Share

Percakapan Ibu dan Mas Alan

Aku masuk ke rumah ibu mertua dan bertepatan saat ibu baru saja keluar dari kamarnya.

"Airin," ucap ibu terperanjat kaget.

"Pagi, Bu," sapaku seramah mungkin.

"Kok tidak bilang kalau mau kesini?" tanya ibu seperti tidak suka jika aku ke rumahnya.

"Sengaja, Bu, mau ngasih kejutan. Oh iya, ini aku bawakan sup ayam kampung kesukaan ibu," ucapku menyerahkan rantang yang kubawa.

Ibu mengambil rantang dari tanganku kemudian membawanya ke meja makan, aku mengikutinya dari belakang.

Namun baru beberapa langkah Mas Alan menahan tanganku.

"Kenapa, Mas?" tanyaku.

"Aku mau bicara sama kamu," jawab Mas Alan kemudian menarikku ke dalam kamar yang biasa kami tempati jika menginap di sini.

Mas Alan menutup pintu kemudian menguncinya.

"Kenapa sih, Mas?" tanyaku saat di dalam kamar.

"Kamu ngapain kesini tidak bilang sama aku dulu?" tanya Mas Alan dengan tatapan menahan marah.

"Memangnya kenapa kalau aku kesini, Mas? Kenapa kamu melarang aku kesini? Karena perempuan itu?" tanyaku balas menatapnya dengan tajam.

"Jangan ngaco kamu, Airin, perempuan itu namanya Nuri, dia anak kerabat ibu di kampung," jawab Mas Alan.

Anak kerabat ibu di kampung katanya, padahal tadi sangat jelas aku mendengarnya memanggil Nuri dengan sebutan sayang. Pasti ada apa-apanya antara Mas Alan dan perempuan bernama Nuri itu dan aku yakin ibu ikut terlibat.

"Terus, ngapain dia tinggal di sini dan kamu tidak pernah cerita tentang Nuri ke aku, Mas," ucapku.

"Dia kerja di sini, daripada bayar indekos atau sewa rumah mahal-mahal mending tinggal di sini nemenin ibu," jawab Mas Alan. Aku yakin dia sedang berbohong.

"Oh gitu, sejak kapan dia tinggal di sini?" tanyaku berusaha menggali informasi.

"Sekitar enam bulan yang lalu," jawab Mas Alan.

Enam bulan yang lalu, sekarang aku benar-benar yakin kalau Mas Alan dan Nuri ada apa-apa. Enam bulan bulan belakangan ini Mas Alan memang banyak berubah dan yang paling mencolok dia melarangku ke rumah ini.

"Selama itu? Dan kamu tidak pernah cerita, Mas?" tanyaku.

"Lagian tidak penting juga, Rin," jawab Mas Alan acuh.

Aku memilih diam dan keluar dari kamar, menuju meja makan. Ibu sudah selesai menyajikan sup ayam kampung yang kubawa tadi.

Di meja makan, wanita bernama Nuri itu juga sudah duduk di sana.

Aku duduk di salah satu kursi lalu mengambil makanan ke piring. Aku ingin segera menyelesaikan sarapan kemudian pergi dari sini.

"Mana suamimu, Airin?" tanya ibu saat aku mulai menyantap sarapan.

"Masih di kamar, Bu," jawabku.

"Ya sudah biar ibu yang panggil," ucap ibu kemudian berdiri dari duduknya.

Tidak lama setelah ibu pergi aku pura-pura melupakan sesuatu di dalam mobil.

"Nuri, aku tinggal sebentar keluar tidak apa-apa kan?" ucapku pada Nuri.

"Tidak apa-apa Mba," jawabnya.

"Saya mau mengambil sesuatu di mobil," ucapku kemudian berdiri dan berlalu dari sana.

Aku sengaja memperlambat langkah saat di depan kamar Mas Alan, bahkan aku berhenti sejenak untuk mendengar percakapan Mas Alan dan ibu. Tentunya aku juga mengawasi, jangan sampai Nuri melihatku menguping, bisa kacau semuanya kalau dia melihatku.

"Alan, kenapa kamu bisa kecolongan begini sih? Kenapa Airin datang ke sini?" tanya ibu dengan nada kesal.

"Alan juga tidak tahu, Bu, semalam Alan pamit ke dia dengan alasan ibu sedang tidak enak badan," jawab Mas Alan.

"Dasar bodoh, lalu bagaimana? Dia tidak bertanya tentang Nuri kan?" tanya ibu terdengar khawatir.

"Ibu tenang saja soal Nuri aman terkendali kok, aku sudah bilang ke Airin kalau Nuri itu anak kerabat ibu di kampung yang kerja di sini," jawab Mas Alan.

"Baguslah kalau gitu, jangan sampai Airin tahu kalau kamu dan Nuri sudah menikah," ucap ibu.

Deg!

Apa, jadi Mas Alan dan wanita bernama Nuri itu sudah menikah. Bahkan ibu ikut terlibat, kenapa mereka tega sama aku padahal selama ini aku selalu memberikan yang terbaik untuk Mas Alan dan juga ibu.

Aku bergegas kembali ke meja makan, di sana terlihat Nuri sedang menikmati sarapan di depannya. Wanita itu ternyata maduku, tanpa sepengetahuanku Mas Alan menikah dengannya. Ntah apa alasan Mas Alan menikah secara diam-diam dengan Nuri, bahkan ibu mendukungnya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status