“Wah, ternyata kau sangat pintar memijat Melati”. puji Bintang lagi yang memang harus mengakui kalau pijatan Melati benar-benar membuat Bintang merasakan keenakan. “Ah tidak juga kang, Melati juga masih belajar”. ucap Melati lagi tersipu. Sejenak keduanya hanya diam. “Melati, boleh tidak kakang bertanya sesuatu yang pribadi ?” “Hem... Boleh saja kang, tanya apa ?” “Aa...aa.. apakah Melati pernah... Pernah ?”. Bintang tak kuasa untuk melanjutkan pertanyaannya, Bintang takut kalau Melati akan tersinggung dengan ucapannya. “Pernah melayani laki-laki maksud kakang ?”. ucap Melati tiba-tiba. “Oh maaf kakang tidak bermaksud” “Tidak apa-apa kang, sebenarnya selama disini ki Lantuk yang selalu melarang hal itu.”. “Oh kalau begitu syukurlah Melati, tapi apakah Melati tetap ingin bekerja disini ? apakah tidak sebaiknya mencari kerja ditempat lain”. ucap Bintang lagi. “Melati tidak ada pilihan lain kang, Melati harus mengumpulkan uang untuk membelikan bu’le sawah dikampung.”. ucap Melati
“Jadi ini alasanmu malam ini ?” “Benar kang, aku mau melayani kakang malam ini bukan atas dasar ingin membalas budi, tapi berdasarkan cintaku yang tulus pada kakang.”. ucap Melati tersenyum. Bintang ikut tersenyum mendengarnya. “Apa kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu Melati ?”. tanya Bintang lagi. “Melati sungguh-sungguh kang” “A... Apa kau tidak akan menyesal ?”. tanya Bintang lagi. “Melati tidak akan menyesal kakang, Melati sudah memutuskan malam ini akan kupersembahkan kesucianku pada kakang”. ucap Melati lagi dengan terus terangnya, dalam benaknya sudah tidak masanya lagi untuk menyembunyikan perasaannya kepada Bintang. Bila memang Bintang akan menolaknya, resiko itu harus ditempuhnya, paling tidak hatinya cukup puas sudah mengungkapkan perasaannya kepada Bintang. Tapi ternyata dugaan Melati meleset, Bintang justru mendekatkan dirinya kearahnya, dan ini pula yang membuat Melati merasakan dadanya berdebar dengan keras. Walaupun selama ini Melati sudah sering mendengar dari uc
Siang itu matahari bersinar dengan teriknya, panasnya terasa ingin membakar kulit, tapi rupanya hal itu tidak menjadi penghalang bagi sesosok tubuh yang berjalan santai dijalan setapak sebuah hutan. Keringat yang membasahi pakaiannya terlihat tak dihiraukannya, dia terus melangkah kedepan. Sosok ini tampak mengenakan pakaian yang serba merah hingga teriknya sinar matahari ditambah warna merah yang dikenakannya sungguh suatu pemandangan yang tidak mengenakkan.Sementara itu tak dapat ditebak sosok yang mengenakan pakaian merah ini laki-laki atau wanita, karena wajahnya tampak tertutup oleh kerudung yang menyatu dengan rambutnya yang terkuncir, bahkan kerudungnyapun juga berwarna merah, mungkin bentuk tubuhnya yang langsing dan sebuah mawar besar berwarna merah yang menghias dikunciran rambutnya yang menandakan kalau dia adalah seorang wanita, dari sosok penampilannya jelas wanita ini bukan wanita sembarangan, paling tidak dia berasal dari kalangan persilatan.Pelan tapi
“Bruushhh......settt....settt...setttt”. disaat-saat perhatian sang wanita berkerudung merah tengah terarah pada serangan ke-12 orang pengikut Begal Gonggo, tiba-tiba saja sesosok tubuh muncul dari dalam tanah dibelakangnya, dan belum lagi sang wanita berkerudung merah menyadari apa yang terjadi, sosok yang ternyata adalah sosok Begal Gonggo itu terlihat langsung melepaskan senjata rahasia dari tangannya. Walaupun sempat mendengar desiran-desiran halus dari arah belakangnya, sang wanita berkerudung merah mencoba untuk menepisnya dengan mengibaskan tangannya dan ; “Wuuttt”. segelombang angin berkiblat kencang kearah senjata-senjata rahasia itu, tapi ; “crashh.....akhhhh”. sang wanita berkerudung merah terlihat menjerit keras saat merasakan punggungnya terasa seperti ditusuk sesuatu, sepertinya beberapa dari senjata rahasia itu berhasil mengenai dirinya. “Hup..”. dengan gerakan yang sangat cepat sang wanita berkerudung merah melompat men
Seraya terus melayani serangan-serangan lawannya, Bintang terus membagi perhatiannya kearah pertarungan sang wanita berkerudung merah, karena melihat keadaannya jelas Bintang sangat mengkhawatirnya. Sesekali Bintang membalas serangan ke-12 orang para anak buah Begal Gonggo yang langsung tersungur akibat tendangan keras Bintang. Tapi itu tidak membuat surut semangat para penyerangnya yang justru semakin bersemangat menyerangnya.Setelah sekian lama ; “Duarr...duarrr.....duarrrr”. tempat itu dilanda beberapa kali ledakan dahsyat dari pertarungan yang terjadi antara sang wanita berkerudung merah dengan Begal Gonggo, kedua-duanya terlihat saling terlempar kebelakang. “Huakk”. sang wanita berkerudung merah terlihat langsung memuntahkan darah segar dari mulutnya seraya memegangi dadanya yang terasa nyeri, tapi sosok sang wanita berkerudung merah masih mampu berdiri ditempatnya.Sementara itu diseberang sana, sosok Begal Gonggo terlihat masih berdiri d
“Pakai saja nisanak”. Ucap Bintang lagi.“Terima kasih, tapi aku sudah cukup banyak berhutang budi pada kisanak.”. ucap wanita berkerudung merah itu lagi membuka ucapannya dan keningnya tiba-tiba saja berkerut saat melihat pemuda dihadapannya tersenyum kearahnya.“Kenapa kisanak tersenyum, apakah ada yang salah dengan diriku”. ucap wanita berkerudung merah itu lagi.“Oh tidak, maaf, maaf... Aku kira selama ini nisanak ini bisu, tapi ternyata nisanak bisa juga bicara”. ucap Bintang tertawa pelan, wanita berkerudung merah hanya ikut tersenyum mendengar gurauan itu, lalu bersama Bintang dia menikmati buah-buahan yang tadi dibawa oleh Bintang.“Oh ya aku sampai lupa memperkenalkan diriku, namaku Bintang. Kalau boleh tahu nama nisanak ini si ?”“Mawar... Namaku Mawar”. wanita berkerudung merah terlihat langsung memotong ucapan Bintang.“Sekali lagi aku benar-benar mengu
“Nyai Purbasari... Siapa dia ki ?”“Loh raden belum tahu ya, Nyai Purbasari itu adalah seorang sinden yang saat ini sangat terkenal dimana-mana den, dimana saja dia mengadakan pertunjukan selalu banyak orang yang melihatnya. Selain bersuara merdu, Nyai Purbasari juga sangat cantik den, seumur hidup aki, belum pernah aki melihat wanita yang begitu sempurna seperti Nyai Purbasari. Pokoknya raden pasti menyesal kalau tidak melihatnya”. ucap aki pemilik warung lagi seraya segera meninggalkan Bintang untuk melayani tamunya yang lain.Karena rasa penasarannya, akhirnya Bintang memutuskan untuk menunda perjalananya terlebih dahulu untuk membuktikan ucapan-ucapan orang-orang didesa itu tentang sosok Nyai Purbasari.***Malam sudah datang, tapi seperti biasanya, malam itu kademangan Sambodas sangat berbeda dengan malam-malam sebelumnya, disepanjang jalan terlihat diterangi oleh api obor yang terang benderang, puluhan bahkan ratusan orang ta
“Serrrrr”. sebelum tubuh Nyai Purbasari menghantam tanah, sebuah bayangan biru menyambarnya dengan cepat dan setelah bersalto beberapa kali diudara, sosok bayangan biru itu baru kembali turun ketanah dan kini terlihatlah sosok pemuda yang tak lain adalah Bintang, sementara itu sosok Nyai Purbasari telah berada dipondongan Bintang, Bintang segera menurunkannya dengan sangat hati-hati.“Sebaiknya nyai cepat menyingkir dari tempat ini”. ucap Bintang lagi seraya berbalik ingin melangkah pergi.“Tuan tung...!”. terlambat bagi Nyai Purbasari ingin mengucapkan terima kasih kepada tuan penolongnya, saat itu beberapa orang pengawalnya sudah terlihat menyuruhnya untuk segera meninggalkan tempat itu. Sebelum meninggalkan tempat itu, Nyai Purbasari terlihat masih sempat berpaling dan menatap kearah Bintang dan kemudian diapun melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.Tempat yang tadi begitu riuh dan ramai oleh para penonton, kini suda