Share

10. Sosok Itu

Sarita menuriti langkah putranya meninggalkan wanita bersama putrinya yang cantik itu. Tanpa Sarita tahu, Sagara telah melihat dan mendengar semua kalimat perempuan itu. Dahinya mengernyit, seakan dia pernah melihat wajah perempuan tersebut.

"Paman!" teriak Alifian saat dilihatnya Sagara berdiri dengan bersedekap dan bersandar pada badan mobil.

Alifian pun berjalan cepat cenderung berlari menuju ke Sagara, dia segera memeluk kaki panjang pria tersebut. Sagara membungkuk dan meraih tubuh mungil ponakannya itu.

"Hai jagoan om, apa kabar?" tanya Sagara sambil berjalan menujubke sisi mobil yang lain untuk membukakan pintu Sarita.

"Silakan masuk, Mama!" kata Alifian.

"Hehe, terima kasih, Sayang!" balas Sarita. Kemudian Sagara membukakan pintu lainnya untuk Alifian.

"Masuk dan duduk yang baik!"

"Siap, Paman!"

Sagara tersenyum, lalu berjalan memutar menuju ke kursi kemudi. Ekor matanya sempat melihat wajah kaget wanita yang menghina Sarita tadi. Senyum tipis bahkan hampir tidak terlihat tercetak di bibir Sagara. Wanita itu bergidik melihat wajah sang penguasa itu.

"Mampus aku jika pria itu lelaki Sarita," gumam wanita itu.

Mobil yang dikendarai Sagara meluncur membelah jalanan. Dalam mobil Alifian berceloteh ala anak kecil pada umumnya. Bahkan dia tidak lupa menceritakan sosok teman barunya yang bernama Amara, gadis cantik yang pulang bersamanya.

"Amara cantik ya, Ma. Dia gadis kecil yang kembut seperti Mama, Lho!" puji Alifian.

"Hai, anak kecil kok omongnya seperti itu. Memang cantik mana dengan mama?" tanya Sagara.

"Lalu wanita muka badut itu tadi siapa?" lanjut Sagara.

Alifian mengerutkan dahinya, dia mencoba mengingat sesuatu. Lalu senyumnya mengembang dan menatap pada Sagara.

"Menurut Amara itu tadi wanita calon istri ayahnya, Paman."

Sagara manggut-manggut. Dia ingat sekarang akan sosok wanita itu. Rupanya ini yang dihindari oleh sahabatnya hingga menjauh ke luar negeri meninggalkan putrinya yang cantik.

"Jika Amara jadi adik kamu, apakah kamu mau, Alif?" tanya Sagara.

Mendengar pertanyaan Sagara, bola mata Sarita seketika membulat tidak percaya. Apa maksud dari pertanyaan itu. Sagara tidak memedulikan wajah Sarita, dia masih fokus mengemudi.

Akhirnya mobil sampai di butik tujuan Sarita, wanita itu pun segera turun tetapi tidak dengan Sagara dan Alifian. Keduanya ingin menghabiskan waktu bersama, hanya berdua khusus untuk kau pria.

"Kalian jangan pulang larut, sebelum malam harus segera pulang."

"Tenang dua jam ke depan aku jemput kamu, dandan yang cantik. Pakai pakaian yang tadi dibawa oleh Aulia, Oke!" kata Sagara. "Ayo jagoan lets go!"

"Go!"

Sarita hanya menggelengkan kepala melihat kedua laki-laki beda usia itu. Mereka selalu kompak dalam segala hal. Wanita itu bersyukur semua watak pria masa lalunya tidak menurun pada putranya. Alifian cenderung memiliki pola pikir mirip dengannya.

Setelah mobil tidak terlihat, Sarita pun berjalan menuju ke butiknya yang ternyata sedang ramai pengunjung. Namun, tubuh Sarita tiba-tiba bergetar kala melihat dua punggung yang dia kenal dengan baik. Akan tetapi sosok wanita cantik di sisi sang pria yang menjadi pertanyaan.

"Nona, ada apa denganmu?" tanya Aulia yang segera menyambut kedatangan nonanya, tetapi saat mendekat tubuh Sarita bergetar hebat.

"Lebih baik Nona istirahat dulu di dalam!" kata Aulia, "Santi tolong buatkan Nona cokelat hangat!" perintah Aulia pada salah satu karyawan.

"Baik, Kak."

Aulia pun membawa Sarita ke ruang kerjanya langsung, tetapi tatapan Sarita masih fokus pada tiga sosok diujung ruang ganti. Mereka sepertinya sedang fitting baju.

"Apa Nona kenal dengan mereka?" tanya Aulia saat mengikuti arah pandang Sarita.

"Tidak!" jawab Sarita, "Memangnya ada apa mereka sedikit ribut di sana, Lia?" lanjutnya.

"Mereka inginkan pakaian yang ada di etalase, tetapi pakaian itu sudah di pesan oleh Nona Almaera. Akhirnya oleh yang lain diberi model lainnya."

Sarita sebenarnya ingin tahu untuk apa mereka memesan pakaian yang cukup mahal dan mendadak waktunya. Rasa penasaran itu kian muncul saat dilihatnya stok gaun malamnya hari ini ludes tanpa sisa.

"Apakah kamu tahu malam ini akan ada acara apa, Aulia?" tanya Sarita yang tidak paham akan situasi dalam butiknya yang dikunjungi beberapa orang penting.

Aulia menatap penuh tanya pada nonanya itu, dia tidak mengerti akan ingatan sang nona. Lalu Aulia berjalan menuju ke kalender meja dan membuka tepat pada halaman yang ditandai oleh nonanya sendiri.

"Ini, Nona!"

"Laaahh, ternyata! Pantas, lalu mana pakaianku yang kemarin aku desain itu, Lia?" tanya Sarita.

"Yang kemarin ... Tidak boleh dipakai oleh Tuan muda, Nona. Beliau menitipkan ini saat berangkat nanti, satu jam lagi jemputan datang. Maka bersiaplah, Nona!"

Sarita terhenyak kaget begitu melihat jam pada dinding. Seketika gegas dia mengambil paper bag yang disodorkan oleh Aulia dan membawanya ke kamar ganti yang ada di ruangan itu. Beberapa saat dia keluar sudah memakai gaun malam hasil pilihan Sagara. Matanya membulat kala melihat tampilannya yang sedikit terbuka dan glamour.

"Apa ini, bagitu terbuka. Sebenarnya itu acara apa sih, Aulia?" tanya Sarita.

"Seperti malam amal tahunan, Nona. Ini adalah kegiatan rutin tuan muda," jawab Aulia.

Sarita pun segera merias wajahnya seminimal mungkin, dia tidak mau terlihat murahan dengan make up tebal. Setelah selesai segera turun menuju ke lantai dasar. Namun, langkahnya terhenti kala tatapannya bersirobok dengan seorang wanita yang begitu dikenalnya.

"Kau ...."

"Sarita?"

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status