Krrriiinnggg...Suara alarm berbunyi nyaring di kamar cowok tampan itu. Dengan masih setengah sadar dia meraih jam weker di atas meja kecil di samping tempat tidurnya dan langsung mematikannya. Terlihat pukul 05.30 segera dia bangkit dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi.setelah bersiap-siap dia pun segera mengambil kunci sepeda motor dan berjalan keluar rumah, di tengah langkahnya terdengar suara memanggil." Fikri, sarapan dulu nak! " Ajak ibu Rani yang sudah pulang dari rumah saudaranya." Tidak. " Jawabnya dengan dingin dan melanjutkan langkahnya. Tanpa menoleh sedikit pun pada wanita yang mengajaknya berbicara. Sesampainya di luar rumah dia menyalakan motornya dan segera berangkat ke sekolah.Hari ini seperti biasa dia berangkat ke sekolah dengan cepat. Tetapi secepat-cepatnya dia ada yang selalu mendahuluinya sampai ke kelas. Dia adalah Zahra, Zahra memang murid yang paling teladan di sekolah
Malam ini... Cahaya rembulan menemaniku ...Mengungkap wajahnya... Di balik tabir hati Yang selalu ku samarkan Perlahan...Ku uraikan perasaan yang terpendam Mengalirkan cerita pada sang maha cinta Tentang dia Yang hadirnya tersimpan indah Dalam rajutan jiwa Gemerlapnya bintang-bintang Hanya nampak di malam hari Berperasaan yang kini terpendam Yang menyalakan lampu cintanya Di sunyinya malam dalam doa Mencintaimu dalam sunyi Itulah caraku Membiarkan kesunyian ini datang Dan kau pun menyapa dalam angan Malam itu satu puisi tercipta dari seorang cowok tampan yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta? Entahlah. Dia pun belum tahu apa nama perasaan yang kini ia rasakan. Yah... hari ini dengan pembicaraan di perpustakaan tadi pagi di sekolah bersama Zahra membuatnya semakin kagum pada gadis cantik itu. Menurutnya Zahra begitu bijak, ia memiliki pemikiran yang dewasa. Tidak sama sepertinya yang masih bersikap kanak-kanak. Melalui nasehat Zahra tadi sedikit banyak telah membuka m
Sama seperti hari-hari yang lain Fikri berangkat ke sekolah cukup pagi, ya... tanpa sarapan, padahal pagi ini Bu Rani mengira bahwa Fikri akan sarapan bersama dia dan ayahnya lagi sama seperti malam tadi, tapi ternyata tidak. Fikri berangkat ke sekolah dengan awal seperti sebelumnya. Setiap pagi Fikri selalu ingin datang lebih awal, karena dia yakin pasti Zahra sudah ada di sekolah sekarang. Dan jika beruntung ke rumah dia bisa berbicara dengan Zahrah. Hari ini dia begitu semangat untuk berangkat ke sekolah, dia ingin mengatakan kepada Zahra bahwa dia sudah mulai belajar untuk menerima semuanya. Dia ingin mengatakan kalau dia berjanji akan berubah menjadi pria yang lebih baik lagi. Dan ada sesuatu hal yang lain yang ingin diungkapkan. Dengan terburu-buru dia melaju bersama sepeda motornya kembali menaikkan km sepeda motor yang ia bawa, karena pada saat itu jalan raya masih cukup sepi. Jadi Fikri berpikir mungkin tidak masalah jika ia membalas sedikit. Melaju dengan kecepatan 80 km/ja
Sesampainya di rumah sakit orang tua Fikri pun segera mencari ruangan anaknya, dan segera menuju ke sana. Dibukanya pintu ruang ICU itu dengan tidak sabaran. Dan terlihatlah Fikri yang sedang terbaring lemah dengan selang infus di tangannya, perban pembalut di kepala depan dekat dahinya, dan beberapa perban lagi di kaki dan tangannya. Pak Kusuma dan Ibu Rani sangat sedih melihat keadaan anak mereka sekarang. Ibu Rani duduk di samping tempat tidur Fikri yang masih belum sadar, memegang tangan cowok yang sudah dianggap seperti anak kandungnya itu, dan terlihat air mata kini menghiasi pipinya. Bagi orang tua, rasa sakit yang sangat besar adalah ketika melihat anaknya sakit. Dan seperti itulah yang kini dirasakan oleh Pak Kusuma dan Ibu Rani. Keesokan harinya, kabar tentang Fikri sampai di sekolah. Ibu Asnia sendiri yang memberitahukan kepada anak-anak kelas XII IPA 1. mereka semua sangat terkejut mendengar bahwa Fikri kecelakaan, begitu pun dengan Zahra. Ketika i
Semalaman ibu Rani terus menjaga Fikri, ia belum tidur sama sekali, menunggu anak yang membencinya itu sadar. Pak Kusuma sudah berulang kali menyuruhnya tidur, tapi ibu Rani tetap bersikeras menjaga Fikri. Saat tengah malam tepatnya pukul 01.45 Ibu Rani yang sedang membaca ayat suci Al-Qur'an di bawah sebelah tempat tidur Fikri terkejut saat sayup-sayup mendengar suara anaknya itu. "Airrr... aairrr... " Ibu Rani segera menoleh dan berdiri dari tempatnya duduk. "Fikri, kamu sudah sadar nak." Ibu Rani begitu senang Fikri telah membuka matanya walaupun masih terlihat sangat lemah. "A...aair.." Terdengar suara Fikri terbata-bata. Ibu Rani dengan cepat segera mengambil air di atas meja yang berada di samping tempat tidur Fikri. Perlahan dia mengangkat kepala Fikri dan meminumkannya air. Setelah meminum air yang diberikan oleh Ibu Rani dia menjadi lebih tenang sekarang. Ibu Rani segera membangunkan Pak Kusuma yang tidur di lantai bawah dengan karpet. "Pa...pa bangun, Fikri sudah sada
"Iya Fikri papa menikah dengan ibu Rani itu karena permintaan Mama kamu sendiri, Mama kamu bilang sama papa kalau Ibu Rani itu adalah perempuan yang baik. Ia akan menyayangi kamu seperti anaknya sendiri. Mama kamu mempercayakan Ibu Rani untuk keluarganya nak, Ibu Rani awalnya juga tidak setuju dengan ini semua begitupun dengan papa Fikri, tapi papa tidak bisa menolak permintaan dari mama kamu begitupun dengan ibu Rani. Itulah alasan papa menikah dengan ibu Rani. " Terlihat bulir-bulir bening jatuh membasahi pipi cowok tampan itu. Kini dia tahu alasan papanya menikah dengan ibu Rani, bukan karena bapaknya sudah tidak sayang lagi dengan almarhumah mamanya tetapi ini semua adalah permintaan dari almarhum mamanya sendiri. Fikri sangat menyesal selama ini telah memperlakukan Ibu Rani seolah-olah dia adalah orang asing yang datang ingin mengambil posisi mamanya. Setelah kejadian ini dia berjanji tidak akan melakukan hal yang sama lagi. ia berjanji akan menerima semuanya. *** "Assalamualai
Malam ini Bu Rani begitu antusias membuatkan makanan kesukaan Fikri. Ketika semuanya sudah siap dia pun berjalan menuju kamar Fikri untuk memanggilnya makan. Tetapi baru beberapa langkah kakinya berjalan, terlihat Fikri sudah berjalan menuju meja makan. "Mama baru aja mau panggil kamu makan nak." Kata Ibu Rani. "Iya mah, ini Fikri mau makan." Spontan Ibu Rani dan Pak Kusuma terkejut saat mendengar kalimat 'ma' dari Fikri. "Kita duduk ya, Mama sudah masakin makanan kesukaan kamu." Kata Ibu Rani sembari mengambilkan makanan untuk Fikri, menuangkannya di atas piring berwarna kecoklatan itu lalu memberikannya kepada Fikri. "Hhmm... sebelum kita makan, aku mau bilang sesuatu ke papah dan mamah. " Kata Fikri serius. "Kamu mau bilang apa nak?" Tanya Ibu Rani. "Aku mau minta maaf sama mama dan papa atas sikapku selama ini. Aku minta maaf Pah. " Sambil melihat kearah Pak Kusuma. "Aku sudah buat papa kecewa, aku sudah buat papa selalu dipanggil ke sekolah karena aku bertingkah nakal disa
"Zah, aku suka sama Fikri."Saat itu mereka sedang berada di rumah Zahra belajar bareng, tapi sekarang Zahra malah dibuat terkejut dengan pengakuan Dewi kalau dia suka kepada Fikri. Rasanya seperti ada yang menghantam dirinya sehingga ia tidak bisa berkata apa-apa. Bibirnya seketika membisu mendengar kata itu terucap dari mulut sahabatnya. Dipaksakan nya untuk mengukir sebuah senyum di bibirnya seolah ingin mengatakan aku baik-baik saja."Apa dia juga suka ya sama aku? Zah, kamu kok cuma diam sih?" Dewi menyikut tangan Zahra. Zahra yang saat itu sedang berusaha menenangkan hatinya dibuat terkejut oleh dewi."Zah, kok bengong sih?""Eh, kenapa Dewi? " Zahra terlihat salah tingkah."Aku bilang, Fikri suka tidak ya sama aku? Dari awal dia masuk ke kelas kita sebagai siswa baru, aku langsung suka padanya. Dia itu sangat tampan. ""Jadi kamu suka sama Fikri karena