Home / Rumah Tangga / Ku Tentukan Takdirku / Bab 33 – Benih Perlawanan (Part 1)

Share

Bab 33 – Benih Perlawanan (Part 1)

Author: Mommy Sea
last update Huling Na-update: 2025-10-15 12:39:01

Pagi itu udara terasa lebih berat dari biasanya. Langit Jakarta mendung, seolah tahu ada badai lain yang sedang disiapkan—bukan di langit, tapi di hati seseorang bernama Alya Baskara.

Sudah dua minggu berlalu sejak keluarga besar membicarakan warisan. Dua minggu sejak Raka mulai menunjukkan ketertarikan yang terlalu berlebihan pada urusan aset keluarga. Dan dua minggu juga sejak Alya menyadari bahwa ia tidak bisa lagi menunggu keajaiban datang.

Ia duduk di depan meja kerjanya di ruang baca, memandangi tumpukan dokumen yang ditinggalkan ayahnya. Semua masih rapi, tapi Alya tahu, rapuhnya kepercayaan bisa menghancurkan segalanya dalam semalam.

Di sebelah map-map itu, tergeletak sebuah kartu nama lusuh dengan tulisan kecil:

“Arif Setiawan, S.H. — Notaris & Konsultan Hukum.”

Nama yang dulu sering disebut ayahnya dengan rasa hormat.

Alya menarik napas panjang. Ia tahu langkah berikutnya berisiko, tapi lebih berisiko lagi jika ia terus diam.

Ia meraih ponselnya, menekan nomor yang sudah ia
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 46-Pertengkaran Hebat (Part 2)

    Hujan turun deras malam itu. Rintiknya menampar kaca mobil, menciptakan ritme tak beraturan yang seolah mencerminkan isi kepala Alya — berantakan, tapi jernih di satu titik: ia sudah tidak mau diam lagi. Mobil berhenti di halaman rumah. Lampu depan menyorot wajah Alya yang dingin. Ia membuka pintu tanpa menunggu Raka, melangkah masuk dengan payung kecil yang tadi ia ambil di teras rumah mertuanya. Suara langkah sepatu Raka menyusul di belakang, keras, terburu, penuh kemarahan. Begitu pintu rumah tertutup, Raka langsung bersuara tajam, “Kamu puas sekarang, Alya? Puas mempermalukan aku di depan orang tua?” Alya tidak menoleh. Ia meletakkan payungnya di rak, melepas selendang basah, lalu berkata tenang, “Aku nggak mempermalukan siapa pun. Kamu yang melakukannya sendiri.” “Jangan berbalik kata!” Raka membentak. “Kamu sengaja bicara seperti itu biar mereka simpati sama kamu!” Alya akhirnya berbalik, menatap suaminya dengan sorot mata yang tidak lagi lembut seperti dulu. “Aku nggak bu

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 45-Pertengkaran Hebat (Part 1)

    Suara denting sendok dan gelas berpadu dengan tawa ringan memenuhi ruang makan keluarga besar Baskara. Di atas meja panjang, hidangan tersaji lengkap — mulai dari sop buntut, sate lilit, sampai kue favorit Ibu Baskara. Semua tampak seperti reuni keluarga yang damai dan bahagia. Namun bagi Alya, suasana itu seperti panggung sandiwara yang nyaris selesai. Raka duduk di ujung meja, tersenyum sopan, berbicara seolah segalanya masih sempurna. “Alya sekarang sibuk ngurus rumah dan bantu urusan yayasan, ya, Ma,” katanya sambil melirik sekilas. Senyum itu terasa dingin bagi Alya, seperti senyum seseorang yang sudah menyiapkan pisau di balik meja. Ibu Baskara mengangguk puas. “Bagus, Nak. Kamu memang cocok jadi pendamping Raka. Keluarga kita butuh perempuan tenang seperti kamu.” Alya hanya tersenyum. Ia tahu, di balik pujian itu, Ibu Baskara tidak tahu apa-apa tentang retakan yang mulai muncul di rumah tangga mereka. Namun retakan itu tidak akan lama lagi tersembunyi. Semua dimulai dari

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 44-Bisnis Gelap (Part 2)

    Malam berikutnya, rumah itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Alya duduk di ruang tengah, lampu sengaja dibiarkan redup. Raka sudah pergi lagi — katanya, ada rapat mendadak di luar kota. Tapi Alya tahu, setiap “rapat mendadak” selalu berarti sesuatu yang lain. Ia membuka laptopnya, menatap deretan angka dan nama perusahaan di layar. "Arjuna Global", "Bima Logistics", dan satu nama baru yang baru saja dikirimkan oleh Pak Wisnu: "Hantera Group". Ketiganya terhubung dalam rantai transaksi yang rumit — seperti jaring laba-laba yang rapat tapi beracun. Di pojok bawah email itu, ada satu kalimat tambahan dari Pak Wisnu: > “Saya curiga, Hantera Group digunakan untuk menyalurkan dana hasil proyek fiktif. Ada kemungkinan besar Raka terlibat langsung.” Alya menghela napas panjang, menggenggam mug tehnya yang sudah dingin. “Jadi ini alasan kamu kelihatan tenang, Rak…” gumamnya lirih. “Karena kamu pikir semua orang bisa kamu kendalikan.” Ia menatap layar dengan mata tajam. Kali ini, ia

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab43-Bisnis Gelap (Part 1)

    Sudah tiga hari Alya memperhatikan perubahan sikap Raka. Sejak “amplop rahasia” itu ia temukan, lelaki itu menjadi lebih pendiam, mudah tersentak, dan setiap kali menerima telepon, ia berjalan menjauh, berbicara dengan suara rendah. Alya tidak lagi mencoba mencari tahu secara langsung. Ia tahu, semakin ia pura-pura tidak peduli, semakin ceroboh Raka bertindak. Pagi itu, saat menata bunga di taman belakang, Alya mendengar percakapan samar dari ruang kerja. Suara Raka terdengar tegang. > “Nggak bisa sekarang. Kita tunggu dulu situasinya aman.” “Jangan sebut nama saya di laporan itu, paham? Alya mematung di balik kaca jendela, pura-pura fokus pada bunga yang ia siram. Kalimat itu hanya dua potong, tapi cukup untuk membuat pikirannya berputar. Laporan? Nama disembunyikan? Apa yang sebenarnya disembunyikan Raka selama ini? Siangnya, Alya berkunjung ke galeri seni milik temannya, Dini — seorang kurator yang juga dulu sering berurusan dengan ayahnya. Ayah Alya, semasa hidupnya, di

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 42-Jejak Perselingkuhan (Part 2)

    Keesokan paginya, rumah mereka terasa lebih sepi dari biasanya. Tidak ada obrolan ringan seperti dulu, tidak ada tawa, hanya suara sendok dan piring yang saling beradu di meja makan. Raka duduk di seberang Alya, memainkan sendoknya dengan resah. Alya menyibukkan diri dengan sarapan, gerakannya tenang dan rapi—seolah tidak terjadi apa-apa semalam. “Kayaknya kamu akhir-akhir ini sering keluar sendiri ya,” tanya Raka akhirnya, mencoba terdengar santai. Alya menatapnya sekilas, lalu tersenyum tipis. “Kenapa? Aku juga butuh udara segar, Rak. Bosan di rumah terus.” Raka tertawa kecil, tapi tawa itu terdengar canggung. “Iya sih. Cuma heran aja, kamu sekarang banyak kegiatan.” “Orang yang kehilangan dua orang tuanya dalam waktu berdekatan pasti perlu kegiatan baru,” jawab Alya lembut, tapi ada sesuatu di balik nada itu—sesuatu yang membuat Raka menunduk sejenak. Ia tak tahu kenapa, tapi akhir-akhir ini, tiap kali Alya bicara, hatinya justru tidak tenang. Ada sesuatu di balik ketenangan

  • Ku Tentukan Takdirku    Bab 41– Jejak Perselingkuhan (Part 1)

    Pagi itu langit Jakarta tampak sendu. Gerimis kecil menetes di jendela kamar, menciptakan suara ritmis yang menenangkan, seolah alam sedang bersekongkol memberi ruang bagi Alya untuk berpikir. Ia duduk di meja rias, menatap bayangannya sendiri di cermin. Wajahnya tampak tenang, tapi mata itu… menyimpan badai yang sedang menunggu waktu untuk meledak. Beberapa hari terakhir, ia terus memperhatikan setiap gerak-gerik Raka — dari cara ia menjawab telepon, ekspresi wajah ketika pesan masuk, sampai nada suaranya yang berubah setiap kali menyebut “proyek”. Dulu, Alya mungkin tak akan memedulikannya. Ia percaya, terlalu percaya, bahwa cinta berarti tidak menaruh curiga. Tapi setelah semua yang ia alami, kepercayaan kini bukan lagi bentuk kasih, melainkan kelemahan. Ia menarik napas panjang, menatap cermin sambil berbisik pada diri sendiri, > “Hari ini… aku ingin tahu kebenarannya." Raka sedang bersiap untuk berangkat ke kantor. Ia tampak terburu-buru, dasi di tangan, wajah sedikit tega

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status