku nggak tahu siapa yang Pak Deon maksud," balas Evan.

Deon menjadi makin bingung. Ini juga yang membuatnya tidak mengerti.

Evan hampir tidak pernah keluar. Bagaimana mungkin dia bisa mengenal Kaisar Sinas?

Deon juga tidak berani bertanya secara langsung, hanya bisa berkata dengan samar, "Yang aku maksud bukan anggota keluarga, tapi orang asing."

Evan tersenyum dingin. "Anggota keluarga saja belum semuanya aku kenal, bagaimana mungkin aku mengenal orang lain?"

Hati Deon menjadi makin bingung.

Namun, dia tidak bisa bertanya secara langsung.

Evan menatapnya, lalu berkata, "Pak Deon, meskipun kamu nggak mengizinkanku meninggalkan kediaman Keluarga Nigrat … ada satu hal lain yang harus diselesaikan sampai tuntas."

"Hal apa?" tanya Deon.

"Hasan sudah merampas seratus tahil perak milikku," kata Evan.

Deon mengerutkan kening, lalu bertanya, "Dari mana kamu mendapatkan seratus tahil perak?"

Evan langsung membalas, "Itu bukan urusanmu. Yang jelas, Hasan memang sudah merampas uangku. Aku harap Pak Deon bisa meminta Hasan untuk mengembalikannya padaku."

Wajah Deon berubah menjadi muram. "Evan, Ayah berjanji akan memberikan kompensasi padamu, tapi kebiasaan burukmu harus diubah. Memfitnah kakakmu adalah perilaku yang nggak pantas. Aku juga nggak akan membiarkannya begitu saja."

Evan menatap Deon dengan tatapan dingin.

Kemudian, Evan berkata dengan tawa mengejek diri sendiri, "Sudah aku duga akan seperti ini. Pak Deon, anggap saja aku nggak mengatakan apa-apa. Aku lelah. Pak Deon, silakan keluar!"

Evan paham dengan sangat baik bahwa seratus tahil perak itu tidak akan pernah dikembalikan.

Namun, dia masih memiliki sedikit harapan.

Evan terlalu tinggi menilai posisinya di hati Deon. Deon masih tetap orang yang tidak setia. Jika dia memiliki sedikit rasa sayang pada Evan, dia akan menyelidiki tentang masalah ini, bukannya langsung menuduh tanpa mempertimbangkan faktanya.

Deon mendengus dingin!

Sampai sekarang, Deon masih berpikir bahwa perubahan sikap Evan hanyalah strategi. Dia mencoba menarik perhatian Deon dengan cara ini.

Yang tidak diketahui Evan, sikap durhaka seperti ini hanya akan membuat Deon makin membencinya.

Jika bukan karena Kaisar Sinas, Deon bahkan malas melirik Evan.

Dengan wajah kesal, Deon berjalan pergi dengan penuh kemarahan.

Setibanya di pintu, Rama menyambutnya sambil membungkuk.

"Tuan Deon, sarapan untukmu sudah disiapkan!" ujar Rama.

Karena sebelum menghadiri pertemuan tidak diperbolehkan untuk sarapan, mereka biasanya baru makan setelah selesai.

Deon bertanya dengan wajah dingin, "Pak Rama, sudah berapa lama kamu mengikutiku?"

Rama berpikir sejenak, lalu buru-buru membungkuk sambil berkata, "Aku sudah mengikuti Tuan Deon selama belasan tahun."

Deon menanggapi, "Kamu sudah mengikutiku begitu lama? Seharusnya kamu memahami pikiranku .... Pak Rama, bagaimanapun juga, Evan tetaplah putra Keluarga Nigrat. Aku nggak ingin ada orang yang mempermainkannya lagi."

"Kamu harus selalu ingat, tuan tetaplah tuan meskipun nggak disayangi. Sementara pelayan tetaplah pelayan .... Kediaman Keluarga Nigrat nggak akan menoleransi bawahan yang nggak hormat pada atasan."

"Pak Rama, mulai sekarang makanan untuk Evan harus yang bergizi dan bersih!"

Setelah berkata demikian, Deon pergi dengan tangan di belakang punggung.

Rama berdiri terpaku di tempatnya. Wajahnya pucat, sementara keringat dingin mengucur keluar.

Dia sangat paham bahwa Deon sedang memberinya peringatan.

'Bagaimana Tuan Deon bisa tahu kalau aku menambahkan hal lainnya ke dalam sarapan Evan?' pikir Rama.

Rama tampaknya lupa bahwa Deon telah lama berada di dunia politik. Deon bisa menduduki jabatannya ini bukan hanya karena bantuan Kanselir Senior, tetapi juga karena kemampuannya sendiri.

Tadi, Evan memaksa Rama memakan makanannya. Bagaimana mungkin Deon tidak menyadarinya?

Tentu saja, dia memperingatkan Rama bukan demi Evan, melainkan untuk mempertahankan wibawanya sendiri. Jika ada seorang pelayan yang menindas orang dari Keluarga Nigrat, itu sama saja dengan menampar wajah Deon.

Pada saat ini, Evan juga menyadari beberapa keanehan dari sikap Deon yang tidak biasa.

Kenapa Deon bertanya apakah dia baru-baru ini bertemu dengan orang luar?

Beberapa hari ini, selain orang-orang di kediaman, dia hanya bertemu dengan Akash.

Akash itu diikuti oleh seorang kasim, jadi pasti dia adalah kerabat Kaisar.

Akash memiliki aura yang luar biasa, jadi Evan menduga bahwa dia adalah Pangeran Felix.

Pangeran Felix adalah satu-satunya adik Kaisar yang tinggal di ibu kota.

Mungkinkah sikap Deon yang berubah drastis padanya ada hubungannya dengan Pangeran Felix?

Namun, itu tidak masuk akal. Saat itu Evan sudah menggunakan nama samaran, jadi Akash tidak mengetahui identitas aslinya.

Mungkinkah Akash sudah mengirim orang untuk mengikuti dan menyelidiki dirinya?

Namun, meskipun begitu, Akash tidak perlu menegur Deon hanya untuk dirinya.

Terlebih lagi, Pangeran Felix hanyalah seorang pangeran tanpa pekerjaan, tanpa kekuasaan yang nyata. Meskipun dia adalah kerabat Kaisar, Deon memiliki dukungan dari Kanselir Senior yang cukup berpengaruh. Jadi, Deon sama sekali tidak perlu takut pada Pangeran Felix.

Evan memijat keningnya. Mungkin ada alasan lain mengapa sikap Deon terhadapnya berubah drastis.

'Lupakan saja, nggak perlu memikirkan hal itu dulu. Yang paling penting saat ini adalah menyembuhkan luka dengan baik, lalu mencari cara untuk meninggalkan kediaman Keluarga Nigrat,' pikir Evan.

Deon hanya mengabaikannya, sementara yang benar-benar merupakan ancam bagi Evan adalah Intan dan putra-putranya.

Di belakang Intan dan para putranya ada Kanselir Senior, orang yang kedudukannya kedua setelah Kaisar, berada di atas ribuan orang.

Jika tidak meninggalkan kediaman Keluarga Nigrat, Evan akan sendirian tanpa kekuatan. Cepat atau lambat, dia pasti akan dibunuh.

Sebulan berlalu dengan cepat. Luka Evan sudah hampir sembuh sepenuhnya.

Selama waktu ini, makanan yang dia dapat juga lezat. Dia juga menjadi lebih gemuk, wajahnya pun berseri-seri.

Sebenarnya, Evan sudah bisa turun dari tempat tidur pada hari ketujuh atau kedelapan. Dia bahkan pergi menjenguk Paman Dimas. Untungnya, Paman Dimas baik-baik saja. Jika tidak, dia tidak akan membiarkan Ahmad lolos begitu saja.

Evan memutuskan terus menjual puisi untuk mendapatkan uang.

Seratus tahil yang telah dirampas oleh Hasan itu sepertinya juga tidak akan dikembalikan.

Namun, keinginan Evan untuk meninggalkan Keluarga Nigrat tetap tidak berubah. Demi keselamatan nyawanya, dia harus pergi dari sini.

Hanya saja, melihat dari sikap Deon, jelas dia tidak akan membiarkan Evan pergi dengan mudah .... Entah di mana kartu identitasnya disembunyikan oleh pria tua itu. Kemarin, Evan sudah mencarinya diam-diam di dalam ruang kerja Deon, tetapi dia tidak bisa menemukannya.

Namun, meskipun Evan memiliki kartu identitas itu, dia harus menunggu sampai dirinya berusia enam belas tahun untuk bisa pergi dari sini .... Beberapa bulan ini, Evan berencana untuk berusaha keras mengumpulkan uang. Jadi, ketika meninggalkan kediaman Keluarga Nigrat nanti, dia tidak perlu hidup menderita.

Evan kembali memanjat tembok, meninggalkan kediaman Keluarga Nigrat, lalu langsung menuju ke Paviliun Juara.

Dia berharap akan cukup beruntung untuk bisa bertemu dengan Akash hari ini.

Karena Akash sangat murah hati.

Sekarang cuaca sudah menjadi makin dingin, membuat Evan merapatkan pakaiannya yang tipis.

Entah Deon yang lupa, atau Intan yang sudah diam-diam bermain trik di belakangnya, tetapi tidak ada yang memberi Evan pakaian tebal meski dia mendapat cukup makanan.

Pakaian baru yang Evan beli sebelumnya sudah dirampas oleh Hasan dan anak buahnya. Jadi, Evan hanya bisa memakai kemeja tipis lamanya.

Sambil berlari kecil, Evan pun tiba di Paviliun Juara.

Paviliun Juara masih ramai seperti biasa, dengan orang-orang yang datang dan pergi.

Evan memandang sekeliling, mencari sosok Akash.

Jika dia tidak bisa menemukan Akash, Evan hanya bisa menjual puisinya kepada orang lain. Namun, dia pasti tidak akan mendapatkan harga yang bagus.

Ketika Evan sedang mencari Akash, seorang pria berkulit putih tanpa janggut melangkah dengan langkah kecil di belakangnya.

"Tuan Bintang, akhirnya aku menemukanmu."

Evan menoleh dengan wajah yang penuh kegembiraan. Itu adalah si pria feminin.

Sekarang Evan sama sekali tidak merasa pria feminin ini menyebalkan, malah dia tampak sedikit menggemaskan.

Karena keberadaan pria feminin ini membuktikan bahwa Akash juga ada di sini. Hari ini, Evan bisa menghasilkan uang lagi.

Ketika Edo melihat Evan menggigil kedinginan karena mengenakan pakaian tipis, dia tidak bisa menahan diri untuk berkata, "Kamu benar-benar orang pelit yang nggak mau mengeluarkan sepeser uang pun. Kamu sudah menghasilkan begitu banyak uang, tapi kenapa masih nggak mau membelikan diri sendiri pakaian yang tebal?"

Sekarang Evan tidak punya waktu untuk menanggapi ejekannya. Dia hanya berkata tanpa daya, "Jangan membahas ini! Aku sudah membeli pakaian tebal, tapi pakaian dan uangku dirampas orang."

Wajah Edo langsung berubah drastis.

Uang itu bisa dianggap pemberian dari Kaisar. Siapa pun yang berani merampas pemberian Kaisar layak untuk diberikan hukuman mati. Siapa yang sudah bosan hidup?

"Dirampas? Siapa yang melakukannya?" tanya Edo.

"Bajingan kejam di rumahku. Sudahlah .... Apa gunanya memberitahumu? Apakah Paman ada di sini? Apa dia ingin membeli puisi?" ujar Evan.

Edo mengangguk sekali sembari berujar, "Ikutlah denganku!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 50

    Di ruang kerja kekaisaran di Istana.Wahyu berdiri di bawah meja dan melaporkan percakapannya dengan Evan kepada Kaisar Sinas secara detail.Setelah mendengar laporan dari Wahyu, Kaisar Sinas segera menulis di atas selembar kertas dengan kuas merahnya.Setelah selesai, dia mengangkat kertas itu dan membacanya dengan saksama."Membunuh satu orang setiap sepuluh langkah dan nggak pernah meninggalkan jejak apa pun dalam jarak seribu mil. Setelah selesai bekerja, langsung pergi dan menyembunyikan identitas.""Dari zaman dulu kala juga semua orang pasti akan mati. Yang penting tinggalkan saja hati yang bersih dalam sejarah.""Air dapat membawa perahu ke mana-mana, tapi juga bisa menenggelamkannya ...."Kaisar Sinas membacanya sekali dan menyukai puisi ini. Makin dibaca, makin dia menyukainya."Bocah itu memang sangat berbakat .... Sayangnya, dia terlalu kurang ajar dan nggak menghormati keluarga kerajaan."Kaisar Sinas melirik Wahyu, lalu bertanya, "Karena kamu sudah bicara dengannya, apa p

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 49

    "Iya. Menyandera dan memukuli Pangeran Kelima adalah kejahatan berat yang hukumannya berupa hukuman mati bagi seluruh keluarga.""Sebenarnya, aku melakukan itu atas perintah seseorang."Jantung Wahyu sontak berdebar kencang. Apa mungkin ada orang lain yang berkomplot?"Siapa yang menyuruhmu?""Menteri Ritual, Deon Nigrat," jawab Evan.Wajah Wahyu sontak berkedut. Karena dia akhir-akhir ini diperintahkan untuk menyelidiki soal Evan, tentu saja dia tahu bahwa Evan tidak diterima di Keluarga Nigrat.Bocah ini ingin menyeret Deon."Apa hubunganmu dengan Deon? Mengapa dia memerintahkanmu untuk menyandera dan memukuli Pangeran Kelima?"Wahyu tetap bertanya walaupun sudah tahu jawabannya.Evan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, lalu menjawab, "Kami nggak punya hubungan apa-apa. Aku ini seorang pembunuh bayaran, jadi aku melakukan banyak hal demi uang .... Deon membayarku untuk membunuh Pangeran Kelima.""Saat orang-orangmu menangkapku, mereka menemukan seratus tahil perak yang kubawa. Itu up

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 48

    Kaisar Sinas pun mengibaskan tangannya dan mengisyaratkan Wahyu untuk pergi.Setelah itu, Kaisar Sinas memandang sang pangeran sambil berkata, "Dalam beberapa waktu ke depan, jangan menjenguknya di penjara.""Walaupun pangeran kelima itu palsu, tetap saja dia berani menyandera dan memukulinya tanpa menyadari apa-apa. Dia tetap mengabaikan hukum dan kekuasaan kekaisaran, jadi dia tetap harus dihukum.""Sesuai perintah Yang Mulia!" jawab sang pangeran dengan segera.Jenderal Hadi yang sudah tidak dapat menahan diri lagi pun akhirnya berkata, "Yang Mulia, masih belum ada kabar tentang Bintang Biru. Tolong izinkan hamba mengutus orang untuk mencarinya."Kaisar Sinas sontak tertegun. Belum ada kabar? Jadi, tadi siapa yang habis mereka bicarakan?Namun, sesaat kemudian Kaisar Sinas menyadari bahwa Jenderal Hadi sepertinya belum mengetahui identitas asli Evan."Jenderal Hadi, Evan yang tadi kami bicarakan itu sebenarnya Evan. Bintang Biru itu Evan. Mereka adalah orang yang sama."Jenderal Had

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 47

    Si pemimpin pun berjalan menghampiri, lalu bertanya, "Bintang Biru, kejahatan apa yang telah kamu lakukan? Walaupun kamu nggak bermaksud, kenyataannya kamu sudah menyelamatkan rekanku. Aku mungkin bisa membantumu meredakan situasi dan mendapatkan hukuman yang lebih ringan."Mereka hanya diperintahkan untuk menangkap Bintang Biru, mereka tidak tahu kejahatan apa yang telah Evan lakukan."Bahkan anak tiga tahun di ibu kota saja tahu kalau nggak akan ada yang bisa keluar hidup-hidup begitu dibawa masuk ke Divisi Pengawasan," sahut Evan sambil tersenyum dengan acuh tak acuh."Semuanya tergantung pada usaha manusia. Mungkin kami dapat membantumu ... atau membuat hidupmu lebih nyaman sebelum ajal menjemput."Evan menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Kalian nggak akan bisa menolongku …. Aku menyandera Pangeran Kelima dan memukulinya dengan kejam. Apa kalian masih bisa menolongku?"Mereka semua sontak tertegun!Menyandera Pangeran Kelima dan memukulinya adalah kejahatan berat. Hukumannya b

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 46

    Evan yang sudah meluncur turun dari pohon bersiap untuk kabur.Namun, begitu berbalik badan, tiba-tiba punggungnya merasakan hawa dingin.Serigala yang menggigit kaki si pria yang tadi memeriksa abu itu tiba-tiba membuka mulutnya dan menerkam ke arah Evan.Evan refleks menoleh. Ekspresinya langsung berubah dan dia berguling di atas tanah.Serigala itu gagal menerkam.Evan pun bangkit berdiri, sementara si serigala menerkamnya lagi.Dia menatap serigala yang menerjang ke arahnya itu dengan tajam, lalu menghunus belatinya dengan secepat kilat.Wooosh!Bilah belati itu berkilat dengan dingin.Evan menusukkan belatinya pada kepala si serigala dengan mantap, akurat dan kejam."Bintang Biru!"Si pemimpin berseru memanggil.Evan mencabut belatinya, lalu balas menyeringai. "Selamat bersenang-senang! Selamat tinggal!"Setelah itu, Evan berbalik badan dan berlari pergi.Akan tetapi, ternyata masih terlalu dini untuk merasa senang!Belum sempat Evan berlari jauh, seekor serigala yang jauh lebih b

  • Ksatria Modern di Dinasti Lama   Bab 45

    Evan hanya bisa tersenyum getir di dalam hati. Dia sudah terlalu lama membuang waktu di sini. Para anggota Divisi Pengawasan itu pasti bisa menemukan tempat ini karena mengikuti jejak tapal kuda."Bos, di sini ada abu."Salah seorang di antara mereka berkata sambil melompat turun dari kudanya, lalu berjalan menghampiri abu api unggun. Dia mengulurkan tangannya untuk memeriksa. "Masih terasa hangat, jadi harusnya dia belum pergi jauh."Evan berdoa dalam hati semoga mereka tidak melihat ke atas …. Karena begitu mendongak, dia pasti akan ketahuan.Jika orang ini mendongak, mau tidak mau Evan harus menyerang dan membunuhnya …. Namun, bagaimana dengan empat orang lainnya?Semua anggota Divisi Pengawasan adalah ahli yang terkemuka. Kekuatan fisik Evan memang telah meningkat pesat berkat olahraga yang dia lakukan akhir-akhir ini, tetapi tetap saja dia tidak mungkin bisa menang melawan empat orang ahli dari Divisi Pengawasan secara bersamaan.Tiba-tiba, Evan menyadari bahwa sekawanan serigala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status