Cukup lama Bintang menyerap racun yang ada di tubuh Putri Virgo hingga keringat membanjiri tubuh dan wajahnya, keadaan Putri Virgopun tak jauh berbeda. Racun keluar seiring dengan butiran keringat yang keluar dari tubuhnya. Harum semerbak yang keluar dari tubuh Putri Virgo segera meringkupi tempat itu. “Brakkk.!”. tiba-tiba saja pintu kamar terdobrak dengan keras, hal ini kontan membuat mata Bintang dan Putri Virgo dan secara spontan menoleh kearah pintu.
Sesosok tubuh berdiri diambang pintu dengan tatapan mata membesar, seakan tak percaya dengan apa yang dilihat didepan matanya.
“Adik kim”. batin Bintang saat mengenali sosok yang berdiri diambang pintu, sosok gadis jelita yang tiba-tiba saja muncul dikamar itu memang tak bukan adalah Putri Kim Si Hyang adanya. Tanpa sadar linangan air matanya mengalir melihat apa yang ada dihadapannya, entah apa yang ada pikirannya, tiba-tiba saja sosok Putri Kim Si Hyang berbalik dan melesat pergi. Bintang ing
Sesosok gadis yang mengenakan pakaian putih berlapis biru terlihat memacu kudanya dengan cepat melintas gurun padang pasir yang berada di utara negeri para budha. Wajahnya tak terlihat jelas karena tertutup oleh cadar putih, hal ini dilakukan untuk menghindari debu padang pasir yang berterbangan. Entah apa yang menganggunya, hingga memacu kudanya bagaikan tanpa arah, linangan air mata terlihat mengalir dikedua matanya, meninggalkan jejak air mata disepanjang langkah lari kaki kudanya.Entah sudah seberapa lama dia menggebah kudanya, hingga akhirnya dirinya tiba disebuah danau kecil yang ada ditengah-tengah gurun pasir itu, sang gadis cepat menghentikan langkah kaki kudanya. Sejenak pandangan kosongnya terlihat mengarah kearah danau kecil itu, kini kian terlihat deraian air mata yang mulai mengering. Sang gadis terlihat turun dari pelana kudanya, dengan perlahan dibawanya kudanya untuk minum diair danau tersebut, sedangkan dirinya sendiri terlihat berteduh disebuah pohon rinda
“Aku tak sudi ditemani oleh orang-orang yang tak berguna seperti kalian”. Ucapan Putri Kim Si Hyang bukan saja mengejutkan gerombolan rampok Badai Gurun Thar, seketika wajah mereka memerah menahan amarah.“Benar-benar gadis yang tak bisa diajak kompromi, biar aku beri pelajaran kak”. Ucap Tung Cay tak sabar, sosoknya berkelebat kedepan, melancarkan serangan berupa sabetan ular, sasaran Tung Cay memang bukan diri, melainkan hanya ingin merobek pakaian sang gadis, tapi sayang Tung Cay tidak menyadari kalau yang dihadapinya kali ini bukanlah gadis sembarangan.Dengan gerakan yang sangat ringan dan luwes, Putri Kim Si Hyang bergerak menghindar sabetan tangan ular Tung Cay, serangan demi serangan dahsyat dan cepat dilancarkan oleh Tung Cay, tapi tetap saja tak mampu sedikitpun menyentuh sang gadis.Di tempatnya, Tung Huang terlihat memperhatikan jalannya pertarungan dengan seksama, dengan pengalamannya selama ini, Tung Huang menyad
“Lari! huh, tidak ada kamus lari dalam hidupku.... rasakan seranganku berikutnya, kita lihat apakah kekuatanmu lebih unggul dari jurusku yang satu ini, Membelah Lautan heaaa... Ting. Ting!”. Segelombang serangan tajam dahsyat mengarah kearah Tung siung yang saat itu terus melesat diudara, yakin akan kekuatannya, Tung siung tidak mengendurkan serangannya, hingga ; angin tajam yang tercipta dari serangan Kecapi Dewa terlihat membentuk sebuah serangan membelah, Tung siung hanya menahannya dengan satu tangannya, dan ; “Crabbb.....crassss!!”. hasilnya sungguh mengejutkan sekali, tubuh Tung siung terbelah dari ujung kepala hingga ujung kaki, mengerikan sekali.Sementara itu Putri Kim Si Hyang sendiri kini sudah kembali turun dengan ringannya, tidak ada rasa kasihan yang terlihat dari serangan Putri Kim Si Hyang, tewasnya Tung siung membuat nyali para orang-orang gerombolan rampok Badai Gurun Thar semakin ciut nyalinya, hanya Tung Huan
Malam berjalan lambat, rembulanpun tampak bersinar redup malam itu, angin dan debu pasir bercampur baur beterbangan semakin menambah kelamnya malam itu. Di salah satu sudut gurun, diantara bebatuan bukit yang menjulang, seonggok cahaya api terlihat, bila kita menilik lebih dekat, ternyata nyala api itu berasal dari sebuah api unggun yang sesekali berkobar saat diterpa angin.“Cleetarrr......clleetarrrr” sesekali kilat menyambar, membuat pancaran sinar putih yang terang benderang. Segulungan awan hitam terlihat datang bergerombol dilangit.Suasana yang menandakan badai akan segera terjadi, tampak tidak begitu terpengaruh terhadap seorang pemuda yang tampak dengan tekun membolak balik ayam panggang yang ada diatas api unggunnya. Menilik wajah tampan dan pakaian yang dikenakannya, sosok pemuda berkuncit kuda ini tak lain adalah Bintang adanya. Setelah mendapatkan petunjuk dari sang pemilik penginapan, Bintangpun segera memacu kudanya untuk mencari Putri Kim Si
Matahari sudah naik sepemenggalan kepala, padang gurun thar terlihat membentang luas disepanjang mata memandang, kehidupan disebuah kota kecil yang ada di dataran padang gurun thar terlihat berjalan seperti biasanya, tempat ini merupakan tempat singgah bagi para pengembara yang ingin melintasi padang gurun thar. Hingga tak heran kehadiran banyak pendekar dari rimba persilatan ditempat itu yang sekedar ingin lewat ataupun beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Karena letaknya yang strategislah maka penduduk yang ada di kota ini lebih memilih usaha tempat penginapan ataupun tempat makan.Di sebuah tempat makan yang ada disalah satu sudut kota itu, tampak dipenuhi oleh banyak pengunjung, orang biasa dan para pendekar bercampur baur ditempat itu. Sebenarnya tidak ada yang menarik di tempat makan ini, kecuali tiba-tiba saja dari pintu masuk bermunculan sosok-sosok laki-laki yang bertampang sangar. Melihat gelagat yang tidak baik itu, beberapa orang terlihat segera
“Dengan tangan kosongpun aku masih sanggup melenyapkan orang-orang busuk seperti kalian!”. Putri Kim justru membalas ucapan Tung Huang dengan tajam.“Sudah! tangkap saja Gai Gan, atau biar aku yang menangkapnya.”. ucap si kapak maut lagi geram. Mendengar hal itu, Gai Ganpun tak ingin menunda-nunda waktu lagi.“Kalau begitu maafkan hamba nona”. Ucap Gai Gan lagi seraya membuka kedua tapaknya.“Jangan sungkan, atau kau yang akan menyesal!”. Ucap Putri Kim lagi mengangkat tangannya mempersilahkan lawannya untuk menyerangnya terlebih dahulu. Menyadari kalau lawannya bukanlah gadis sembarangan yang bisa dengan mudah ditundukkan, Gai Ganpun tak ingin gegabah, dan jurus andalannyapun dikerahkan.“Hyattt”. sosok Gai Gan melompat tinggi keudara, ditempatnya Putri Kim Si Hyang telah bersiap menyambutnya.“Seribu Jejak, heaa”. Gai Gan langsung mengerahkan
“Ini belum seberapa, rasakan jurusku yang kedua, Mengoyak Lautan, heaaa.... brasshhh”. Kristal Salju musnah begitu Kapak Maut mengeluarkan jurus barunya, tidak berhenti sampai disitu saja, Kapak Maut melanjutkan serangannya. Putri Kim Si Hyang masih kaget melihat serangan Kristal Saljunya dapat dipatahkan dengan mudah oleh lawannya, serangan berikutnya begitu tiba-tiba hingga tak mungkin bagi Putri Kim Si Hyang untuk menghindar, kecuali memapakinya. “Plakk...plakk...deggggg”. kedua-duanya saling terlempar kebelakang akibat beradunya tenaga dalam keduanya, hanya saja Kapak Maut lebih beruntung karena menggunakan kapak raksasanya, sedangkan Putri Kim Si Hyang harus menggunakan tenaga dalam pada tangannya untuk memapaki serangan. “Hugg”. Putri Kim terlihat menahan sakit ditubuhnya, rupanya luka dalam telah menderanya. Hal ini cukup membuat Putri Kim Si Hyang menggeram kesal.Tak perduli dengan luka dalam
Di hadapan mereka Putri Kim Si Hyang telah berdiri dengan sebuah seruling putih ditangannya, itulah Seruling Es milik Putri Kim Si Hyang. Rupanya saat melompat naik keatap, Putri Kim Si Hyang langsung meraih senjata pusakanya, Seruling Es.“Sekali lagi kuperingatkan, kalau kalian masih ingin melihat matahari besok. Segera tinggalkan tempat ini!”. ucap Putri Kim lagi dengan tegas.Ketiga lawannya terlihat saling pandang satu sama lain, seakan ragu untuk meneruskan tujuan mereka menangkap Putri Kim Si Hyang.“Kita sudah disini, jika kita mundur, mau dimanakan muka kita didunia persilatan”. Ucap Tung Huang mantap.“Benar, dengan menggabungkan kekuatan kita bertiga, belum tentu kita bisa dikalahkan”. Ucap Gai Gan“Baik, ayo kita kalahkan dia!”.Tung Huang segera merapal jurus pamungkasnya, Makam Naga Pasir, seketika pasir-pasir ditempat itu berterbangan dan membentuk bayangan naga pa