Tak !!
Bintang hitam merasakan seolah waktu berhenti berputar, nafasnya terputus, mata hitamnya terpejam, dari sosok Bintang hitam, terlihat sosok hitam keluar dari tubuh Bintang, tubuh Bintang yang asli tampak langsung terkapar pingsan.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati!” kembali terdengar suara Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim lembut dan tegas.
“TIDAK!”
Tiba-tiba saja sosok Bintang hitam berteriak keras, dan ; Wusshh !! sosok Bintang hitam langsung ditelan kobaran api hitam.
“Dari api kembalilah ke api!” ucap Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim lagi seiring dengan lenyapnya sosok Bintang hitam yang musnah ditelan kobaran api hitam.
Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim terlihat mengangkat telapak tangan kanannya.
Wesshhh !!
Kobaran api hitam yang tinggal menyala kecil tampak itu tampak terbang melayang kearah Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim dan dalam sekejap sudah berada diatas telapak tanga
“Aku memiliki seorang putri yang sudah buta sejak lahir, dan aku telah menyerahkan putriku kepada saudaraku, Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi, abi angkatmu” ucap Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim lagi berhenti. Bintang tetap diam untuk mendengar apa ucapan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim selanjutnya.“Tapi takdir kembali mempertemukan kita. Aku ingin kau yang menjaga putriku. Bahagiakan dia, sayangi dia seperti aku menyayanginya” ucap Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim lagi hingga wajah Bintang langsung berubah mendengar hal itu, ucapan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim secara tidak langsung menyerahkan putrinya Sabina kepada Bintang.“Tunggu sebentar tuan syekh!” ucap Bintang tiba-tiba. Sosok Bintang menghilang dari hadapan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim. Sementara itu sosok Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim samar-samar mulai menghilang dari kakinya, merambat naik keatas.Plashhh !!Sosok Bintang muncul, tapi kali ini Bintang
“Hamba pernah membaca sebuah kitab pengobatan tentang hal ini, ada satu cara agar nona Sabina bisa melihat lagi....caranya adalah dengan pencangkokan mata.” ucap Bintang masih dalam keadaan terpejam.“Pencangkokan mata” ulang Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim dengan wajah berubah. “Tapi hal ini membutuhkan sepasang mata yang sehat untuk menggantikan mata nona Sabina” sambung Bintang lagi, dan kali ini wajah Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim terlihat berubah tersenyum, karena dia faham dan mengerti maksud perkataan Bintang.“Sabina, kau dengar itu.... kau masih bisa melihat dunia yang indah ini putriku” ucap Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim dengan terharu. Sabina hanya terdiam mendengar hal itu, karena sebenarnya Sabina juga faham dan mengerti maksud ucapan Bintang tadi.“Bintang.... kupersembahkan sepasang mataku ini untuk putriku Sabina” ucap Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim tiba-tiba hingga membuat wajah Bi
MALAM itu suasana di pondok pesantren As-Siddiq masih dalam kesedihan, karena mereka baru saja melaksanakan 7 hari setelah wafatnya Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim. Malam itu Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi meminta Sabina dan Bintang untuk menemuinya.“Wasiat terakhir Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim adalah menyerahkan putrinya kepadamu Bintang, bagaimana menurutmu?” tanya Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi lagi kepada Bintang.Bintang tak menjawab tapi melirik kearah Sabina yang ada disebelahnya. Sabina sendiri hanya tertunduk ditempat duduknya.“Hamba menyerahkan semuanya kepada abi saja, mana yang terbaik. Hamba menurut saja” ucap Bintang lagi akhirnya. Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi tampak tersenyum dan mengangguk-anggukkan wajahnya.“Bagaimana denganmu, Sabina?” tanya Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi lagi kepada Sabina yang masih tertunduk.“Wasiat ayah adalah kepatuhan yang harus hamba lakukan, abi&rd
Malam itu, Bintang kembali bersama istri-istrinya, dan kali ini kita akan melihat kedalam kamar salah satu istri Bintang, Roro Putri Srikandi. Saat ini Roro tengah merebahkan dirinya dipelukan Bintang diatas ranjang peraduan, tapi keduanya lebih banyak diam. Entah apa yang ada dipikiran keduanya saat ini. “Kanda.” Roro akhirnya memecah kesunyian diantara mereka. Bintang yang sedang melamun langsung menaruh perhatiannya kearah Roro. “Apakah kanda sudah lama kenal dengan Sabina?” tanya Roro akhirnya mengeluarkan uneg-uneg didalam hatinya yang selama ini selalu menganggunya. Bintang sempat terkejut mendengar pernyataan itu. “Tidak dinda... baru disini kanda bertemu dan mengenal nona Sabina” ucap Bintang lagi Roro mengangkat wajahnya, menatap kearah Bintang dengan tajam. “Lalu bagaimana Benang Sutra Kayangan bisa ada pada Sabina, kanda?” tanya Roro lagi. Bintang hanya tersenyum mendengar hal itu, tangan Bintang terangkat dan membelai lembut wajah Roro yang ada dihadapannya. Dengan m
HARI yang ditunggu dan dinantipun tiba. Hari dimana Bintang akan melangsungkan pernikahan. Bukan hanya menikah dengan Sabina, tapi juga Bintang menikahi Gwang Oamsinn dan Babby Cherry, karena Bintang memang belum menikahi keduanya. Hingga pada hari berbahagia ini, Bintang langsung menikahi ketiganya. Tiga wanita yang kecantikannya bagaikan bidadari yang membuat iri semua yang menyaksikan pernikahan tersebut. Di hari yang berbahagia itu, ketiganya tampak berdandan sangat cantik sekali, kecantikan Gwang dan Babby cukup memukau bagi siapa saja yang melihatnya, hanya sosok Sabina yang tetap tak menampakkan wajahnya dibalik hijab indah yang kini dikenakannya.Sosoknya yang terbilang tinggi dengan tubuh proposional, membuat banyak kaum adam yang sangat penasaran dengan wajah yang dimiliki oleh Sabina, karena memang dibawah didikan ayahnya, Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim, Sabina tumbuh menjadi seorang gadis yang sholehah, haram baginya bila harus menampakkan wajahnya didepan orang
Sabina hanya diam, pasrah saat Bintang mulai melepaskan hijab dibagian kepalanya, hingga rambut panjang terurai hitam indah miliknya Sabina yang sebatas pinggang terlihat, diujung kepalanya tampak diikat bagaikan ekor kuda. Kedua mata Bintang membesar melihat hal itu, walau belum melihat seutuhnya wajah dibalik cadar yang dikenakan oleh Sabina, tapi dengan rambut tergerai indah seperti itu, sosok Sabina benar-benar begitu anggun jelita dalam pandangan Bintang dan Bintang semakin penasaran untuk melihat lebih jelas.“Bolehkah aku membuka cadarmu“ ucap Bintang pelan dan bergetar. Sabina tetap diam, hal ini membuat Bintang ragu untuk melepaskan cadar diwajah Sabina.“Tuan adalah suamiku, apapun yang ingin tu...” tiba-tiba Sabina mengeluarkan ucapan, tapi ucapannya terhenti saat Bintang memotong ucapannya.“Jangan panggil aku dengan sebutan tuan, bukankah sekarang kita sudah sah menjadi suami istri. Mulai sekarang panggil aku kanda, dan
Dari kamar Sabina, kita melompat ke kamar pengantin berikutnya, kamar Babby Cherry. Bintang tampak terpaku ketika Babby mulai melepaskan pakaiannya sendiri tepat didepan mata Bintang. Walau Bintang sudah sering bercumbu dan bercinta dengan Babby Cherry, tapi kemolekan dan kecantikan Babby benar-benar membuat Bintang tak pernah bosan bercumbu dengannya. Maka setelah Babby melolosi sendiri seluruh pakaian yang dikenakannya, langsung Bintang tubruk tubuh indah Babby yang menantangnya dalam dalam posisi menelentang diatas peraduan. Sementara itu dikamar pengantin Gwang. Bintang dan Gwang terlihat saling berpandangan dan serentak keduanya berciuman. Begitu hangat sampai-sampai Gwang mengeluarkan suara ; “mphh.. mphh..”, sambil Gwang bergerak menuju ke pangkuan Bintang. Tangannya merangkul di leher Bintang sambil lidah keduanya saling bermain di mulut masing-masing dan bertukar air liur. Ciuman Bintang turun ke leher Gwang yang putih mulus, membuat Gwang menutup matanya sambil mengerang
Dengan menggunakan Sembrani, bersama Sabina. Bintang memacu kudanya menuju Lembah Obat. Jarak lembah cukup jauh, saat malam datang menjelang, Bintang dan Sabina sudah tiba di Lembah Obat. Tempat kediaman salah satu guru Bintang. Peramal 5 Benua. Sabina sendiri tampak duduk dipelana belakang dengan memeluk pinggang Bintang.“Apa kita sudah sampai, kanda?” tanya Sabina yang merasakan Bintang menghentikan lari kudanya.“Benar dinda. Kita sudah sampai” ucap Bintang lagi. Bintang melompat turun dan membantu Sabina untuk turun dari pelana kudanya.Dengan berjalan, Bintang dan Sabina menaiki Lembah Obat dan tiba disebuah gubuk tua yang ada dipuncak Lembah Obat, sebuah pintu gerbang yang tidak terlalu besar tampak menghadang langkah Bintang dan Sabina. Sudah lama sekali Bintang tidak datang ke Lembah Obat, begitu banyak perubahan ditempat itu.“Guru..!” Bintang berteriak cuk