Share

Part 05: Alia Berhasil Mencelakai Meli

Kubuat Kau Dan Selingkuhanmu Menyesal

Part 05: Alia Berhasil Mencelakai Meli

"Silahkan! Aku nggak peduli. Perlu kamu ingat! Jika kamu mau bunuh diri jangan di rumahku ini, ok!" bisik Aryo ke daun telinga Meli.

"Kamu sungguh kejam, Mas."

"Aku tidak kejam, Meli. Aku hanya memberikan pelajaran bagi kamu yang terlalu ambisi merebut harta kekayaanku."

Kata demi kata yang keluar dari tepi bibir Aryo sangat menyakitkan. Meli menelan saliva, rasanya sangat pahit laksana sepahit empedu.

"Meli, ayo kita pergi dari rumah ini. Aku nggak sudih kau meneruskan pernikahan ini kalau membuatmu tersiksa," ajak Ayu sambil menarik lengannya.

"Bagus! Akhirnya kamu mengangkut sampah dari rumahku. Asal Mbak Tahu, aku menikahi Meli untuk membuktikan tanggung jawabku kepada dia, karena aku sudah terlanjur menyemai benihku ke dalam rahimnya. Untung saja aku masih baik, mau bertanggungjawab."

Mulut Ayu menganga dan berpikir sejenak. 'Benar juga apa yang dikatakan, Aryo. Kalau sempat Meli hamil diluar nikah apa kata netizen. Dia sudah di cap pelakor malah hampir di luar nikah. Walaupun kenyataannya benar,' ucap Ayu dalam hati.

Meli hanya diam dan dirinya tidak menyangka nasib malang menyapa. Perlahan dia melangkah masuk ke dalam rumah dituntun Ayu. Sesampainya di kamar, Meli menyusun bajunya ke dalam koper. Air mata terus mengalir tiada henti.

"Sudahlah! Nggak usah kau tangisi yang telah terjadi. Ambil hikmahnya dan mulai sekarang kamu harus janji merawat janin yang ada dalam rahimmu sampai ia tumbuh dewasa."

Meli tidak menghiraukan perkataan, Mbaknya. Dia terus menyusun baju ke dalam koper. Sementara Aryo dan Alia masih menunggu di teras rumah. Aryo malas masuk ke dalam rumah karena ada Meli dan Ayu di dalam.

"Sayang, sabar iya. Keluar dulu mantan istriku baru kita masuk ke dalam. Nggak enak ada toxic, takut mengganggumu," ucap Aryo sambil mencubit pipi Alia.

"Santai saja, sayang. Aku bakalan setia menunggu dan patuh kepada perintah calon suamiku."

Ucapan Alia membuat Aryo terbang ke angkasa. Hatinya berbunga-bunga laksana anak baru besar masa kini yang tengah memadu kasih di taman.

Alia masik sibuk dengan gawainya. Namun, ia pandai mencuri perhatian Aryo.

Meli dan Ayu keluar dari dalam rumah. Ayu menarik koper milik Meli. Mereka berlalu tanpa ada basa-basi permisi atau menegur Aryo.

"Sayang, hari ini kita mengurus surat ceraimu 'kan? Agar besok kita menikah," pancing Alia. Dia sengaja berkata seperti itu.

Mereka berdua tidak merespon apa yang dikatakan Alia. Ayu membuka pintu bagasi mobilnya lalu memasukkan koper ke dalam. Kemudian ia menutup kembali.

"Jangan menangis lagi, Meli. Pria seperti dia tidak bakalan selamat. Ada karma kok," ucap Ayu sembari melirik ke arah Aryo.

Aryo tidak peduli perkataan, Ayu. Meli dan Ayu masuk ke dalam mobil dan langsung memasang seat belt. Ayu menginjak tuas gas dan melajukan mobilnya, tapi tidak jadi. Mobil Aryo menghalangi jalan menuju keluar.

"Ayo sayang kita masuk!" ajak Aryo kepada Alia.

Meli membuka seat belt dan melangkah keluar dari dalam mobil menghampiri Aryo. "Mas! Tolong mobilmu keluarkan sebentar saja, agar kami bisa lewat."

"Bawa saja mobil itu!" jawab Aryo cuek.

Dia merogoh saku celananya dan mengambil kunci mobil.

"Ambil tuh kuncinya!" balas Aryo sambil melempar ke lantai. "Mobil itu 'kan maharmu. Aku tidak ada hak dengan mobil itu."

Baru saja air matanya kering di pipi, kini jatuh tak tertahankan melihat tingkah mantan suaminya. Dia merasa dirinya laksana sampah tidak berguna.

Ayu menekan klakson, dia sudah terlalu lama menunggu di dalam mobil.

"Mas! Nggak boleh memperlakukan Meli seperti itu," bela Alia.

"Ngapain kamu membela Meli, Sayang!"

Aryo mengerutkan dahi, tidak percaya kenapa Alia membela mantan istrinya.

"Maksud aku nggak boleh seperti itu, tapi lebih sadis daripada itu boleh, sayang. Kalau mau menghajar Meli, kurang greget dan kurang sadis."

Aryo melahirkan senyum, dia tidak menyangka wanita di sampingnya ternyata cerdas. 

"Kamu ada-ada saja, sayang."

"Ayo kita pergi dari sini!" teriak Ayu sambil menarik lengan Meli.

Hidungnya kembang kempis atas tangisannya yang pecah. Sungguh tidak berhati pria yang dia anggap selama ini panutan dalam hidupnya. Setelah Aryo mendapatkan apa yang dia mau, kini dirinya dicampakkan laksana seonggok bangkai.

"Kenapa diam dan mematung, Meli. Jangan kamu tangisi apa yang terjadi!" ucap Ayu kembali.

Meli mengambil kunci mobil yang terletak di lantai. Baru saja dia mengambilnya, Alia menginjak tangan Meli.

"Aw!" ucapnya lirih.

Alia mengukir senyum, dia berhasil menyakiti Meli.

"Dasar wanita jahat!" amuk Ayu. Dia mencoba mendorong tubuh Alia. Namun, Aryo lebih cepat menangkis.

Ayu merasa geram dan kesal karena ada pahlawan tanpa jasa menolong Alia.

"Jangan coba-coba mencelakai calon bidadari syurgaku!" bentak Aryo.

Alia kembali mengulas senyum. "Kamu nggak bakalan berhasil menyakitiku, wahai perempuan tak berguna!" ledek Alia.

Ayu semakin merah padam mendengar hinaan Alia.

"Hei perempuan pelakor! Apa yang dialami Meli saat ini tidak bakalan jauh nanti kamu rasakan. Mungkin pada saat ini kamu merasa di atas, esok kelak kamu laksana seonggok sampah. Bahkan jauh lebih menderita daripada Meli."

Alia bergeming dan menautkan alisnya satu ke atas.

"Kamu belum tahu siapa aku! Hah!" 

Meli berdiri dan mengelus tangannya yang di injak Alia. Sementara Aryo diam laksana menonton adegan teater di taman budaya.

"Aku nggak perlu tahu siapa kamu! Pokoknya kusumpahin kamu bakalan menyesal telah merusak rumah tangga orang. Camkan itu!" seru Ayu memberi sumpah serapah kepada Alia.

Alia santai menghadapi perkataan Ayu.

"Wanita seperti ini yang aku cari. Walaupun dihina seseorang, tidak sedikitpun ia membalas. Terima kasih wahai calon bidadariku."

Aryo mengecup kening Alia. Suasana hati Ayu dan Meli semakin panas.

"Ayo kita pergi dari sini, Meli. Bisa naik darah tinggiku lama-lama meladeni manusia berwujud ...."

Ayu menjeda ucapannya. Dia tidak sanggup melanjutkan perkataannya.

"Terserah mau berkata apa terhadap diriku. Jangan pernah membawa kabur mobilku! Paham!" bisik Alia di daun telinganya.

"Kamu nggak dengar apa kata Aryo. Mobil ini mahar Meli. Kenapa kamu mengakui mobil ini milikmu?" tanya Ayu tidak mengerti teka-teki yang ada.

"Sudahlah, sayang. Kasih saja kunci mobilnya. Besok aku beli mobil baru. Tenang saja! Uangku masih banyak."

Meli melangkah pergi masuk ke dalam rumah. Dia teringat kalau emas maharnya belum sempat diambil, Meli.

"Meli ngapain lagi kamu masuk ke dalam rumah mantan suamimu."

Ayu menghalangi langkah Meli. Namun, dia tidak menghiraukannya.

Meli berlari menuju kamarnya mencari kotak emas. Tidak butuh waktu lama, dia melangkah keluar rumah.

"Ayo kita pergi, Mbak!" ajak Meli.

"Kotak apa itu?" tanya Alia.

Alia menarik tangan Meli. 

"Bukan urusanmu! Lepaskan ... dan biarkan aku pergi!"

Akhirnya Alia membiarkan Meli pergi begitu saja.

Bersambung ....

Next?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status