Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya Bintang dan rombongannya akhirnya tiba juga kembali Kerajaan Antapura dan Bintang langsung mohon pamit kepada gusti prabu Antapura dan permaisuri untuk segera kembali ke Setyo Kencana karena sudah terlalu lama meninggalkan Setyo Kencana. Bintang berjanji akan menjemput Putri Aurellya dan memboyongnya ke Setyo Kencana bila keadaan sudah tenang.
Tapi diperjalanan Bintang justru tidak menuju ke Setyo Kencana, Bintang mengarahkan kudanya, Sembrani untuk menuju ke lembah obat untuk mencari gurunya, Peramal 5 Benua. Bintang ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi padanya.
Dengan kecepatan Sembrani, tak perlu waktu lama bagi Bintang untuk sampai di lembah obat dan secara kebetulan gurunya, Peramal 5 Benua dan adik seperguruannya Satria sedang ada ditempat. Kedatangan Bintang tentu saja sangat mengejutkan bagi Peramal 5 Benua dan Satria sendiri.
“Guru...” ucap Bintang langsung menjura hormat dihadapan Peramal 5 Benua.
“Bangunlah Bintang...” ucap Peramal 5 Benua lagi. Bintang segera bangkit, lalu menatap kearah Satria.
“Kakang...” ucap Satria tersenyum kearah Bintang.
“Sudah lama sekali kau tidak kemari Bintang... bagaimana kabarmu dan keluargamu ?!!” ucap Peramal 5 Benua lagi.
“Saya baik-baik saja guru... maaf, saya baru saja kembali dari nagari Negeri Batuah guru dan begitu sampai di tanah jawa, langsung kemari” ucap Bintang lagi hingga membuat wajah Peramal 5 Benua dan Satria berubah dan saling pandang.
“Nagari Negeri Batuah, dimana itu kakang ?” tanya Satria cepat.
“Negeri Batuah, itu jauh sekali Bintang” ucap Peramal 5 Benua lagi.
“Benar guru, negari Negeri Batuah itu memang jauh sekali dari tanah jawa ini” ucap Bintang lagi.
“Hhmm.... begitu kembali ke tanah jawa, tadi kau bilang langsung kemari... benar begitukan Bintang ?” tanya Peramal 5 Benua lagi.
“Benar guru...”
“Pasti ada hal yang sangat penting sehingga kau langsung kemari”
“Benar guru...” ucap Bintang lagi.
“Ceritakan....” pinta Peramal 5 Benua lagi. Bintang sejenak menatap kearah Satria.
“Tidak apa-apa, Satria sudah cukup dewasa untuk mendengarkan permasalahanmu” ucap Peramal 5 Benua yang mengetahui arti pandangan Bintang.
Dengan menarik nafas panjang, Bintangpun menceritakan apa yang dialaminya saat ini dan sepanjang Bintang menceritakan hal itu terlihat jelas perubahan-perubahan diwajah Peramal 5 Benua dan Satria.
“Satria, coba periksa !!!” perintah Peramal 5 Benua kepada Satria setelah Bintang menyelesaikan ceritanya.
Satria yang memang sangat tertarik mendengar cerita Bintang segera bangkit berdiri dan mendekati Bintang.
“Maaf kang...” ucap Satria dengan sopan meminta izin kepada Bintang.
Lalu Satriapun memulai memeriksa kondisi tubuh Bintang, dari keadaan kedua bola mata Bintang, lidah, nadi, suhu bahkan sampai tak ada yang lolos dari pemeriksaan Satria dan sampai saat ini wajah Satria berubah.
“Hhmmm.....tidak ada yang aneh...” ucap Satria seakan berkata pada dirinya sendiri. Bingung.
“Tidak ada yang aneh guru... kakang” ucap Satria lagi kepada Bintang dan Peramal 5 Benua.
Bintang tidak heran atas apa yang dikatakan oleh Satria, karena Bintang juga sudah memeriksa keadaannya sendiri dan memang tidak ditemukan ada yang aneh, semua baik dan lancar.
“Berarti sudah jelas dan pasti....” ucap Peramal 5 Benua tiba-tiba hingga mengejutkan Bintang dan Satria.
“Sudah jelas dan pasti apa guru ?” tanya Satria cepat.
“Yang dialami oleh Bintang bukanlah penyakit, tapi kelainan....” ucap Peramal 5 Benua lagi.
“Kelainan....” ulang Satria cepat.
“Kelainan yang dialami oleh Bintangpun bukanlah kelainan biasa, hanya orang-orang yang berkemampuan tinggi yang bisa meraba apa yang salah ditubuhmu Bintang” ucap Peramal 5 Benua lagi.
Bintang yang memang memiliki indra ke-10 saja bingung tak menemukan kelainan pada dirinya, kalau dirinya saja yang memiliki indra ke-10 tak bisa menemukan masalahnya, apalagi orang lain.
“Coba tanyakan ini pada salah satu istrimu Bintang” ucap Peramal 5 Benua lagi.
“Siapa guru ?”
“Putri Samudra.....”
“Putri Samudra !!!” ulang Bintang dan Satria hampir bersamaan.
-o0o-
Setelah melihat Jejaka Emas memahami maksud perkataannya, Bintang segera melangkah ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Berjarak 3 tombak dari Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menghentikan langkahnya.“Tidak ada yang kalah juga tidak ada yang menang dalam sebuah peperangan. Lebih baik kita berdamai dan hidup berdampingan Ayah Mertua” ucap Bintang dengan menyebut Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sebagai ayah mertuanya. Tentu saja kenyataan itu tak bisa Bintang pungkiri. Walau bagaimana, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal adalah ayah mertua baginya.Tatapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal masih terlihat dingin kearahnya, dan terdengar suara beratnya. “Kenapa kau menolak untuk menjadi penguasa dunia, Bintang? Bukankah itu keinginan semua laki-laki didunia ini! Tahta dan Kekuasaan?!”Bintang menggeleng, lalu berkata, “Aku lebih suka kedamaian. Buat apa meraih kekuasaan, kalau hidup selalu tidak tenang” Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terdiam saat mendengar kata-kata Bintang.Binta
Semua terdiam!Sunyi!Tak ada satu suarapun yang terdengar, kecuali desau angin!Sementara itu, keadaan semua orang yang tadinya terpaku, kini sudah bisa bergerak, masing-masing saling menatap satu sama lain, lalu mengedarkan pandangan mereka ke arah sekitar. Apa yang baru saja terjadi, berasa seperti mimpi.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal pun masih terpaku berdiri ditempatnya, memandangi jari manis tangan kanannya yang sudah kosong, tidak ada lagi Cincin Sulaiman yang biasa terpatri.Di pihak Jejaka Emas, Bintang lebih dulu tersadar dengan keadaan yang terjadi. Masih terlihat keringat dingin di sekujur tubuh Bintang. Rasa sakit yang baru saja dialami oleh Bintang bukan sekedar dalam angan-angan, tapi Bintang benar-benar dapat merasakan bagaimana tubuhnya terhempas dengan keras ke sebuah alam, dimana di alam itu, berbagai macam orang dengan segala macam siksaannya. Bintang benar-benar merasakan kesakitan yang amat sangat yang membuat tubuhnya seperti ditusuk oleh ribuan
“Bangunlah kalian berdua!” kembali suara lembut tapi tegas itu terdengar menyapa keduanya, hampir bersamaan Bintang dan Jejaka Emas memalingkan wajah mereka kearah depan. Wajah keduanya berubah. Berjarak hanya beberapa tombak dihadapan mereka, terlihat sosok seorang laki-laki tua berwajah agung dan teduh. Mengenakan pakaian putih disekujur tubuhnya. Senyumnya terlihat begitu agung dan teduh. Bintang dan Jejaka Emas terkejut, karena tadi, tidak ada seorangpun yang ada ditempat itu selain mereka berdua.Lelaki tua berparas agung itu terlihat duduk diatas sebuah batu putih yang bila diperhatikan dengan seksama. Batu itu tidaklah menyentuh tanah, alias mengapung diudara.“Kemari!” Terdengar suara lembut dan tegas kembali menyapa Bintang dan Jejaka Emas. Walau keduanya tak melihat bibir lelaki tua itu bergerak, tapi Bintang dan Jejaka Emas yakin, kalau lelaki tua itulah yang menyuruh mereka.Lagi-lagi Bintang dan Jejaka Emas diliputi keheranan, karena tubuh mereka tiba-tiba saja bangkit be
Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat geram saat melihat tak satupun dari pihak lawan yang mau bersikap setia kepadanya. “Kalian semua rupanya benar-benar ingin mati, jangan katakan kalau aku tidak memberikan kalian kesempatan...” ucap Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal berpaling kearah seluruh pasukannya yang ada dibelakangnya.“Bunuh mereka semua!”Satu perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah cukup untuk membuat pasukannya bergerak kedepan dengan senjata terhunus. Siap untuk membunuh lawan-lawan mereka yang sudah tak berdaya ditempatnya.Mendengar perintah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, membuat pucat wajah-wajah dari pihak lawannya. Sebagian mengeluarkan keringat dingin membayangkan kematian yang akan segera mendatangi mereka, sementara sebagian lagi tampak mampu bersikap tenang dan sudah siap menerima nasib, karena memang sejak awal pertempuran, mereka sudah siap untuk mati. Ada satu hal yang setidaknya membuat mereka mati dengan tenan
Sementara itu dipihak Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal juga ikut bingung melihat kejadian itu, Bintang yang kini tampak tengah diperebutkan oleh ke-4 wanita cantik. Di benak mereka terbersit pikiran, ‘Apa mereka tidak menyadari kalau saat ini tengah berperang’. Hal ini membuat semua orang geleng-geleng kepala melihatnya.Sementara itu, Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terlihat menatap ke arah Bintang dengan tatapan dingin. Lalu Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal maju beberapa langkah kedepan. Seketika keadaan riuh ditempat itu langsung berhenti. Hening. Bahkan keributan kecil diantara Bintang dengan ke-4 gadisnya juga ikut terhenti dan kini mereka ikut menatap kearah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tak ada yang bersuara, semua perhatian tertuju langsung ke arah Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal.Tiba-tiba saja dari pihak seberang, sesosok tubuh melangkah kehadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Dia adalah Jejaka Emas. Jejaka Emas memang sangat kesal melihat keberuntungan Bintang yang dike
“Hai! Utusan Dewa. Kami akan menghentikan peperangan ini bila Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal sudah terkalahkan, tapi bila tidak. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa!” Raja Munaliq Dari Timur memberikan jawaban diiringi anggukan oleh kedua raja jin lainnya, juga para prajurit yang berada dibawah kendali mereka.Apa yang dikatakan oleh Raja Munaliq Dari Timur memang tidak salah. Selama Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal tidak bisa dikalahkan, maka kemenangan akan selalu menjadi milik mereka. Bahkan Sang Hyang Guru Dewa sendiripun tak akan bisa berbuat apa-apa.Kini balik Una Lyn yang terlihat terdiam ditempatnya. Jejaka Emas yang melihat hal itu, segera beranjak maju untuk memberikan tanggapannya.Bleegaarrr!Sebuah suara keras ledakan terdengar keras membahana di tempat itu, begitu kerasnya sampai membuat tempat itu bergetar laksana digoncang gempa skala sedang. Ada yang jatuh terduduk karena tak kuat menahan getaran yang terjadi, tapi masih banyak pula y