Mawar merebahkan tubuh di sofa. Tubuhnya semua terasa sakit, menyapu dan mengepel adalah pekerjaan terberat yang dia lakukan. Selama hidup ia tidak pernah melakukan pekerjaan rumah tangga.
Rumah luas milik mertuanya membuat dirinya kelelahan. Padahal dia ingin pergi ke salon untuk memanjakan diri. Namun, Asti memberikannya sapu dan alat pel, terpaksa dirinya harus melakukan pekerjaan itu.
Dia merutuk diri sendiri karena tidak bisa melawan Asti dengan tegas. Dia kembali berpikir untuk kabur saja.
Mawar beranjak cepat agar Asti tidak melihat dirinya pergi, gegas dia mengambil tasnya, lalu pergi ke salon. Tanpa memberitahukan pada ibu mertuanya.
Sementara, Asti dan Ayumi bersembunyi di belakang kulkas memperhatikan Mawar yang bersikap seperti maling.
"Lihat saja, Teh. Dia nggak bakal betah di sini. Makanya, Teteh buruan punya anak. Jangan mau kalah sama perawan bolong itu," ujar Ayumi.
"Perawan bolong?" Asti tidak mengerti dengan apa yang diucapkan sang ipar.
"Kata temenku, Mawar mah perempuan nggak baik. Sering gonta-ganti cowok. Cuma Teteh diam aja, ya," pinta Ayumi.
"Iya, Yum."
Sepersekian detik Asti tertawa memikirkan saat Bayu tahu kalau Mawar sudah tidak perawan. Pantas saja dari kemarin pria itu uring-uringan, dan terus mengejarnya. Pasti sang suami malu mengatakan hal sebenarnya.
Malahan, semalam tidur bersamanya. Asti pikir, mungkin Bayu sudah tahu kalau wanita itu tidak perawan lagi. Maka dari itu memilih tidur bersama dirinya. Senjata makan tuan.
"Teh, kenapa ketawa?" tanya Ayumi.
"Ngebayangin si Aa histeris nggak dapet perawan," jawab Asti asal.
Lagi, mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Keduanya kompak membuat Mawar jera. Ide-ide bagus muncul dari adik iparnya itu. Gadis belasan tahun itu tidak menyukai istri kedua sang kakak karena membenci perselingkuhan apalagi poligami.
Persekongkolan mereka begitu licin membuat Mawar seperti tidak betah.
***
Setelah puas dari salon, Mawar sengaja membuat harum kamarnya. Dia sudah tidak sabar menunggu Bayu datang dan merayu suaminya.
Mawar ingin membuat Bayu merasa bahagia. Namun, sudah jam delapan malam, Bayu tak kunjung masuk ke kamarnya.
Dia curiga jika Bayu sekarang bersama Asti. Kembali wanita itu merasa geram, kenapa selalu dikalahkan oleh istri pertama suaminya.
Di mana-mana, adanya istri kedua selalu menang. Beda hal kali ini. Dirinya selalu saja apes oleh ulah istri pertama suaminya.
Mawar menyelinap ke luar mencari Bayu. Ternyata sang suami masih mengerjakan beberapa pekerjaannya. Hati wanita itu lega, dia mendekati Bayu.
"Aa, sudah malam. Tidur, yuk," ajaknya.
"Hmm ... duluan saja. Aa masih banyak kerjaan. Nanti Mas nyusul."
"Iya, sudah."
Mawar kembali masuk ke kamar, menunggu setia sang suami. Untuk menghilangkan kejenuhan, Mawar mengambil ponsel berselancar di media sosial.
Sementara, Bayu sudah selesai dengan pekerjaannya. Pria itu memindai dua kamar, sepertinya bingung akan masuk ke mana. Setelah berpikir, dia melangkah masuk ke kamar Asti dari pada kamar Mawar.
Asti terkesiap menatap sang suami yang tiba-tiba masuk ke kamarnya. Wanita bertubuh agak gempal itu terlihat sexy mengenakan baju tidur tipis hingga membuat Bayi tak berkedip.
Bayu menelan salivanya. "Ti, Aa mau, boleh? Kangen sama Asti."
Asti berpikir untuk kali ini. Kalau dirinya menolak terus, Bayu akan berpaling lagi. Siapa tahu rezeki dan bisa hamil.
"Iya, sudah. Boleh."
Bayu senang, pria itu mematikan lampu. Menarik tubuh sang istri. Perlahan membawanya dalam hasrat yang terpendam. Membuainya dengan indah, Bayu sungguh menikmati malam bersama Asti.
***
Bayu terbangun saat subuh, dia pamit untuk ke kamar Mawar karena semalam janji dengan Mawar, tapi dirinya malah masuk ke kamar Asti. Pastilah wanita itu sangat marah karena menunggunya.
Asti merajuk membuat Bayu membatalkan niatnya. Kembali dirinya tetap bersama Asti. Pria itu segera mandi untuk melakukan salat subuh.
"Aa, mau jalan pagi?" tanya Asti.
"Iya, ada rapat. Kenapa?"
"Asti mau ke salon, boleh?"
"Tumben."
"Lagi pengen aja, minta uang, ya Aa."
"Nanti Aa transfer, ya."
Senyum Asti melebar saat sang suami akan memberikan uang jajan untuknya. Dirinya tidak mau kalah dengan Mawar. Secepatnya, istri kedua sang suami harus ke luar dari rumah mereka.
Asti hanya ingin Bayu menjadi miliknya. Dan, membuat Ibu mertuanya menyesal telah menikahkan suaminya dengan wanita lain.
Anak memang sangat penting, tetapi keharmonisan rumah tangga pun sangat penting. Dirinya akan merebut semua yang menjadi miliknya.
Mawar hanya sementara di hati Bayu, itu yang dipikirkan Asti. Dan dia harus menyingkirkan debu itu.
Sementara, Mawar terbangun setelah dia ketiduran saat bermain ponsel. Dia melihat ke sebelahnya mengapa tidak ada Bayu.
Gegas dia bangun, lalu mencari ke luar. Wanita itu tidak menemukan Bayu di kursi. Pikirannya kacau, dengan emosi dia mengetuk keras pintu kamar Asti.
"Teh, buka!" teriak Mawar.
Dari dalam kamar kedua pasangan suami istri itu saling berpandangan. Asti merasa tenang, sedangkan Bayu gelisah karena janji tidur bersama Mawar, malah ke kamar Asti.
"Teh, buka!" Lagi, Mawar terus berteriak.
Asti bergegas membuka pintu kamar. Dia mendapati Mawar yang langsung masuk ke kamarnya tanpa sopan.
"Eh, ngapain kamu main masuk kamar aku?" tanya Asti kesal.
"Mau cari Aja Bayu." Mawar menjawab kasar.
"Aa, dicariin tuh." Sengaja Asti memberitahukan sang suami ada di kasur.
"Kenapa Mawar?" Bayu mencoba tenang menghadapi Mawar.
"Aa jahat. Aa janji tidur sama Mawar, tapi kenapa Aa ada di sini?" Mawar mulai kesal.
"Gantian, Mawar. Kemarin, kan Aa tidur sama Mawar," ucap Bayu.
"Kapan? Kemarin Aa sama Teh Asti juga." Mawar melakukan pembelaan.
Asti puas melihat Mawar seperti itu. Pelakor tetap pelakor. Tidak ada kata mengalah sejak dirinya menerima sang suami menikah lagi. Dirinya berjanji akan mengusir sang madu secepatnya.
"Ya, sudah nanti malam Aa tidur sama Mawar." Terpaksa Bayu harus berjanj pada Mawar.
"Mawar maunya tadi malam, Mawar kesel sama Aa." Bak anak kecil, Mawar mengentakkan kakinya.
Bayu mengikuti Mawar ke luar.
"Aa," panggil Asti.
"Iya."
"Jangan lupa keramas." Asti mengedipkan mata.
Mawar menatap sengit Asti. Lagi-lagi dirinya kalah dari istri pertama suaminya. Sudah ke luar biaya mahal ke salon, tetapi sang suami malah tidur bersama Asti.
Malang sekali nasibnya. Sang suami lebih memilih bersama istri pertamanya. Mawar terus diam membuat Bayu merasa bersalah padanya.
Namun, pria itu tidak mau ambil pusing. Dia memberikan beberapa lembar uang untuk Mawar.
Seketika Mawar kembali tersenyum saat Bayu memberikan beberapa lembar uang seratus ribu.
"Aa janji, ya. Nanti malam tidur sama Mawar. Kita masih pengantin baru, masa Mawar dianggurin. Kapan bisa punya anak?"
"Iya."
Hanya itu jawaban Bayu. Dirinya pusing menghadapi kedua istrinya. Belum lagi Asti yang semakin hari semakin terlihat sexy. Namun, Mawar terus saja mengganggunya.
Andai saja dia dan Asti memiliki anak. Mungkin tidak ada Mawar di rumahnya. Sebagai bakti pada orang tua, Bayu setuju menikah lagi untuk memberikan keturunan untuk orang tuanya.
'Apa aku ke dokter saja, untuk memeriksakan kondisi aku?' Gumam Bayu dalam hati.
***Selesai sidang perceraian, kemudian Asti bersama sang kakak langsung pulang ke kampung. Perjalanan jauh membuat dia merasa lelah hingga tertidur pulas.Sesampainya di rumah, sang ibu sudah menunggu kabar dari Asti. Dia sangat menghawatirkan sang anak. Namun, bersyukur mereka kembali dengan baik-baik saja."Bagaimana sidangnya, Nak?""Baik, Bu. Asti ke kamar, ya. Sudah lelah.""Iya, ibu faham."Sang ibu melihat Asti begitu nelangsa. Kasihan dengan nasib yang sama menimpa sang anak. Padahal ia sudah berdoa agar anaknya tidak mendapat hal serupa dengannya. Namun, takdir berkata lain.Wanita tua itu menghampiri Fajar ingin bertanya tentang sidang itu."Jar, tadi bagaimana?""Ya, begitu. Bayu tetap mau rujuk.""Edan sekali anak itu. Jangan sampe Asti luluh, Jar.""Nggak, kok, Bu kayanya."Wanita tua itu mengehela napas panjang. Berharap Asti tidak kembali pada Bayu.Sementara, di kamar Asti memandang lang
Masalah dengan mantan sekertarisnya belum juga selesai. Riska terus saja meneror dirinya. Sampai detik ini hingga membuat dirinya sering mengalami sakit kepala dan susah tidur.Ia menyesal sudah bermain dengan api. Beranggapan mendapat teman bicara malah ia tertipu daya oleh gadis licik itu. Berulang kali Riska datang, tetapi ia selalu mengusirnya. Bayu benci air mata palsu, sama seperti Mawar yang selalu datang mencari belas kasihnya.Riska mendatangi Bayu di ruang kerjanya dengan mengajak kedua orang tuanya untuk meminta pertanggungjawaban dari pria itu. Sudah sebulan lebih, Riska mendapat penolakan dari Bayu, tetapi ia tak gentar mendekatinya.Kali ini, dia datang bersama kedua orang tuanya. Bayu sudah merasa lelah dengan kejaran Riska. Ia mempersilahkan kedua orang tua itu duduk."Ada apa kamu bawa kedua orang tuamu?" tanya Bayu dengan nada sinis."Saya ingin Bapak bertanggungjawab atas saya. Saya hamil anak Bapak, jadi Pak Bayu harus tanggung
Beberapa kali Riska mencoba menghubungi Bayu, tetapi pria itu sama sekali tidak menggubrisnya. Pria itu tak ada gairah untuk bangkit, ia memilih mengambil cuti dari kantor untuk menyendiri.Tekadnya bulat untuk kembali meminta Asti kembali. Tubuhnya kini menjadi kurus karena sudah beberapa hari ia menolak makan. Ayumi sang adik sampai bingung mau berbuat apa."Aa, kalau nggak makan, mana ada tenaga buat nyusul Teh Asti.""Yum, Aa nggak nafsu makan." Lagi, Bayu menolak asupan makanan dari Ayumi.Ayumi menggeleng melihat tingkah sang kakak. Sejujurnya dia memang kasihan pada Bayu, tetapi semuanya memang kesalahan dia.Gadis itu bergegas membukakan pintu rumah karena ada yang memencet bel. Ia terkesiap melihat siapa yang datang sepagi ini."Ngapain Mami sama Mawar datang?" Ayumi masih saja membenci Mawar."Mami mau ketemu Papa. Tolong Mami!""Siapa, Yum?" teriak sang ayah dari dalam.Pria tua itu melangkah menghampiri Ayumi
"Aa nggak mau cerai, apa alasan kamu meminta cerai, Ti?" Perasaan Bayu tidak enak saat mendengar Asti meminta perceraian padanya. Dirinya mungkin sudah menduga jika Asti menelepon dan sengaja Riska menjawab.Bukan hanya Bayu yang merasa sesak di dada, Asti pun merasakan apa dirasakan sang suami. Dirinya tidak menginginkan hal itu, tetapi akal sehatnya sudah tidak bisa menerima untuk kedua kalinya dikhianati.Perselingkuhan sang suami membuatnya muak. Apalagi dengan daun muda yang seharusnya sebagai adiknya."Bukti ini sudah cukup untuk melayangkan gugatan perceraian?" Asti memperlihatkan foto dalam ponsel miliknya yang dikirimkan Riska kemarin malam.Bayu merebut ponsel milik Asti, dan langsung menghapusnya. Asti kembali merebut benda pipih itu dari tangan Bayu. Emosi wanita itu memuncak saat tahu sang suami menghapus foto itu."Aa pikir dengan menghapus foto itu menyurutkan niat aku untuk bercerai dari kamu? Aa, cukup, ya buat Asti menderita seper
Bayu terkesiap saat terbangun melihat Riska tidur di sampingnya. Dirinya mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam bersama sekertaris mudanya. Namun, kepalanya malah terasa sakit.Pria itu melihat jam di tangan, gegas dia memakai baju. Teringat dirinya janji akan menemui Asti di kampung. Berulang kali Bayu mengusap wajah kasar dan mwnagacak-ngacak rambutnya."Pak Bayu mau ke mana?" Riska sadar Bayi sudah bangun."Apa yang terjadi semalam?"Riska memperlihatkan wajah sendu. Lalu, dia menangis tergugu di depan Bayu."Pak Bayu telah merenggut kesucian saya."Bayu mengusap wajah kasar. Dia merasa telah kedua kali mengkhianati Asti jika sang istri tahu, entah apa yang akan terjadi dengan hidupnya. Bayu berpikir kenapa bisa melakukan itu pada Riska?Gegas Bayu merapikan baju hendak pulang. Namun, Riska mencegahnya. Dia ingin Bayu bertanggungjawab atas apa yang telah mereka perbuat semalam."Pak, bagaimana dengan saya?"
Beberapa hari Bayu disibukkan dengan pekerjaan kantor Hingga larut malam. Riska sebagai sekertaris pun ikut mendampingi Bayu dalam melakukan kegiatan di luar maupun di dalam kantor.Gadis itu sangat bersemangat, beberapa kali Bayu mengantarnya pulang karena memang sudah larut malam. Malam ini, dia pun kembali diantar sang bos ke rumah kontrakan miliknya."Pak, mampir dulu," ajak Riska."Sudah malam, Ka.""Baru jam delapan malam, Pak. Sebentar saja," bujuk Riska.Bayu berpikir tidak ada salahnya karena hanya sebentar di rumah Riska. Dia masuk mengikuti langkah gadis itu. Leher jenjang Riska membuat dirinya menelan Saliva. Sudah hampi dua bulan ini dirinya tidak bertemu sang istri, hingga membuat Bayu merindukan hasrat bersama sang istri."Duduk, Pak. Saya buatkan minum dulu," ucap Riska."Iya."Riska kembali ke ruang tamu beberapa menit membawa segelas kopi."Ini, Pak. Saya mau mandi sebentar, Pak Bayu istirahat saja dulu
"Papa sakit, Aa belum bisa ke sana dulu, ya. Kamu yang sabar, ya, sayang.""Astagfirullah, sakit apa, Aa? Iya Asti sabar menunggu Aa datang."" Serangan jantung ringan, kok. Hanya butuh perawatan, nanti juga Papa, sehat lagi.""Iya, sudah, Aa. Salam buat Papa. Jangan lupa makan.""Iya, Asti."Setelah menutup telepon dari Bayu, Asti memberitahukan pada sang ibu kalau besannya sedang sakit di rumah sakit."Bu, boleh Asti menjenguk Papa?""Nggak usah, Ti. Kamu diam saja di sini, jangan ke sana-sana lagi. Ingat, kamu itu diperlakukan nggak baik di sana."Asti menghela napas panjang, bagaimana bisa dia tetap di rumah mendengar ayah mertuanya sakit. Namun, ibunya tidak mengizinkannya pergi.Kini, ia hanya bisa pasrah menghadapi semua yang sedang terjadi. Asti kembali menatap layar ponsel, ia memilih menghubungi Ayumi untuk menanyakan kabar Papa suaminya.[Yum, Papa kenapa bisa sakit?][Ulah Mami, ternyata Mawar a
Asti termenung memikirkan sang suami. Ia terpaksa mengikuti permintaan sang ibu untuk pulang ke kampung. Hati nuraninya tidak bisa memungkiri kalau dirinya kini terus memikirkan Bayu.Baru saja merasa bahagia dengan kepergian Mawar, tetapi malah sang ibu datang dengan kemarahannya yang membuat Asti meninggalkan rumah Bayu.Entah bagaimana pernikahannya dengan Bayu, apa akan tetap berjalan, atau harus terpisah oleh gugatan perceraian.Tubuh Asti terasa lemas, untuk melakukan aktivitas pun rasanya berat. Pikirannya tidak karuan, bahkan saat sang ibu memanggilnya, dia hanya diam dan terbengong."Ti, Ibu bicara, kok kamu diam saja?" tanya Ibu."Eh, iya, Bu. Ada apa?""Kamu masih mikirin suamimu itu?""Bu, bagaimanapun, Aa Bayu masih suami Asti," ujarnya membela diri."Kamu kok bodoh banget, keluarga itu nggak baik buat kamu. Lagi pula, kok ada model kaya kamu, mau di madu. Nggak geli apa?"Asti menghembuskan napas, dia tahu
Kepergian Asti membuat Bayu frustrasi, ia memukul beberapa kali tembok. Mengacak-acak rambut karena kesal tidak bisa mempertahankan wanita yang dicintainya.Rahayu mendekati sang anak, mencoba menenangkan agar tidak terlalu lama bersedih. Dia merasa tidak perlu menangisi seorang Asti."Bay, tenang. Kamu tidak perlu menyesali, sudahlah, kalau Asti pergi, kamu bisa kembali rujuk sama Mawar," ucap Rahayu dengan percaya diri.Rahayu berharap Bayu mau kembali pada Mawar, seperti yang pernah dia lakukan pada Asti. Namun, Rahayu tidak sadar jika talak yang dijatuhkan Bayu adalah talak tiga.Sementara, Ayumi mendengar ucapan Rahayu semakin geram mengingat kejadian tadi saat ia tahu Ayumi adalah anak Rahayu. Ia tidak sabar untuk membongkar semua, walaupun Rahayu adalah ibu kandungnya."Mi, semua salah Mami.""Kok, salah Mami?""Iya, kalau Mami tidak membujuk Bayu untuk menikah lagi dan memiliki anak dari wanita lain, semua ini tidak akan perna