Share

Bertemu Ibu dan Nuri di Mall

Author: Nurhasna
last update Last Updated: 2023-12-04 15:14:28

Satu Minggu berlalu setelah aku mengetahui hubungan Mas Alan dan Nuri. Setelah hari itu, Mas Alan sudah jarang ke rumah ibu, dia bahkan selalu pulang tepat waktu dan sikapnya terhadapku sudah kembali seperti dulu lagi. 

"Mas, kita sudah menikah selama dua tahun," ucapku di sela makan siang.

"Terus?" tanya Mas Alan.

"Aku mau punya anak, bagaimana kalau besok kita ke dokter untuk melakukan program hamil," jawabku.

Aku sengaja mengajak Mas Alan ke dokter untuk program hamil. Karena aku ingin mengetahui hasil pemeriksaan dirinya. Tiga hari yang lalu aku memeriksakan diri ke dokter dan dokter mengatakan kalau aku baik-baik saja, tidak yang bermasalah dengan organ reproduksi ku dan dokter juga mengatakan jika kemungkinan besar masalahnya ada pada Mas Alan sehingga kami belum memiliki anak. 

Tidak menuntut kemungkinan alasan ibu merestui Mas Alan menikah secara sembunyi-sembunyi dengan Nuri karena aku yang tidak kunjung hamil. Jadi, kalau aku tahu hasil pemeriksaan kesuburan Mas Alan itu bisa jadi suatu keuntungan bagiku untuk membalas mereka.

"Kenapa harus besok sih, Rin? Lain kali saja yah," tolak Mas Alan.

"Mas, aku sudah buat janji dengan dokter Fatimah besok jam dua siang," ucapku menatapnya.

"Airin, kamu tahu kan kalau aku sibuk dan besok ada meeting dengan klien jam dua siang," ucap Mas Alan menatapku.

"Ya udah gimana kalau nanti sore saja jam empat kita ke klinik dokter Fatimah," ucapku tidak mau kalah.

"Kamu gimana sih, Rin, katanya sudah buat janji besok jam dua siang," ucap Mas Alan gusar.

"Aku bisa atur ulang jadwal dengan dokter Fatimah lagian dia sahabat Mama jadi gampang," ucapku tetap bersikeras ingin ke dokter.

"Ya sudah terserah kamu saja," ucap Mas Alan menyerah.

Aku segera menelpon dokter Fatimah untuk mengubah jadwal periksa. Sore ini jam empat aku akan ke klinik nya bersama dengan Mas Alan. Tentu saja aku sudah mengatur sedemikian rupa agar nanti Mas Alan tidak tahu hasil pemeriksaan kesuburan dirinya yang sebenarnya.

"Ya udah, Mas aku pulang duluan yah, nanti sore jangan lupa jemput aku di rumah, kita ke klinik dokter Fatimah," ucapku kemudian meninggalkan restoran tempat kami makan siang.

Aku melajukan mobil menuju sebuah mall, aku ingin memanjakan diri ini dengan sedikit belanja.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di mall, setelah memarkir mobil aku berjalan masuk ke dalam mall sambil melihat-lihat pakaian tas dan sepatu yang di jual.

Namun baru beberapa langkah, berjalan aku melihat dua orang yang sangat aku kenal juga berada di mall ini dan mereka terlihat sedang memilah baju di sebuah toko baju dengan merek branded.

Aku berjalan mendekati mereka.

"Ibu, Nuri," sapaku seramah mungkin.

Kedua orang itu menoleh dan nampak sekali raut wajah mereka terkejut melihatku.

"Kalian di sini juga? Belanja apa, Bu?" tanyaku pura-pura tidak menyadari keterkejutan mereka.

"Oh iya, Nuri, kata Mas Alan kamu di sini kerja, kalau boleh tahu kamu kerja apa? Kok jam segini berkeliaran di mall padahal masih jam kerja?" tanyaku lagi.

Terlihat Nuri tampak gelagapan mendengar pertanyaanku.

"Tadi saya izin tidak masuk kerja, Mba," jawabnya asal.

"Wah, kamu hebat yah bisa izin tidak masuk kerja untuk jalan-jalan ke mall," ucapku melipat kedua tangan di depan dada.

"Bukan gitu, Airin, tadi pagi Nuri tidak enak badan jadinya dia izin tidak masuk kerja," ucap ibu meluruskan ucapan menanti rahasianya itu.

"Oh gitu, tidak enak badan kok ke mall, kalau tidak enak badan yah ke periksa ke dokter atuh, bukan malah jalan ke mall," ucapku sengaja menyindir.

"Iya, Mba," jawab Nuri kikuk.

"Nuri sudah baikan kok, Rin, setelah minum obat. Karena ibu suntuk di rumah jadinya ibu ajak dia ke mall," 

Lagi-lagi ibu terdengar seperti membela menantu rahasianya itu.

"Oh gitu, ngomong-ngomong duit darimana nih bisa bisa belanja barang branded gini? Kamu emang kerja apa di Jakarta?" tanyaku lagi sambil melihat paperbag berlogo sebuah brand yang terkenal.

"Airin, kamu tidak sopan banget sih tanya-tanya begitu ke Nuri," bentak ibu yang membuat beberapa pengunjung menoleh ke arah kami.

"Airin tidak bermaksud seperti itu, Bu," ucapku membela diri.

"Terus maksud, Mba, apa? Bertanya seperti itu ke saya?" Tanya Nuri, terlihat dari sorot matanya dia tersinggung dengan pertanyaanku.

"Saya hanya mau tahu kamu kerja apa? Karena setahu saya barang yang kamu beli itu harganya lumayan mahal. Gini yah kalau misalnya kamu kerja dengan gaji sesuai UMR, butuh waktu sekitar sebelas bulan menabung untuk bisa membeli barang ini. Sementara kata Mas Alan kamu baru enam bulan di sini," ucapku memandang nya dan menyunggingkan senyum sinis. A

ku yakin dia pasti tidak tahu mau menjawab apa, Hm kena kamu Nuri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Akhir

    Arfin berhasil dibekuk polisi. Ia dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatannya. Pembunuhan terhadap Om Wisnu dan rencana pembunuhan terhadap Bu Sarti dan juga Alan.Airin bernapas dengan lega karena Arfin sudah berada dibalik jeruji besi. Kini saatnya ia mengakhiri hubungannya dengan Alan. Bagaimana pun juga ia ingin hidup dengan tentram dan bahagia tanpa dibayangi masa lalu.Proses perceraian nya dengan Alan berjalan dengan lancar yang pastinya dibantu oleh pengacara. Ia datang ke rumah Alan membawa surat cerai itu dan menyuruh Alan untuk menandatanganinya.Sementara Nuri ia sudah kembali ke kampung halamannya. Dengan segala penyesalan ia minta maaf pada Airin karena sudah mengacaukan rumah tangganya karena keegoisannya. Namun, yang ia dapat hanyalah kebahagiaan semu dan pada akhirnya ia memilih untuk pergi.Sebagai seorang kakak, Niko berjanji akan membiayai hidup Nuri dan calon anaknya. Bagaimanapun juga Nuri tetap lah saudaranya walau mereka beda ayah.Alan tidak dapat berbuat apa-

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Arfin Ditangkap Polisi

    Airin memberi Nuri ponsel yang sudah ia aktifkan fitur lokasinya. Sehingga ia akan dengan mudah melacak kemana Nuri dan Arfin pergi."Awas saja kalau sampai kamu berkhianat. Kamu akan tahu akibatnya kalau berani mengkhianati aku," bisik Airin dengan nada ancaman."Sekarang kamu temui Arfin dan lakukan sesuai rencana. Hari ini juga Arfin harus mempertanggung jawabkan perbuatannya," ucap Airin melipat kedua tangan di depan dada."Okay," jawab Nuri singkat.Berbekal uang dari Airin, Nuri mengendarai taksi online menuju kos Arfin. Tidak lama kemudian ia sudah sampai di sana. Dengan perasaan sedikit cemas ia mengetuk pintu kamar Arfin. Tidak lama berselang Arfin membukakan pintu."Nuri, ayo masuk," ucap Arfin menarik tangan Nuri."Kenapa kamu baru kesini? Kamu tahu aku sangat khawatir dengan keadaan kamu," ucap Arfin dengan nada khawatir."Aku baru bisa kabur dari Mas Alan," jawab Nuri lemah."Alan enggak ngapa-ngapain kamu kan? Dia nggak nyakitin kamu kan?" tanya Arfin cemas."Dia menyiks

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Rencana Untuk Menjebak Arfin

    "Nik, sini," panggil Airin.Niko berdiri dan melangkah ke arah Airin."Ada apa?" tanya Niko penasaran."Ini, lihat." Airin menyodorkan tabnya.Niko mengambil tab dan melihat rekaman cctv itu. Niko sangat terkejut melihat adegan demi adegan dalam rekaman cctv itu."Nik, bawa aku ketemu dengan Nuri," ucap Airin kemudian."Untuk apa?" tanya Niko."Kita bisa pakai Nuri untuk menjebak Arfin supaya mau mengakui kalau dia yang sudah membunuh Om Wisnu dan anak buahnya. Dengan begitu dia akan dipenjara dan aku tidak perlu khawatir lagi dicelakai sama dia," jelas Airin.Niko diam sejenak. Ia memikirkan perkataan Airin barusan."Okay, nanti sepulang kerja aku jemput kamu," jawab Niko."Kenapa enggak sekarang aja sih?" tanya Airin sedikit kesal."Airin sayang, sebentar lagi aku ada pemotretan," jawab Niko."Ya udah, sana pergi. Ngapain masih di sini," ucap Airin kesal."Jangan jutek gitu dong, ntar cantiknya hilang," goda Niko."Bodoh amat," balas Airin."Ya udah aku pergi yah, nanti pulang kanto

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Penderitaan Nuri

    Alan sangat murka terhadap Nuri. Ia memperlakukan Nuri seperti pembantu. Bu Sarti yang sudah mengetahui semuanya tidak dapat berbuat apa-apa. Ia juga begitu kecewa dengan perbuatan Nuri.Alan tidak ingin menceraikan Nuri karena ingin membalas perbuatannya dengan Arfin. Ia akan membuat Nuri menderita."Bangun!" bentak Alan seraya mengguyur Nuri dengan seember air.Sejak malam dimana Alan memergoki Nuri dan Arfin, ia menyuruh Nuri tidur di kamar belakang khusus untuk pembantu."Mas, kamu keterlaluan banget sih," pekik Nuri yang baru saja bangun."Jam berapa sekarang ha? Cepat bangun dan siapkan sarapan untuk aku dan Ibu," perintah Alan."Mas, sejak tadi malam aku tidak enak badan. Perutku rasanya sakit," keluh Nuri dengan tampan memelas."Aku tidak peduli! Sekarang cepat ke dapur dan siapkan sarapan aku dan Ibu," bentak Alan."Mas," ucap Nuri dengan tampan memohon dan memelas."Cepat!" bentak Alan membuat Nuri tersentak kaget.Dengan meringis kesakitan juga memegang perutnya Nuri berjal

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Akhirnya Alan Tahu

    Niko membawa Bu Wulan dan Airin ke sebuah cafe outdoor. Mereka menikmati makan malam dengan panorama alam yang didesain sedemikian rupa hingga dapat memanjakan mata pengunjung.Selama berada di cafe itu, Niko tidak pernah melepas masker, jaket dan juga topi yang dikenakannya. Ia tidak mau orang-orang yang ada di cafe mengenalinya."Masker sama topinya kenapa tidak dilepas?" tanya Bu Wulan."Ma, di sini banyak orang, aku nggak mau nanti kejadian beberapa waktu lalu terulang lagi," Airin menjawab pertanyaan ibunya."Ya udah kalau begitu, kita cari restoran yang ada ruang privat nya," ucap Bu Wulan."Tapi, di sini bagus, Ma," selah Airin."Daripada Niko tidak makan, cuma lihatin kita," ucap Bu Wulan."Ya udah," ucap Airin mengalah.Setelah membayar makanan, mereka pergi dari cafe itu. Sesuai dengan usulan Bu Wulan mereka ke sebuah restoran yang ada ruang privat nya.Mereka kembali memesan beberapa menu. Setelah itu mereka diantar oleh pelayan restoran ke ruang privat."Silahkan," ucap pe

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Apakah Nuri dan Arfin Akan Berhasil?

    Setelah Arfin dan Nuri pergi dari cafe itu, Airin juga pergi. Tujuannya setelah dari cafe adalah klinik dokter Fatimah. Ia harus memberitahu dokter Fatimah tentang rencana Arfin dan Nuri.Tidak lama kemudian ia sudah sampai di klinik dokter Fatimah."Kok, tutup yah," gumam Airin setelah melihat plan bertuliskan tutup di depan pintu masuk.Airin mengambil ponselnya dari tas kemudian menelpon dokter Fatimah."Halo, Airin, ada apa?" tanya dokter Fatimah begitu menjawab telpon."Maaf kalau saya mengganggu waktu, dokter. Saya hanya ingin bertanya, kenapa klinik dokter tutup?" tanya Airin."Saya sedang ada seminar dan pelatihan di Singapura sampai dua Minggu ke depan. Ada apa Airin?" jawab dan tanya dokter Fatimah."Ah, tidak apa-apa, dokter, saya hanya ingin menanyakan hasil tes DNA Mas Alan," jawab Airin."Hasilnya akan keluar tiga Minggu lagi kan. Saya hanya dua Minggu di sini," jawab dokter Fatimah.Airin diam sejenak, ia bingung bagaimana caranya menyampaikan ke dokter Fatimah perihal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status