Share

Percakapan Ibu dan Mas Alan

Auteur: Nurhasna
last update Dernière mise à jour: 2023-12-04 15:13:00

Aku masuk ke rumah ibu mertua dan bertepatan saat ibu baru saja keluar dari kamarnya.

"Airin," ucap ibu terperanjat kaget.

"Pagi, Bu," sapaku seramah mungkin.

"Kok tidak bilang kalau mau kesini?" tanya ibu seperti tidak suka jika aku ke rumahnya.

"Sengaja, Bu, mau ngasih kejutan. Oh iya, ini aku bawakan sup ayam kampung kesukaan ibu," ucapku menyerahkan rantang yang kubawa.

Ibu mengambil rantang dari tanganku kemudian membawanya ke meja makan, aku mengikutinya dari belakang.

Namun baru beberapa langkah Mas Alan menahan tanganku.

"Kenapa, Mas?" tanyaku.

"Aku mau bicara sama kamu," jawab Mas Alan kemudian menarikku ke dalam kamar yang biasa kami tempati jika menginap di sini.

Mas Alan menutup pintu kemudian menguncinya.

"Kenapa sih, Mas?" tanyaku saat di dalam kamar.

"Kamu ngapain kesini tidak bilang sama aku dulu?" tanya Mas Alan dengan tatapan menahan marah.

"Memangnya kenapa kalau aku kesini, Mas? Kenapa kamu melarang aku kesini? Karena perempuan itu?" tanyaku balas menatapnya dengan tajam.

"Jangan ngaco kamu, Airin, perempuan itu namanya Nuri, dia anak kerabat ibu di kampung," jawab Mas Alan.

Anak kerabat ibu di kampung katanya, padahal tadi sangat jelas aku mendengarnya memanggil Nuri dengan sebutan sayang. Pasti ada apa-apanya antara Mas Alan dan perempuan bernama Nuri itu dan aku yakin ibu ikut terlibat.

"Terus, ngapain dia tinggal di sini dan kamu tidak pernah cerita tentang Nuri ke aku, Mas," ucapku.

"Dia kerja di sini, daripada bayar indekos atau sewa rumah mahal-mahal mending tinggal di sini nemenin ibu," jawab Mas Alan. Aku yakin dia sedang berbohong.

"Oh gitu, sejak kapan dia tinggal di sini?" tanyaku berusaha menggali informasi.

"Sekitar enam bulan yang lalu," jawab Mas Alan.

Enam bulan yang lalu, sekarang aku benar-benar yakin kalau Mas Alan dan Nuri ada apa-apa. Enam bulan bulan belakangan ini Mas Alan memang banyak berubah dan yang paling mencolok dia melarangku ke rumah ini.

"Selama itu? Dan kamu tidak pernah cerita, Mas?" tanyaku.

"Lagian tidak penting juga, Rin," jawab Mas Alan acuh.

Aku memilih diam dan keluar dari kamar, menuju meja makan. Ibu sudah selesai menyajikan sup ayam kampung yang kubawa tadi.

Di meja makan, wanita bernama Nuri itu juga sudah duduk di sana.

Aku duduk di salah satu kursi lalu mengambil makanan ke piring. Aku ingin segera menyelesaikan sarapan kemudian pergi dari sini.

"Mana suamimu, Airin?" tanya ibu saat aku mulai menyantap sarapan.

"Masih di kamar, Bu," jawabku.

"Ya sudah biar ibu yang panggil," ucap ibu kemudian berdiri dari duduknya.

Tidak lama setelah ibu pergi aku pura-pura melupakan sesuatu di dalam mobil.

"Nuri, aku tinggal sebentar keluar tidak apa-apa kan?" ucapku pada Nuri.

"Tidak apa-apa Mba," jawabnya.

"Saya mau mengambil sesuatu di mobil," ucapku kemudian berdiri dan berlalu dari sana.

Aku sengaja memperlambat langkah saat di depan kamar Mas Alan, bahkan aku berhenti sejenak untuk mendengar percakapan Mas Alan dan ibu. Tentunya aku juga mengawasi, jangan sampai Nuri melihatku menguping, bisa kacau semuanya kalau dia melihatku.

"Alan, kenapa kamu bisa kecolongan begini sih? Kenapa Airin datang ke sini?" tanya ibu dengan nada kesal.

"Alan juga tidak tahu, Bu, semalam Alan pamit ke dia dengan alasan ibu sedang tidak enak badan," jawab Mas Alan.

"Dasar bodoh, lalu bagaimana? Dia tidak bertanya tentang Nuri kan?" tanya ibu terdengar khawatir.

"Ibu tenang saja soal Nuri aman terkendali kok, aku sudah bilang ke Airin kalau Nuri itu anak kerabat ibu di kampung yang kerja di sini," jawab Mas Alan.

"Baguslah kalau gitu, jangan sampai Airin tahu kalau kamu dan Nuri sudah menikah," ucap ibu.

Deg!

Apa, jadi Mas Alan dan wanita bernama Nuri itu sudah menikah. Bahkan ibu ikut terlibat, kenapa mereka tega sama aku padahal selama ini aku selalu memberikan yang terbaik untuk Mas Alan dan juga ibu.

Aku bergegas kembali ke meja makan, di sana terlihat Nuri sedang menikmati sarapan di depannya. Wanita itu ternyata maduku, tanpa sepengetahuanku Mas Alan menikah dengannya. Ntah apa alasan Mas Alan menikah secara diam-diam dengan Nuri, bahkan ibu mendukungnya. 

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Akhir

    Arfin berhasil dibekuk polisi. Ia dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatannya. Pembunuhan terhadap Om Wisnu dan rencana pembunuhan terhadap Bu Sarti dan juga Alan.Airin bernapas dengan lega karena Arfin sudah berada dibalik jeruji besi. Kini saatnya ia mengakhiri hubungannya dengan Alan. Bagaimana pun juga ia ingin hidup dengan tentram dan bahagia tanpa dibayangi masa lalu.Proses perceraian nya dengan Alan berjalan dengan lancar yang pastinya dibantu oleh pengacara. Ia datang ke rumah Alan membawa surat cerai itu dan menyuruh Alan untuk menandatanganinya.Sementara Nuri ia sudah kembali ke kampung halamannya. Dengan segala penyesalan ia minta maaf pada Airin karena sudah mengacaukan rumah tangganya karena keegoisannya. Namun, yang ia dapat hanyalah kebahagiaan semu dan pada akhirnya ia memilih untuk pergi.Sebagai seorang kakak, Niko berjanji akan membiayai hidup Nuri dan calon anaknya. Bagaimanapun juga Nuri tetap lah saudaranya walau mereka beda ayah.Alan tidak dapat berbuat apa-

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Arfin Ditangkap Polisi

    Airin memberi Nuri ponsel yang sudah ia aktifkan fitur lokasinya. Sehingga ia akan dengan mudah melacak kemana Nuri dan Arfin pergi."Awas saja kalau sampai kamu berkhianat. Kamu akan tahu akibatnya kalau berani mengkhianati aku," bisik Airin dengan nada ancaman."Sekarang kamu temui Arfin dan lakukan sesuai rencana. Hari ini juga Arfin harus mempertanggung jawabkan perbuatannya," ucap Airin melipat kedua tangan di depan dada."Okay," jawab Nuri singkat.Berbekal uang dari Airin, Nuri mengendarai taksi online menuju kos Arfin. Tidak lama kemudian ia sudah sampai di sana. Dengan perasaan sedikit cemas ia mengetuk pintu kamar Arfin. Tidak lama berselang Arfin membukakan pintu."Nuri, ayo masuk," ucap Arfin menarik tangan Nuri."Kenapa kamu baru kesini? Kamu tahu aku sangat khawatir dengan keadaan kamu," ucap Arfin dengan nada khawatir."Aku baru bisa kabur dari Mas Alan," jawab Nuri lemah."Alan enggak ngapa-ngapain kamu kan? Dia nggak nyakitin kamu kan?" tanya Arfin cemas."Dia menyiks

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Rencana Untuk Menjebak Arfin

    "Nik, sini," panggil Airin.Niko berdiri dan melangkah ke arah Airin."Ada apa?" tanya Niko penasaran."Ini, lihat." Airin menyodorkan tabnya.Niko mengambil tab dan melihat rekaman cctv itu. Niko sangat terkejut melihat adegan demi adegan dalam rekaman cctv itu."Nik, bawa aku ketemu dengan Nuri," ucap Airin kemudian."Untuk apa?" tanya Niko."Kita bisa pakai Nuri untuk menjebak Arfin supaya mau mengakui kalau dia yang sudah membunuh Om Wisnu dan anak buahnya. Dengan begitu dia akan dipenjara dan aku tidak perlu khawatir lagi dicelakai sama dia," jelas Airin.Niko diam sejenak. Ia memikirkan perkataan Airin barusan."Okay, nanti sepulang kerja aku jemput kamu," jawab Niko."Kenapa enggak sekarang aja sih?" tanya Airin sedikit kesal."Airin sayang, sebentar lagi aku ada pemotretan," jawab Niko."Ya udah, sana pergi. Ngapain masih di sini," ucap Airin kesal."Jangan jutek gitu dong, ntar cantiknya hilang," goda Niko."Bodoh amat," balas Airin."Ya udah aku pergi yah, nanti pulang kanto

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Penderitaan Nuri

    Alan sangat murka terhadap Nuri. Ia memperlakukan Nuri seperti pembantu. Bu Sarti yang sudah mengetahui semuanya tidak dapat berbuat apa-apa. Ia juga begitu kecewa dengan perbuatan Nuri.Alan tidak ingin menceraikan Nuri karena ingin membalas perbuatannya dengan Arfin. Ia akan membuat Nuri menderita."Bangun!" bentak Alan seraya mengguyur Nuri dengan seember air.Sejak malam dimana Alan memergoki Nuri dan Arfin, ia menyuruh Nuri tidur di kamar belakang khusus untuk pembantu."Mas, kamu keterlaluan banget sih," pekik Nuri yang baru saja bangun."Jam berapa sekarang ha? Cepat bangun dan siapkan sarapan untuk aku dan Ibu," perintah Alan."Mas, sejak tadi malam aku tidak enak badan. Perutku rasanya sakit," keluh Nuri dengan tampan memelas."Aku tidak peduli! Sekarang cepat ke dapur dan siapkan sarapan aku dan Ibu," bentak Alan."Mas," ucap Nuri dengan tampan memohon dan memelas."Cepat!" bentak Alan membuat Nuri tersentak kaget.Dengan meringis kesakitan juga memegang perutnya Nuri berjal

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Akhirnya Alan Tahu

    Niko membawa Bu Wulan dan Airin ke sebuah cafe outdoor. Mereka menikmati makan malam dengan panorama alam yang didesain sedemikian rupa hingga dapat memanjakan mata pengunjung.Selama berada di cafe itu, Niko tidak pernah melepas masker, jaket dan juga topi yang dikenakannya. Ia tidak mau orang-orang yang ada di cafe mengenalinya."Masker sama topinya kenapa tidak dilepas?" tanya Bu Wulan."Ma, di sini banyak orang, aku nggak mau nanti kejadian beberapa waktu lalu terulang lagi," Airin menjawab pertanyaan ibunya."Ya udah kalau begitu, kita cari restoran yang ada ruang privat nya," ucap Bu Wulan."Tapi, di sini bagus, Ma," selah Airin."Daripada Niko tidak makan, cuma lihatin kita," ucap Bu Wulan."Ya udah," ucap Airin mengalah.Setelah membayar makanan, mereka pergi dari cafe itu. Sesuai dengan usulan Bu Wulan mereka ke sebuah restoran yang ada ruang privat nya.Mereka kembali memesan beberapa menu. Setelah itu mereka diantar oleh pelayan restoran ke ruang privat."Silahkan," ucap pe

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Apakah Nuri dan Arfin Akan Berhasil?

    Setelah Arfin dan Nuri pergi dari cafe itu, Airin juga pergi. Tujuannya setelah dari cafe adalah klinik dokter Fatimah. Ia harus memberitahu dokter Fatimah tentang rencana Arfin dan Nuri.Tidak lama kemudian ia sudah sampai di klinik dokter Fatimah."Kok, tutup yah," gumam Airin setelah melihat plan bertuliskan tutup di depan pintu masuk.Airin mengambil ponselnya dari tas kemudian menelpon dokter Fatimah."Halo, Airin, ada apa?" tanya dokter Fatimah begitu menjawab telpon."Maaf kalau saya mengganggu waktu, dokter. Saya hanya ingin bertanya, kenapa klinik dokter tutup?" tanya Airin."Saya sedang ada seminar dan pelatihan di Singapura sampai dua Minggu ke depan. Ada apa Airin?" jawab dan tanya dokter Fatimah."Ah, tidak apa-apa, dokter, saya hanya ingin menanyakan hasil tes DNA Mas Alan," jawab Airin."Hasilnya akan keluar tiga Minggu lagi kan. Saya hanya dua Minggu di sini," jawab dokter Fatimah.Airin diam sejenak, ia bingung bagaimana caranya menyampaikan ke dokter Fatimah perihal

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status