Home / Rumah Tangga / Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri / Mengundang Ibu dan Nuri Makan Malam

Share

Mengundang Ibu dan Nuri Makan Malam

Author: Nurhasna
last update Last Updated: 2023-12-04 15:15:34

"Airin, cukup!" bentak ibu mertua karena aku terus mencecar Nuri dengan pertanyaan yang tentunya tidak bisa ia jawab.

"Loh memangnya kenapa sih, Bu? Aku hanya ingin tahu Nuri ini kerja apa? Ingat dia tinggal di rumah ibu Lo. Kalau misalnya dia kerja yang tidak benar kan ibu juga nanti yang kena masalah, kena malu," jawabku santai.

Terlihat wajah ibu merah padam menahan marah mendengarku mengucapkan kalimat kerja yang tidak benar.

"Sudah, Nuri, ayo kita pulang. Kamu tidak usah dengar apa kata Airin," ucap ibu kemudian menyimpan baju yang tadi di pegang nya kemudian menarik tangan Nuri pergi dari sana.

Aku tersenyum sinis melihat mereka pergi. Aku yakin ibu dan Nuri pasti sangat tersinggung dengan ucapanku tadi. Rasakan kalian, ini baru permulaan. Tunggulah kejutan-kejutan dariku selanjutnya yang akan membuat kalian jantungan.

Aku membeli beberapa potong baju, tas dan sepatu. Setelah itu aku bergegas meninggalkan mall. Aku melajukan mobil kembali ke rumah, masih ada waktu sekitar satu setengah jam sebelum Mas Handi menjemputku ke klinik dokter Fatimah. Aku ingin merebahkan badan sejenak, rasanya tubuh ini butuh istirahat walau hanya beberapa saat.

Tidak lama kemudian aku sudah sampai di rumah. Setelah memarkir mobil di garasi aku bergegas masuk langsung menuju kamar untuk rebahan.

Sesampai di kamar aku langsung menghempaskan tubuh ini ke atas ranjang.

Tuhan kuatkan aku untuk menghadapi ujian ini.

***

Kurang lima belas menit jam empat, Mas Alan datang. Dia masuk ke kamar saat aku sedang bersiap-siap.

"Kamu belum siap?" tanyanya mendapatiku memoles lipcream ke bibir ini.

"Sudah," jawabku menyimpan kembali lipcream ke tempatnya.

"Yuk,' ucapku kemudian mengambil tas selempang yang tergantung di samping meja rias.

Mas Alan memandangku dari ujung kaki sampai ujung rambut.

"Kenapa, Mas? Ada yang salah yah sama penampilanku?" tanyaku.

"Tidak kok. Ya udah, yuk berangkat," ucapnya kemudian berlalu keluar kamar, aku mengekor di belakangnya.

Mas Alan sudah keluar rumah duluan sementara aku masih di ruang tengah.

"Bi, nanti tidak usah masak untuk makan malam, pesan saja dari catering langganan," ucapku menyerahkan sepuluh lembar uang seratusan.

"Untuk berapa orang, Non?" tanya Bu Minah.

"Pesan untuk lima orang, Bi, pesan makanan seperti biasa yah," ucapku.

"Baik, Non," jawabnya.

"Usahakan makanannya sudah sampai rumah sebelum jam tujuh malam," ucapku lagi.

"Baik, Non," 

"Ya udah kalau gitu saya keluar dulu sama bapak, tolong rumah dibersihkan dan dirapikan lagi yah, Bi," ucapku sebelum melenggang keluar.

Aku sengaja menyuruh Bi Minah memesan makanan dari catering langgananku, karena malam ini aku akan mengundang ibu dan Nuri untuk makan malam di sini.

"Lama banget sih," celetuk Mas Alan begitu aku masuk mobil.

"Tadi aku bicara sebentar sama Bi Minah," ucapku sambil memakai safety belt.

Mas Alan tidak bicara lagi. Dia men-starter mobil kemudian dengan perlahan ia mulai melajukannya meninggalkan rumah menuju klinik dokter Fatimah.

"Mas, nanti jemput ibu dan Nuri untuk makan malam di rumah yah. Aku sudah memesan makanan di catering langgananku," ucapku memecah keheningan di dalam mobil.

"Hm," jawab Mas Alan terlihat acuh.

Tidak lama kemudian kami sampai di depan klinik dokter Fatimah.

Setelah memarkir mobil aku dan Mas Alan turun dan masuk ke dalam klinik.

"Eh Airin, sudah datang toh, ayo langsung masuk ke ruangan saya," ucap dokter Fatimah yang kebetulan baru saja menunaikan shalat asar di musholla samping ruangannya.

"Terimakasih dok," ucapku kemudian mengikutinya masuk ke dalam ruangan.

Di dalam ruangan itu aku dan Mas Alan menceritakan masalah kami yang ingin memiliki anak. Setelah itu dilakukan lah serangkaian pemeriksaan terhadap Mas Handi, karena sebelumnya aku sudah periksa dan hasilnya aku normal tidak ada yang bermasalah.

"Loh, kok kamu tidak diperiksa sih, Rin?" tanya Mas Alan heran.

"Kamu aja dulu, Mas, nanti aku belakangan. Ia kan dok?" aku meminta pembelaan dari dokter Fatimah.

"Iya, Pak Alan, benar. Airin akan diperiksa nanti setelah anda," jawab dokter Fatimah lembut.

Setelah beberapa saat.

"Kalau hasil pemeriksaannya sudah keluar saya akan menghubungi Airin," ucap dokter Fatimah.

"Baik, dok, terimakasih," ucapku.

"Sama-sama, semoga harapannya untuk memiliki anak cepat terwujud yah," ucap dokter Fatimah sebelum kami meninggalkan klinik.

Aku memang sudah menceritakan semuanya ke dokter Fatimah perihal masalah ku dengan Mas Alan dan dia bersedia untuk membantu. Kebetulan dokter Fatimah ini sahabat baik mama dan dia sangat sayang padaku, dia sudah menganggapku sebagai putrinya sendiri. Maklum dokter Fatimah hanya memiliki satu anak laki-laki yang usianya hampir sama denganku.

***

Tepat jam tujuh malam Mas Alan datang bersama ibu dan Nuri. Aku memang sengaja menyuruhnya untuk menjemput ibu mertua dan istri rahasianya itu.

"Selamat datang di rumah saya, Nuri," sambutku dengan hangat.

Nuri terlihat memperhatikan setiap sudut rumah ini. Mungkin dia takjub dengan arsitekturnya yang elegan juga furnitur dalam rumah ini terlihat elegan dan mewah berbeda dengan yang biasa ia lihat di rumah ibu. 

"Ayo, Bu, Nuri, langsung ke meja makan. Saya sudah siapkan makan malam spesial untuk kalian," ucapku tersenyum dengan manis.

Lagi-lagi Nuri terlihat memperhatikan penampilanku dari ujung kaki sampai ujung rambut. Malam ini aku memang hanya memakai piyama berbahan satin yang lembut warna merah maron namun tampak elegan.

"Kok, bengong, Nuri? ayo," ucapku kemudian menarik tangannya. 

Aku sengaja bersikap seramah mungkin pada Nuri di hadapan Mas Alan.

"Kamu yang masak semua ini, Airin?" tanya ibu kemudian duduk di salah satu kursi.

"Oh tidak dong, Bu, mana sempat aku masak sebanyak ini. Semua ini kupesan di catering langgananku," jawabku tersenyum.

"Semuanya?" tanya ibu dengan mata terbelalak.

"Iya, Bu, kenapa?" tanyaku.

"Kamu kok boros banget sih, Rin," ucap ibu terdengar tidak suka.

"Loh kok boros sih, Bu? Semua ini aku pesan untuk makan malam kita uang kedatangan tamu spesial," ucapku tersenyum melirik Nuri yang tampak kikuk.

"Sudah, sudah. Tidak usah debat, lebih baik kita makan saja," ucap Mas Alan menghentikan pembicaraanku dengan ibu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Akhir

    Arfin berhasil dibekuk polisi. Ia dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatannya. Pembunuhan terhadap Om Wisnu dan rencana pembunuhan terhadap Bu Sarti dan juga Alan.Airin bernapas dengan lega karena Arfin sudah berada dibalik jeruji besi. Kini saatnya ia mengakhiri hubungannya dengan Alan. Bagaimana pun juga ia ingin hidup dengan tentram dan bahagia tanpa dibayangi masa lalu.Proses perceraian nya dengan Alan berjalan dengan lancar yang pastinya dibantu oleh pengacara. Ia datang ke rumah Alan membawa surat cerai itu dan menyuruh Alan untuk menandatanganinya.Sementara Nuri ia sudah kembali ke kampung halamannya. Dengan segala penyesalan ia minta maaf pada Airin karena sudah mengacaukan rumah tangganya karena keegoisannya. Namun, yang ia dapat hanyalah kebahagiaan semu dan pada akhirnya ia memilih untuk pergi.Sebagai seorang kakak, Niko berjanji akan membiayai hidup Nuri dan calon anaknya. Bagaimanapun juga Nuri tetap lah saudaranya walau mereka beda ayah.Alan tidak dapat berbuat apa-

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Arfin Ditangkap Polisi

    Airin memberi Nuri ponsel yang sudah ia aktifkan fitur lokasinya. Sehingga ia akan dengan mudah melacak kemana Nuri dan Arfin pergi."Awas saja kalau sampai kamu berkhianat. Kamu akan tahu akibatnya kalau berani mengkhianati aku," bisik Airin dengan nada ancaman."Sekarang kamu temui Arfin dan lakukan sesuai rencana. Hari ini juga Arfin harus mempertanggung jawabkan perbuatannya," ucap Airin melipat kedua tangan di depan dada."Okay," jawab Nuri singkat.Berbekal uang dari Airin, Nuri mengendarai taksi online menuju kos Arfin. Tidak lama kemudian ia sudah sampai di sana. Dengan perasaan sedikit cemas ia mengetuk pintu kamar Arfin. Tidak lama berselang Arfin membukakan pintu."Nuri, ayo masuk," ucap Arfin menarik tangan Nuri."Kenapa kamu baru kesini? Kamu tahu aku sangat khawatir dengan keadaan kamu," ucap Arfin dengan nada khawatir."Aku baru bisa kabur dari Mas Alan," jawab Nuri lemah."Alan enggak ngapa-ngapain kamu kan? Dia nggak nyakitin kamu kan?" tanya Arfin cemas."Dia menyiks

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Rencana Untuk Menjebak Arfin

    "Nik, sini," panggil Airin.Niko berdiri dan melangkah ke arah Airin."Ada apa?" tanya Niko penasaran."Ini, lihat." Airin menyodorkan tabnya.Niko mengambil tab dan melihat rekaman cctv itu. Niko sangat terkejut melihat adegan demi adegan dalam rekaman cctv itu."Nik, bawa aku ketemu dengan Nuri," ucap Airin kemudian."Untuk apa?" tanya Niko."Kita bisa pakai Nuri untuk menjebak Arfin supaya mau mengakui kalau dia yang sudah membunuh Om Wisnu dan anak buahnya. Dengan begitu dia akan dipenjara dan aku tidak perlu khawatir lagi dicelakai sama dia," jelas Airin.Niko diam sejenak. Ia memikirkan perkataan Airin barusan."Okay, nanti sepulang kerja aku jemput kamu," jawab Niko."Kenapa enggak sekarang aja sih?" tanya Airin sedikit kesal."Airin sayang, sebentar lagi aku ada pemotretan," jawab Niko."Ya udah, sana pergi. Ngapain masih di sini," ucap Airin kesal."Jangan jutek gitu dong, ntar cantiknya hilang," goda Niko."Bodoh amat," balas Airin."Ya udah aku pergi yah, nanti pulang kanto

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Penderitaan Nuri

    Alan sangat murka terhadap Nuri. Ia memperlakukan Nuri seperti pembantu. Bu Sarti yang sudah mengetahui semuanya tidak dapat berbuat apa-apa. Ia juga begitu kecewa dengan perbuatan Nuri.Alan tidak ingin menceraikan Nuri karena ingin membalas perbuatannya dengan Arfin. Ia akan membuat Nuri menderita."Bangun!" bentak Alan seraya mengguyur Nuri dengan seember air.Sejak malam dimana Alan memergoki Nuri dan Arfin, ia menyuruh Nuri tidur di kamar belakang khusus untuk pembantu."Mas, kamu keterlaluan banget sih," pekik Nuri yang baru saja bangun."Jam berapa sekarang ha? Cepat bangun dan siapkan sarapan untuk aku dan Ibu," perintah Alan."Mas, sejak tadi malam aku tidak enak badan. Perutku rasanya sakit," keluh Nuri dengan tampan memelas."Aku tidak peduli! Sekarang cepat ke dapur dan siapkan sarapan aku dan Ibu," bentak Alan."Mas," ucap Nuri dengan tampan memohon dan memelas."Cepat!" bentak Alan membuat Nuri tersentak kaget.Dengan meringis kesakitan juga memegang perutnya Nuri berjal

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Akhirnya Alan Tahu

    Niko membawa Bu Wulan dan Airin ke sebuah cafe outdoor. Mereka menikmati makan malam dengan panorama alam yang didesain sedemikian rupa hingga dapat memanjakan mata pengunjung.Selama berada di cafe itu, Niko tidak pernah melepas masker, jaket dan juga topi yang dikenakannya. Ia tidak mau orang-orang yang ada di cafe mengenalinya."Masker sama topinya kenapa tidak dilepas?" tanya Bu Wulan."Ma, di sini banyak orang, aku nggak mau nanti kejadian beberapa waktu lalu terulang lagi," Airin menjawab pertanyaan ibunya."Ya udah kalau begitu, kita cari restoran yang ada ruang privat nya," ucap Bu Wulan."Tapi, di sini bagus, Ma," selah Airin."Daripada Niko tidak makan, cuma lihatin kita," ucap Bu Wulan."Ya udah," ucap Airin mengalah.Setelah membayar makanan, mereka pergi dari cafe itu. Sesuai dengan usulan Bu Wulan mereka ke sebuah restoran yang ada ruang privat nya.Mereka kembali memesan beberapa menu. Setelah itu mereka diantar oleh pelayan restoran ke ruang privat."Silahkan," ucap pe

  • Kubalas Suami dan Mertua Tidak Tahu Diri   Apakah Nuri dan Arfin Akan Berhasil?

    Setelah Arfin dan Nuri pergi dari cafe itu, Airin juga pergi. Tujuannya setelah dari cafe adalah klinik dokter Fatimah. Ia harus memberitahu dokter Fatimah tentang rencana Arfin dan Nuri.Tidak lama kemudian ia sudah sampai di klinik dokter Fatimah."Kok, tutup yah," gumam Airin setelah melihat plan bertuliskan tutup di depan pintu masuk.Airin mengambil ponselnya dari tas kemudian menelpon dokter Fatimah."Halo, Airin, ada apa?" tanya dokter Fatimah begitu menjawab telpon."Maaf kalau saya mengganggu waktu, dokter. Saya hanya ingin bertanya, kenapa klinik dokter tutup?" tanya Airin."Saya sedang ada seminar dan pelatihan di Singapura sampai dua Minggu ke depan. Ada apa Airin?" jawab dan tanya dokter Fatimah."Ah, tidak apa-apa, dokter, saya hanya ingin menanyakan hasil tes DNA Mas Alan," jawab Airin."Hasilnya akan keluar tiga Minggu lagi kan. Saya hanya dua Minggu di sini," jawab dokter Fatimah.Airin diam sejenak, ia bingung bagaimana caranya menyampaikan ke dokter Fatimah perihal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status