"Apa yang harus dibanggakan dari perawan palsu seperti Mawar?"
Bayu bergeming. Sementara, Mawar menaik turunkan napasnya karena terkejut mendengar ucapan Asti.
Kedua orang itu begitu takut jika orang tua mereka tahu. Bayu menutupi semua karena tidak ingin sang ibu malu karena Mawar adalah gadis pilihan sang ibu.
"Ko, Teteh jahat sama Mawar?"
"Eh, jangan sok drama. Di sini yang jahat kamu, bukan aku. Enak saja cari pembelaan."
Mawar menangis tergugu, sedangkan Bayu mencoba menenangkan Asti. Pertengkaran mereka sampai ke telinga Ayumi dan kedua orang tua Bayu.
"Ada apa ini?" tanya ayah mertua Asti.
"Asataga, Asti. Kamu bikin ulah lagi?"
Asti mengerjapkan mata. Mengapa sekarang ibu mertua terkesan ingin membuat dirinya seolah selalu salah?
Asti memindai sekelilingnya. Mawar berlindung pada Ibu mertuanya. Ayah mertua masih memandang Asti menunggu jawaban.
"Asti hanya melakukan apa yang menurut Asti benar. Sebagai istri kedua, bukan hanya bermanja pada suami. Jangan karena ditugaskan memilik anak, dia harus menjadi kesayangan? Kalau seperti itu, kenapa aku tidak diperlakukan sedemikian?"
Rahayu bingung dengan ucapan Asti. Bambang, suaminya menggeleng tidak percaya dengan ucapan Asti. Dirinya berpikir jika Asti memang sudah ikhlas menerima semua ini.
"Asti, bukannya kamu sudah ikhlas menerima poligami ini?" tanya Bambang.
"Pa, mana ada yang bisa ikhlas jika suaminya menikah lagi. Padahal, aku baik-baik saja. Hanya karena belum memiliki anak. Aa Bayu saja yang tidak mau cek, mana tahu siapa yang mandul di sini."
Bayu mengeram, dia tidak terima dengan ucapan istri pertamanya. "Jaga bicara kamu, Asti."
"Bayu, wanita seperti ini masih kamu pertahankan?" Rahayu memanasi Bayu.
"Mi, diam. Jangan memanasi Bayu." Bambang bersuara.
"Kalian lihat saja, siapa yang mandul di sini."
Bayu menampar pipi Asti. Ayumi menangkap tubuh Asti yang hampir saja tersungkur. Bagaimana bisa Makanya menjadi kasar pada Asti.
"Asti Ningtias, hari ini, di depan kedua orang tuaku, aku menalak kamu!"
Deg.
Rasanya jantung Asti hampir copot. Bayu menceraikannya, demi perempuan jahat itu. Asti menatap sengit, dirinya tidak takut jika memang dia ditalak oleh Bayu.
Walaupun air mata membasahi pipi, wanita itu tidak gentar. Suatu saat dia akan tahu siapa yang salah.
"Baik, Mas."
Asti bergegas ke kamar merapikan pakaiannya. Untuk apa berlama-lama, jika dirinya sudah di talak.
Mawar tersenyum puas sambil melirik ke ibu mertuanya. Wanita tua itu pun ikut tersenyum pada Mawar.
Mereka sepertinya sangat senang mendengar keputusan Bayu.
**
"Teh, mau kemana?" tanya Ayumi.
"Ay, kamu nggak denger, suamiku menalak aku?"
"Teh, Aa emosi."
Asti tidak peduli mau emosi atau tidak, kata-kata itu sudah keluar dari mulut suaminya. Tidak perlu marah, pikirnya jika memang keadaannya jika Bayu tidak pernah mau memeriksakan diri.
"Seemosi orang, tidak akan pernah mengucapkan talak. Jika suami sudah seperti itu, maka sudah jatuh talak untukku."
Asti menarik kopernya keluar dari kamar. Mawar dan Rahayu masih saling pandang dengan senyum merekah. Sementara, ayah mertua Asti sangat menyayangkan keputusan Bayu.
Bayu bergeming ditempatnya. Kini, hanya emosi yang menyelimuti pria itu. Dia lupa jika dirinya sangat membutuhkan Asti.
Asti menatap Mawar, dirinya berjanji akan membuat mereka semua menyesal, terutama Bayu.
Ayumi masih saja membujuk kakak iparnya. Dia sedih jika Asti harus kalah dari Mawar. Gadis itu tidak sudi mempunyai kakak ipar seperti Mawar.
"Teh," panggil Ayumi.
"Maaf, Yum."
"Teteh mau kemana sekarang?"
"Mau ke rumah Bapak sama Ibu."
"Ada uang, Teh?"
"Ada."
Ayumi memeluk erat sang kakak ipar. Tidak menyangka jika kejadian itu akan terjadi. Padahal, banyak rencana yang mereka ingin jalankan. Namun, semua berubah total.
Asti melangkah gontai. Rasanya berat untuk pergi meninggalkan rumah itu. Kenangan bersama Bayu yang masih dia cintai. Namun, pria itu mengecewakan dirinya.
Ayumi menangis menahan sesak. Kepergian Asti membuatnya tidak betah di rumah. Apalagi, melihat Mawar yang sangat menyebalkan.
Gadis itu melangkah masuk ke rumah. Dirinya melihat Bayu masih duduk terdiam.
"Aa, jangan pernah menyesal dengan keputusan Aa."
"Yum, kamu anak kecil. Nggak usah sok tahu," ujar Mawar.
"Heh, pelakor. Nggak usah banyak bacot. Seneng, kan kamu Teteh pergi?"
Rahayu menghampiri Ayumi. Mencoba menenangkan sang anak.
"Apa si, Mi. Nggak usah bela dia. Ayumi juga dari awal menolak. Mami nggak adil, Mami bilang mau bersikap adil, nyatanya Mami ingkar janji."
"Bukan begitu, tapi---"
"Udahlah, Mi. Ayumi muak dengan topeng-topeng yang ada di rumah ini."
Gadis itu melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya. Dengan emosi, Ayumi menendang pintu kamar.
"Argh!"
***
'Aku harus kemana? Kalau aku pulang, pasti Ibu dan Bapak sedih. Bagaimana ini?' Asti bergumam dalam hati.
Asti kembali berjalan menyusuri tempat itu. Sepertinya dia akan mencari kontrakan untuk tinggal.
Wanita itu tidak ingin pulang ke rumah orang tuanya. Gegas dia berjalan cepat menghampiri rumah kontrakan sahabatnya Dina.
"Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam, masuk."
Sebelumnya Asti sudah menelepon Dina. Kebetulan di samping kontrakannya kosong. Dan Asti hendak mengontrak di sana.
"Ya Allah Asti, kurang ngajar banget Madu kamu itu."
"Iya, Aa Bayu marah saat aku menyinggungnya. Padahal aku tidak bilang jika dia mandul."
"Ih, si Bayu kebangetan. Bodoh jadi lakik."
Dina sudah kenal juga dengan Bayu. Wanita itu terus saja mengumpat suami Asti. Janda muda itu trauma dengan pernikahan, makanya sejak dulu tidak mau menikah lagi.
Apalagi melihat kasus temannya. Dirinya semakin trauma.
"Udah, jangan dipikirin. Hempas aja."
"Iya, untung aja masih ada tabungan. Tapi aku butuh kerjaan juga, lama-lama tabungan habis." Asti mengungkapkan kegelisahannya.
"Iya sudah nanti aku tanya tempat kerjaku, ya."
"Iya, makasi."
Dina mengajak Asti untuk menemui ibu kontrakan. Asti tidak ingin merepotkan Dina dengan menumpang padanya. Selama ini dia selalu menyisihkan uang pemberian Bayu.
***
Asti, mana dasi Aa!" Bayu berteriak sambil mencari-cari dasi."Aa, kenapa manggil Teh Asti. Aa lupa kemarin abis mentalak dia?"Bayu terhenyak. Benar, dia lupa jika dirinya sudah menjatuhkan talak untuk istri pertamanya. Ada rasa sesal, tetapi keegoisannya membuat pria itu enggan mengakui kesalahannya."Ya, udah. Kamu carii dasi Aa di kamar Asti." Bayu memerintah Mawar.Mawar segera melangkah ke kamar Asti. Dia mencari-cari sampai akhirnya menemukan yang suaminya minta.Segera dia kembali ke kamarnya untuk memberikannya dasi itu."Kok lama amat?" t
"Teteh." Ayumi memeluk Asti saat gadis itu sampai di kontrakkan kakak iparnya.Asti menyediakan minum hangat untuk Ayumi. Setelah berkirim pesan kemarin, Asti bersedia kalau gadis itu datang berkunjung.Gadis itu menatap sedih kakak iparnya. Tidak menyangka kehadiran orang ketiga membuat Asti tersingkir begitu cepat.Banyak ide di otak Ayumi untuk menyingkirkan Mawar. Namun, hal itu belum terlaksana karena Asti sudah keluar dari rumah sang suami."Yum, kamu makan siang sama malam bagaimana?" tanya Asti khawatir."Kakak, mencemaskan aku atau Apa Bayu?""Ya, kamu.""Aku, baik kok. Makan di warteg atau di mana ajalah. Yang penting makan, Teh."Asti tidak tega mendengar penuturan Ayumi. Kini, Asti kembali memikirkan Bayu. Segala sesuatu dahulu dirinya yang melayani.'Bagaimana dengan Aa Bayu? Apa Mawar merawatnya dengan baik? Bagaimana makannya? Guman Asti dalam hati."Teh, apa sudah nggak cinta sama
Fajar, kakak Asti, terus saja mengumpat kesal atas perlakuan Bayu. Andai saja dia tidak mengirim pesan, mana tahu jika sang adik sedang meratapi rumah tangga nya yang kandas.Seperti biasa, pria berjambang itu sebulan sekali akan datang untuk mengecek pabrik di Jakarta. Namun, tidak biasa, dia teringat sang adik. Benar dugaannya, cobaan sedang dialami Asti."Kamu nggak bisa gegabah begitu saja. Kamu pikir ini permainan anak-anak. Bayu juga, seenak pikirannya menalak kamu. Panggil dia ke sini, atau Mas yang ke sana.""Mas, jangan. Ini Asti yang mau, Mas. Jangan memperkeruh keadaan."Asti tidak ingin membuat masalah dengan sang kakak. Namun, Fajar bersikeras mau bertemu dengan Bayu."Asti, jangan buat Ibu sama Bapak cemas. Mas mau menyelesaikan masalah kamu dengan Bayu. Kalau kalian memang akan berpisah, tidak seperti ini. Kamu juga, bukan pulang ke rumah, malah ngontrak. Kalau ada apa-apa siapa yang mau tanggungjawab?"Fajar terus
Setelah membuat Mawar khawatir karena tidak pulang semalam, Bayu datang memberikan kejutan. Pria itu datang bersama dengan Asti. Hampir saja bola mata Mawar keluar sangking terkejutnya.Bayu mengerti kedatangan Asti membuat Mawar dan sang ibu heran. Perlahan dia mencoba menjelaskannya."Aku khilaf kemarin saat menalak Asti. Jadi, aku memutuskan untuk rujuk. Semalam aku ke rumah Asti bersama Ayumi dan Papa."Rahayu langsung melirik sang suami. Sementara, Mawar menatap tidak suka pada Ayumi. Semalam Mawar bertanya pada gadis itu, tetapi Ayumi malah menghinanya.Sebuah pembalasan kini ada di kepala Mawar. Belum lagi melihat Asti tersenyum penuh kemenangan. Dirinya tidak bisa terima jika Asti kini kembali menjadi istri Bayu."Aa, kenapa nggak bertanya sama Mawar? Dia menghina Aa mandul, untuk apa Aa kembali sama dia?" Mawar mencoba menjelekkan Asti."Mawar, kamu nggak mencerna ucapan aku? Aku menyesal mentalak Asti. Untuk apa a
Mawar pandai bersandiwara, setelah diberi obat oleh dokter, ia sudah tidak mual-mual lagi. Akan tetapi, nafsu makannya kini bertambah.Terkadang saat malam, ia sibuk memilih makanan di ponsel dan memesan online. Asti mulai curiga, tetapi ia tidak mengerti salahnya di mana.Dua bulan berlalu, Mawar sama sekali tidak merasakan mual atau lemas dalam hamil muda. Ia malah terlihat segar. Rahayu mengelus dada karena tidak perlu mencemaskan kehamilan Mawar.Namun, yang ia cemaskan adalah Asti. Ia takut kalau menantunya membuat Mawar lelah dan berefek pada kandungannya.Rahayu sudah merencanakan sesuatu, ia sudah menghitung tanggalan. Semuanya akan berjalan sesuai dengan perhitungan wanita tua itu.Sengaja ia meminta Mawar untuk merasakan mual. Saat mereka semua di meja makan, Asti menatap cemas.'Mawar mual-mual? Apa dia hamil? Ya Allah, bagaimana kalau dia hamil? Apa Mas Bayu lebih sayang padanya?' Gumam Asti dalam hati."
"Kamu serius, Yum?" Netra Asti membulat mendengar penuturan adik iparnya."Aku serius, Teh. Kalau beneran hamil nggak masalah, tapi malah nggak mau ke rumah sakit.""Kemarin beneran tespacknya. Kan, dari kamar mandi.""Mungkin benar, tapi siapa tahu hamilnya bukan sama Aa."Ayumi mencoba berspekulasi, kehamilan Mawar yang dinilainya tidak wajar karena tidak menutup kemungkinan hamil bohongan atau hamil bukan anak Bayu.Asti menjadi ragu. Ia menghentikan tangisnya. Wanita itu mencoba berpikir untuk apa menangis kalau dirinya bisa melakukan apa pun sesuka hati pada Mawar."Kita ajak dia ke rumah sakit gitu? Pergoki kehamilannya berapa Minggu?""Nggak usah, Yum. Kita kerjain aja dia sampai bosan. Pasti dia senang liat Teteh nangis." Asti merasa kesal mengingat kejadian di ruang makan. Wajah polos, tapi banyak dosa Mawar membuatnya tidak bernafsu makan."Terus gimana?" Ayumi kembali bertanya."Seperti biasa aja."
"Maaf, Pa." Mawar terdiam setelah mendengar ucapan ayah mertuanya. Dia takut jika benar-benar diusir dari rumah.Ruang makan menjadi tenang setelah Mawar berhenti merengek. Masakan buatan Asti memang enak. Wajar saat itu Bayu memuji masakan sang istri.Mawar mengerucutkan bibir. Rasanya tidak terima dengan pujian suaminya pada kakak madunya. Ia memakan nasi goreng perlahan, sejujurnya memang enak. Akan tetapi, ia tidak mau mengakuinya.Setelah Bayu dan ayahnya pergi, Mawar pun ikut beranjak ke kamar. Namun, baru saja selangkah maju, tubuhnya dihalang oleh Asti."Aku sudah memasak, nih, kamu bersihkan. Aku mau ke pasar, membeli beberapa sayur untuk makan siang."Asti memberikan pel, sapu dan semprotan untuk pembersih meja. Sekaligus menyuruh Mawar mencuci piring. Dengan senyum, Asti melengang ke luar.Saat bersitatap dengan Rahayu, ia menyunggingkan senyum. "Mi, bagi-bagi tugas. Aku masak, dia merapihkan sisa makanan. Dari pada ma
"Kamu sedang menghindari seseorang?"Ayumi terus mendesak Mawar. Melihat gelagat tidak mengenakan dari adik iparnya, gegas wanita itu cepat beranjak dari tempatnya.Ayumi mendengkus kesal. Mawar begitu saja pergi tanpa menjawab semua pertanyaannya. Untuk apa pikirnya istri kakaknya berada di counter hape.Gadis itu kembali melangkah menuju rumah. Sesampainya Ayumi, ia cepat menghampiri Asti dan bercerita kejadian tadi."Aku sih, nggak denger apa-apa, Yum.""Sekarang pokoknya Teteh harus extra perhatiin dia. Kali aja ada gelagat tidak benar, dan bisa buat kunci kita mengusir dia.""Siapa yang mau kalian usir?"Asti dan Ayumi menoleh ke arah suara. Bayu sudah berdiri meminta jawaban mereka. Sempat gelagapan, tetapi Asti mencoba tenang."Kucing, Aa. Soalnya itu, dia masuk terus. Ikan Asti dicolong sama dia.""Emang nggak ditutup pintunya?""Asti lupa, sangking sibuk masak buat Aa. Hayuk atuh, kita ke kama