Share

157.

Author: Rosemala
last update Last Updated: 2025-09-18 23:50:37

Dengan panik Gladys berlari ke arah lift. Entah kekuatan dari mana kakinya bisa bergerak cepat. Suaranya parau bergetar saat memanggil sahabatnya.

“Monica! Monica, tunggu!”

Namun Monica yang sudah berdiri di depan lift tampak sibuk menempelkan ponsel di telinga. Ia tidak mendengar teriakan Gladys. Pintu lift terbuka, tubuhnya masuk dengan tenang, lalu pintu itu menutup rapat sebelum Gladys sempat menyusul.

Gladys terhenti tepat di depan pintu logam dingin itu, napasnya memburu, air matanya tumpah lagi tanpa bisa dikendalikan. Tangannya menempel di pintu lift, tubuhnya gemetar hebat.

Tyo mendekat, bingung. “Gladys, apa yang sebenarnya kamu pikirkan?”

Gladys menoleh dengan wajah pucat, matanya merah penuh air. Suaranya bergetar lirih, hampir seperti bisikan.

“Tyo… aku rasa Monica tahu sesuatu tentang Gavin.”

“Maksudmu?” kening Tyo berkerut.

“Monica tidak punya bayi. Ia sudah menikah tiga tahun tapi belum mengandung juga. Dan tadi dia membawa perlengkapan bayi. Bukankah itu mencurigakan?
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Iis istiana
kerjasama dgn rafael tu
goodnovel comment avatar
sevenseasof7
kl botol susu masih hangat. mungkin ngumpet ke kamar Rafael???
goodnovel comment avatar
Davina
Ya Allah KK rose ...bikin sesak nafas yg baca
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   236

    Santi menjerit. Suaranya memecah udara seperti kaca yang dilempar dari ketinggian.Wajahnya merah, matanya membelalak liar saat tangannya tiba-tiba merebut map cokelat dari tangan Gladys.“Cukup!” serunya parau. “Kalian semua jahat! Kalian tega menyakitiku, padahal aku hanya wanita tua yang miskin!”Kertas dan foto-foto berhamburan ke lantai. Gladys refleks mundur, matanya membulat, tak sanggup berkata-kata.Santi memunguti lembaran-lembaran itu dengan tangan gemetar, lalu menatap Metha dengan sorot mata penuh kebencian.“Kau!” tudingnya dengan jari bergetar. “Kau iri padaku, ya?! Kenapa, Metha? Padahal kau punya segalanya. Rumah, uang, anak, dan nama baik! Tapi tetap saja kau haus penghormatan, sampai tega menjatuhkan aku begini!”Metha tidak langsung menjawab. Ia hanya berdiri tegak, matanya memandangi Santi yang histeris, seperti seseorang yang sudah terlalu lama lelah menahan amarah.Tyo tampak tegang di belakangnya, tapi ia tidak bergerak. Ia tahu, ini bukan lagi tentang dirinya.

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   235

    Udara di ruang tamu itu menegang. Tak ada suara selain detak jam dinding yang terasa begitu keras di antara keheningan. Santi berdiri kaku di tempatnya, tangannya meremas ujung selendang yang menutupi leher. Wajahnya tampak tegang, nyaris pucat, tapi hanya Tyo yang menyadari itu.Gladys, yang berdiri di tengah, menatap map cokelat di tangannya. Matanya menatap Tyo sejenak, mencari penjelasan yang tak pernah muncul.“Kuatkan dirimu, Sayang,” ucap Tyo pelan, suaranya dalam namun penuh makna.Semua orang diam. Bahkan napas terasa berat untuk dihela. Hanya tangan Gladys yang bergerak perlahan, membuka penjepit map itu dengan ragu. Suara gesekan kertas terdengar seperti pisau yang mengiris udara.Kening Gladys berkerut ketika membuka map tersebut. Di dalamnya, beberapa lembar foto tua tergeletak rapi. Warnanya mulai memudar, tapi bayangan wajah di sana masih jelas, seolah waktu berhenti di momen itu.Perlahan, ia menarik satu foto paling atas. Seorang perempuan muda berdiri di tepi pantai,

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   234

    Udara pagi di rumah itu terasa berat. Bahkan suara burung yang biasanya riuh di halaman pun terdengar enggan bersenandung. Cahaya matahari yang menerobos tirai tampak redup, seolah ikut menahan napas.Di ruang tamu, sebuah ransel kecil teronggok di samping kursi. Santi dan Susan berdiri di sana, wajah mereka tegang, tangan saling menggenggam, namun di balik tatapan gugup itu terselip keputusan yang tak bisa dibatalkan.Gladys memandangi keduanya dengan ekspresi sulit ditebak. Matanya sembab, lingkar hitam tampak jelas di bawahnya. Tubuhnya lelah, tapi suaranya tetap tenang.“Jadi kalian benar-benar mau pergi?” tanyanya lirih, hampir tanpa intonasi.Santi mengangguk perlahan. “Iya, Gladys. Kami rasa… sudah saatnya. Kami nggak mau jadi beban kamu. Kami juga nggak mau jadi gangguan di rumah tangga kamu. Apa pun yang terjadi antara Nak Tyo dan Susan, biar Tuhan yang menilai.”Susan menunduk. Bibirnya bergetar seolah menahan tangis, tapi air mata itu tak benar-benar jatuh. Dalam hatinya ju

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   233

    Cahaya lembut menembus tirai kamar, jatuh di wajah Tyo yang masih tampak pucat. Seluruh tubuhnya terasa berat, seolah setiap uratnya menolak untuk digerakkan. Kelopak matanya terbuka perlahan, napasnya tersengal sebelum akhirnya teratur. Pandangannya buram sesaat, sebelum akhirnya fokus pada sosok perempuan paruh baya yang duduk di tepi ranjang.“Mama…” Suaranya serak, nyaris hanya berupa bisikan.Metha tersenyum haru, matanya berkaca-kaca. “Kamu sudah sadar, Nak…” katanya pelan, lalu menggenggam tangan Tyo erat-erat. “Syukurlah, kamu sudah sadar.”Namun, bukannya menanyakan keadaannya sendiri, Tyo justru buru-buru menatap sekeliling, mencari sesuatu—atau seseorang. Napasnya memburu lagi, dan dengan suara parau ia berkata, “Gladys mana, Ma?”Metha menatapnya kaget. “Ada, tapi kamu baru sadar. Istirahat dulu. Jangan dulu memikirkan yang lain.”Tyo menggeleng lemah. “Aku harus ketemu Gladys. Tolong panggil dia, Ma. Aku mau bicara.”Nada suaranya memohon. Ada gentar, ada cemas, tapi juga

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   232

    Metha menatap Santi dengan sorot mata yang menusuk. Napasnya berat, tapi tatapannya tajam seperti bilah pisau yang siap menebas siapa pun yang menentangnya.“Kenapa?” suaranya dingin dan rendah. “Kamu juga mau saya tampar, Santi?”Santi sontak memundurkan tubuhnya, wajahnya pucat pasi. Namun nada suaranya tetap meninggi, berusaha menutupi rasa takut yang jelas bergetar di ujung kata.“Saya tidak terima anak saya diperlakukan seperti ini, Bu Metha! Kenapa, Bu?!”Metha mengangkat dagunya sedikit, senyum sinis mengembang di wajahnya. “Kenapa?” Suaranya bergetar karena amarah yang ditahan. “Kamu masih bertanya kenapa setelah apa yang terjadi pada anak saya?”Santi menatapnya dengan pandangan tertantang. “Kalau Ibu mau tahu,” katanya cepat, “justru Susan korban di sini! Dia yang hampir… hampir dinodai oleh anak Ibu!”Seketika udara di ruangan seolah membeku. Metha terdiam sejenak, menatap Santi lama, seolah tak percaya kata-kata itu bisa keluar dari mulut seorang ibu. Kemudian tawa dingin

  • Kuasa Rahasia Suami Dadakanku   231

    “Bu Metha….”Suara dokter keluarga itu lembut tapi terdengar hati-hati, seolah setiap kata harus dipilih dengan cermat agar tidak memperburuk suasana.“Kami sudah melakukan pertolongan pertama. Untuk saat ini, keadaan Mas Aksa stabil, tapi beliau belum sadar.”Metha duduk di tepi ranjang, jari-jarinya menggenggam ujung selimut putih yang menutupi tubuh anaknya. Tyo terbaring lemah di sana, wajahnya pucat, rambutnya masih lembap, napasnya berat tapi teratur. Di sela kelopak matanya yang terpejam, masih tampak guratan tegang, seolah tubuh itu belum benar-benar tenang dari penderitaan yang baru saja terjadi.Selang oksigen menempel di hidungnya, dan di ujung pergelangan tangan, jarum infus tertanam, menyalurkan cairan bening yang menetes perlahan.“Dok, sebenarnya apa yang terjadi padanya?” Suara Metha serak, nyaris berbisik. “Dia seperti bukan dirinya sendiri.”Dokter berkacamata yang memeriksa menatapnya dengan raut serius. Ia menurunkan masker, menghela napas pendek sebelum menjawab.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status