Share

Part 04: Pelakor Jumpa Pelakor

Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal

Part 04: Pelakor Jumpa Pelakor

Ayu terkejut mendengar ucapan Meli. "Ja-jadi ka-kamu ini sedang hamil?" tanya Ayu terbata. Mulutnya membulat seperti huruf o.

Meli mengangguk dan tidak berani berkata. 

"Se-serius?" tanya Ayu seolah tidak percaya.

"Iya."

Meli dengan terpaksa mengakui atas kejadian yang sesungguhnya.

Ayu tidak tahu mau berkata apa, seolah lidahnya kelu. Kedua tangannya memijit keningnya, mencoba mencari solusi. Namun, tidak ketemu selain menggugat cerai.

"Mbak! Aku mohon informasi ini jangan sampai kepada ayah dan ibu di kampung. Aku tidak mau mereka risau dan ...."

Meli menjeda ucapannya lalu memijit keningnya dan terus menangis.

"Apa sebenarnya yang kamu kejar dari Aryo?" tanya Ayu. Dia membetulkan duduknya, suasana tegang menyelimuti teras rumah.

Meli bergeming, hanya tangisan yang bisa dia perbuat saat ini. "A-aku terpaksa menikah dengan Aryo karena hartanya."

"Karena hartanya membuat kedua bola matamu gelap dan imanmu goyang. Sehingga kesucianmu dia reguk begitu saja kamu merelakannya. Sungguh tipis imanmu, Meli."

Ayu tidak menyangka. Pelan dia menarik napas, lalu menghembuskannya kembali dengan kasar.

"Sudahlah, Mbak. Semua sudah terlanjur basah. Aku memang salah dan betapa mudahnya diriku terlena dengan semua yang dimiliki Aryo. Mulai dari harta juga wajah gantengnya membuat otakku traveling untuk bisa menguasai semua yang dia miliki. Ternyata jalan yang aku tempuh sesat dan menyesatkan."

Dadanya sesak, kini hidupnya sudah hancur akibat ulanya sendiri.

"Kamu harus bangkit! Semua pasti ada hikmahnya," nasihat Ayu kembali memberi semangat.

Ayu memeluk Meli memberikan rasa empati kepada adiknya. Walau bagaimana pun, sehina dan senista apapun Meli, dia itu tetap saudara kandungnya.

'Mbak kira aku menyesal semua yang aku lakukan. Aku bukan wanita lemah dan bodoh, Mbak!' ucapnya dalam hati. Kedua bola matanya membulat ingin balas dendam kepada Aryo.

Ayu dan Meli saling adu pandang, Meli mencoba senyum bahwasanya dia mau bangkit dan tidak lemah.

"Nah gitu dong senyum."

"Terima kasih, Mbak. Aku kira kamu bakalan menjauhiku juga membenciku."

Ayu mengangkat jari manisnya memberi kode untuk damai. Dia melakukan itu agar Meli tidak putus asa menghadapi kenyataan pahit dalam hidupnya.

"Aku tidak seperti yang kamu kira. Oh iya, aku harus segera pulang. Masih ada urusan lain yang harus aku selesaikan."

Meli mengulas senyum atas empati yang diberikan Ayu kepada dirinya.

Ayu beranjak dan berjalan menuju mobil yang parkir. Baru beberapa langkah, Meli berkata, "Mbak, aku salut punya kamu. Jangan lelah untuk menasehatiku. Maafkan aku yang sudah menoreh luka di hatimu.

Ayu berhenti dan senyum. Meli menyalam tangan Mbaknya dan mereka berdua berpelukan kembali. Suasana haru kini hadir di hati mereka berdua.

Ayu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Dia men-stater mobil kemudian menginjak pedal gas.

"Hati-hati, Mbak," ucap Meli sambil melambaikan tangan. 

Baru saja Ayu mau melajukan mobil yang dia setir. Tiba-tiba, mobil milik Aryo masuk pelan ke halaman rumah. Dia heran kenapa ada mobil masuk. 

Mobil yang disetir Aryo berhenti. Aryo mematiman mesin dan membuka seat belt lalu dia keluar dari dalam mobil. Dia berlari keliling menuju pintu samping sambil berkata "Kita sudah sampai sayang," ucap Aryo membuka pintu mobil.

Meli dan Ayu mengarahkan pandangannya ke arah Aryo yang baru saja membuka pintu dan berkata sayang.

"Sayang," ucap Meli dan Ayu serentak.

Alia membuka seat belt dan keluar dari dalam mobil disambut mesra Aryo. Alia turun dari dalam mobil laksana primadona. Gaun yang melekat pada tubuhnya sangat memukau dan seirama dengan wajahnya yang cantik. Pria mana yang tidak meleleh melihat wajah ayu dan kemolekan tubuh yang dimiliki Alia.

Meli berjalan menghampiri suaminya juga perempuan yang berada di samping, Aryo.

Plak!

Sebuah tamparan menepis di wajah Aryo.

"Siapa wanita ini, Mas!" amuk Meli diiringi dengan tetesan air mata.

Sementara Ayu diam di dalam mobil. Alia sibuk memainkan gawainya dan merekam kejadian yang terjadi di depan matanya. Meli tidak mengetahui kalau perempuan yang di samping Aryo  sedang live di sosial media berwarna ungu.

"Dia itu calon istriku," jawab Aryo datar. 

"Tega kamu, Mas!" sungut Meli dan tangisnya pecah seketika.

"Aku bukan tega, tapi sanggup melakukan ini karena kau sudah tidak menarik lagi."

Perkataan yang sama Aryo lontarkan kepada Santi pada saat Meli dan Aryo tertangkap basah oleh istri pertamanya.

Hati Meli laksana tersayat belati, kemudian ditetesin perasan air jeruk lemon.

"Ba-bagaimana dengan janin yang ada di dalam rahimku," tanya Meli terbata.

Andai kata air matanya bisa kering, mungkin sudah kering karena tetesan buliran bening sangat deras luruh dari kedua sudut netranya.

"Silahkan urus saja sendiri! Kau itu laksana tebu. Habis manis sepah dibuang. Aku sudah mereguk mahkotamu, lalu aku membuangmu laksana sampah!"

Tiba-tiba, Ayu keluar dari dalam mobil dan menghampiri mereka bertiga.

Plak!

Tamparan kedua mendarat di pipi Aryo. 

Aryo mengelus pipinya dan tidak membalas tamparan yang dia terima.

"Sudah puas kau merusak masa depan, Meli!" amuk Mbak Ayu.

Plak!

Plak!

Aryo diam menerima pukulan yang mendarat di kedua pipinya.

"Sudah selesai tampar menamparnya?" tanya Aryo santai dan tidak ada sama sekali tersulut emosi.

Ayu diam dan berpikir kenapa Aryo tidak ada sama sekali merah padam dan dia seperti tidak berdosa atas semua yang dilakukan olehnya. 

'Rencana apa yang dia pikirkan?' tanya Ayu dalam hati.

Meli masih menangis, pada saat ini hanya menangis yang bisa dia lakukan.

"Tamparan telak yang kalian berikan tidak ada sama sekali sakit jikalau dibandingkan rasa sakit hati yang aku torehkan kepada Meli," ucap Aryo sambil menunjuk Meli.

Darah Ayu mendidih setelah mendengar ucapan Aryo.

"Aku memadu kasih dengan Meli cuma tiga puluh menit, tapi sakit hatinya seumur hidupnya bahkan sampai bayi itu lahir."

Ucapan Aryo menusuk jantung Ayu. Dia tidak menyangka kalau Aryo sangat kejam dan bejat. Pria yang diidamkan dan dibanggakan Meli, ternyata jauh bertolak belakang dengan cerita Meli selama ini. Itu sebabnya dia ikut merestui menikah dengan Aryo.

Aryo menghampiri Meli. "Mulai dari sekarang, kau kutalak dan silahkan angkat kaki dari rumahku ini!"

"Hatimu terbuat dari apa, Mas? Kau itu terlahir dari rahim seorang perempuan dan bisa besar dari air susu wanita yang mengasuh dan merawatmu. Kau kejam ... Sungguh tak kusangka kau sekejam ini!" ucap Meli lirih.

Tidak ada yang menyangka, jika pria di depan Meli bisa sesadis itu.

"Kejam kamu bilang. Itu cuma perasaanmu saja. Atau kamu itu terlalu baper, sehingga kamu berucap sedemikian rupa."

Ayu tidak kuat mendengar ucapan Aryo. Dia mau menyalahkan Aryo sepenuhnya. Namun, tidak akan bisa. Mana mungkin ini terjadi jikalau Meli bisa menjaga diri.

"Lebih baik aku mati daripada menanggung malu," ucap Meli.

"Silahkan! Aku nggak peduli. Perlu kamu ingat! Jika kamu mau bunuh diri jangan di rumahku ini, ok!" bisik Aryo ke daun telinga Meli.

Bersambung ....

Next?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Terima nasibmu mel hahahaha
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status