Share

Pertengkaran

Bayu masih terus berpikir keras. Harusnya dia sedang menikmati indahnya memiliki istri dua. Namun, pria berbadan kekar itu tidak puas karena mendapati sang istri muda sudah tidak perawan lagi.

Moodnya hancur seketika. Namun, sang ibu terus mendesak agar segera memberikannya seorang anak. Sengaja sepulang dari luar kota, Rahayu menemui sang anak di kantornya. 

Wanita lima puluh tahun itu masih terlihat anggun. Terkadang, dia sendiri merasa tidak enak dengan Asti, tetapi mereka ingin memiliki keturunan dari anak laki-laki mereka.

"Mi, sendiri?"

"Iya, Papi langsung ke kantor cabang lagi. Mami mau bicara," ucap Rahayu.

"Bicara apa, Mi.?" tanya Bayu. 

Pria itu sejujurnya sudah tahu apa yang akan dibicarakan sang ibu. Pasti tentang seorang cucu. Bayu mendesah pelan, lalu menyandarkan tubuh di sofa.

"Kamu sudah mencoba memberikan Mami cucu, kan?"

"Iya, Mi." 

Benar, Rahayu hanya ingin bertanya hal itu. Setelah itu, wanita berbaju cream itu pamit pulang. 

Bayu terus saja memutar otak. Antara niat dan tidak niat. Namun, saat malam pertama pria itu belum terpuaskan oleh Mawar. 

Dalam bimbang, pria itu memilih pulang ke rumah. Walaupun dia tahu di sana pun dia tidak akan tenang mendengar pertengkaran Mawar dan Asti.

***

Sesampainya di rumah, Bayu disambut manis oleh istri keduanya. Mawar memang lebih muda dari Asti, dan pastinya lebih menarik. 

Mawar mencium punggung tangan Bayu. Dia melakukan itu karena ingin mengambil hati suaminya. Kata ibu mertuanya, harus melayani Bayu agar pria itu lebih luluh padanya.

"Minum, Mas." Mawar memberikan teh hangat. 

"Makasih." 

Karena memang haus, Bayu meminum teh hangat buatan Mawar. Wanita berbaju hitam itu menuntun suaminya untuk ke kamar mereka.

Kesempatan Mawar karena Asti sedang tidak ada di rumah. Selesai mandi, Bayu merasakan tubuhnya masih saja gerah. Namun, dirinya kembali mengguyur tubuh. Akan tetapi tetap saja panas.

Saat ke luar kamar mandi, dia menatap Mawar dengan balutan baju transparan. Jantungnya berdegup kencang, mengapa gairahnya begitu besar melihat kemolekan istri keduanya. 

Mawar senang karena berhasil membuat sang suami bergairah. Obat yang dia campurkan di teh Bayu berhasil membuat pria itu menyentuhnya.

Kecupan lembut, membuat Mawar bahagia. Kemudian Bayu meneguk Cawan yang disuguhkan sang istri kedua. Kali ini tanpa merasa cangging, Mawar merasa menang.

Bayu menjatuhkan tubuhnya yang kelelahan. Dia tidak menyangka kenapa bisa menyentuh Mawar lagi. Dan, rasanya berbeda seperti malam kemarin. Jiwanya bergejolak begitu dasyat. 

Bayu merasa bingung dengan diri sendiri. Namun, apa yang harus disesalkan karena memang Mawar adalah istrinya. Semoga saja harapan kedua orang tuanya bisa segera tercapai. 

Cucu pertama dari anak pertama yang sangat mereka tunggu. Namun, Bayu tidak bisa memberikan dari istri pertamanya.

"Mas, makasi. Semoga kita bisa wujudkan harapan Mami dan Papi, ya?"

"Iya."

Mawar tersenyum puas kali ini. 

'Awas aja kamu, Teh. Kalau aku hamil, akan kusingkirkan kamu perlahan.'

***

Sementara, Asti pulang dari salon. Wajahnya terlihat berseri. Namun, kembali masam saat melihat Bayu bersama Mawar ke luar dari kamar bersama.

Apalagi melihat rambut Mawar yang basah. Asti segera melangkah ke dapur untuk mempersiapkan makan malam. 

Dibantu Ayumi, Asti merapikan makanan yang dia beli ke dalam wadah makan. 

Sepulang dari salon dia mampir ke soto ayam kesukaan kedua mertuanya. Dia berpikir jika memasak tidak akan cukup waktu, lebih baik beli masakan jadi. 

"Teh, tambah cantik, sih.

"Pujian kamu nggak ngaruh. Kesel, lihat Aa Bayu keluar dari kamar bareng Mawar. Basahan pula rambutnya."

Ayumi merasa tidak enak. Seharusnya Kakak iparnya dipuji Bayu. Karena ulah pelakor itu, Asti menjadi tidak mood. Dirinya tidak bisa membayangkan sang suami mencumbu madunya. 

"Tumben kamu nggak masak?" tanya Rahayu.

"Ada keperluan ke luar, Mi. Jadi aku beli soto saja." Asti menjawab, lalu tangannya gesit menyiapkan piring makan untuk kedua mertuanya.

"Wah, soto kesukaan Papi. Tahu aja Asti, Mih," ucap Dani.

Tidak lama Mawar dan Bayu datang. Masih saja sang madu mengapit mesra suaminya. 

"Ti, kok Aa nggak diambilin?"

"Tuh di samping Aa ada istri kedua Aa. Minta tolong sama dia, jangan cuma ngegelendot di tangan. Nggak punya malu di depan orang banyak masih aja begitu."

Mawar langsung melepas tangannya dari lengan Bayu. Merasa risih dengan sindiran Asti, Mawar langsung mengambilkan nasi untuk Bayu. 

"Asti, jangan seperti itu sama Mawar. Nanti dia tidak betah di sini," ucap Rahayu.

"Bagus, dong, Mi. Biar dia tahu kalau pelakor nggak ada tempat di rumah ini." Asti menjawab tegas ucapan ibu mertuanya.

"Aku bukan pelakor, tapi aku dipilih Mami untuk menjadi istri kedua Aa Bayu." Mawar melakukan pembelaan.

"Kalau bukan pelakor apa namanya? Kenapa harus suamiku yang menikah dengan dia Mih? Kalau Papi nikah lagi, apa Mami setuju?" 

Wajah Rahayu memerah mendengar ucapan menantu pertamanya. Dia meradang, langsung menggebrak meja.

"Kurang ajar kamu Asti!"

"Sudah, Mi. Asti, sudah diam kamu." Bayu mencoba merelai.

"Kalian jangan berdebat, Papi jadi tidak selera makan." Handono bangkit dari kursi, lalu meninggalkan meja makan.

Mereka bergeming. Namun, Asti sama sekali tidak ingin disalahkan. Sementara, Bayu merasa serba salah.

"Bay, urusi istrimu itu."

Rahayu mengikuti sang suami untuk pergi dari meja makan. Dirinya kesal dengan sindiran Asti.

"Ti, Aa mohon, jaga sikap kamu sama Mami."

"Kalau Aa tegas menolak wanita itu, Asti akan lebih sopan sama Mami."

"Teh, kalau nggak sopan seperti oti, nanti teteh dipecat jadi menantu, gimana?" Mawar kembali menimpali.

"Iya, maunya kamu, kan? Sebelum aku yang tersingkir, lebih baik aku singkirkan kamu dulu." Asti mengancam Mawar.

Mawar langsung diam saat mendengar ucapan Asti. Bayu begitu emosi saat ini. Asti tidak bisa menjaga ucapannya di depan sang ibu.

Bayu terus berpikir ucapan Asti. Pria itu hanya ingin berbakti pada ibunya.

"Kalau berbakti bukan seperti itu. Aa punya sikap, bisa menolak. Apa memang Aa yang senang menikah lagi dan mendapat perawan?"

"Asti!"

"Tapi sayang, Aa kecewa, ternyata perawan yang Aa ingin, hanya perawan bolong!"

Wajah Bayu memerah menahan amarah. Dari mana Asti tahu jika Mawar sudah tidak perawan lagi?

Bersambung ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status