"Ngapain sih kamu kesini?" tanya Anisa pada laki-laki yang berdiri didepannya.
"Aku kan sudah bilang, kalau kamu nggak mau angkat teleponku. Aku akan datang ke rumahmu," jawab laki-laki tersebut dengan santai."Tapi nggak malam juga kali. Ada suamiku. Sekarang, kamu pergi!" usir Anisa dengan suara yang sedikit rendah."Oke, aku akan pergi. Tapi besok kamu harus mau aku ajak jalan-jalan.""Gampanglah itu. Yang penting sekarang, kamu pergi dulu."Anisa mendorong laki-laki tersebut, dan langsung menutup pintu rumah. Ia begitu takut kalau ada yang melihatnya.Anisa begitu menyesal memberitahu rahasia ini kepada temannya. Karena ternyata temannya memberitahu kepada laki-laki itu langsung.Karena semua sudah terlanjur, dan dia tahu kenyataannya, Anisa tidak bisa menolaknya. Dan selama ini pula, Anisa selalu membalas chat dan menerima telepon darinya.Anisa memperbaiki bajunya agAndini yang sudah kelas 3 mulai kerepotan membagi waktu bekerja dengan sekolah. Ia yang notabene nya sebagai konten kreator, dan memiliki akun sosial media dengan follower yang tidak sedikit, membutuhkan orang untuk membantunya dalam bekerja.Andini mencari beberapa orang untuk dijadikan editor dan kameraman, dan juga manager pribadinya. Tidak ada hanya untuk dirinya, Andini juga mencarikan orang untuk warung makan ibunya. Warung makan Ratna yang semakin rame, membuat Ratna kewalahan meskipun sudah dibantu satu orang dibagian dapur."Gimana Kak, sudah dapat tempatnya?" tanya Ratna pada Andini.Andini menyewa tempat untuk ia jadikan kantor. Meskipun tempatnya tidak terlalu besar, yang penting nyaman untuk bekerja. Andini memilih mencari tempat di perkampungan, jauh dari keramaian kendaraan."Sudah Bu. Mungkin Minggu depan sudah bisa di tempati," jawab Andini.Ratna tersenyum bahagia, karena impian anaknya ingin pun
Kalian ngapain? Kaya asyik banget ngobrolnya?" tanya Hera pada Alvin dan Firda yang terlihat sedang tertawa bersama.Hera memang sengaja keluar kamar, karena mendengar suara suaminya. Tapi ia tidak menyangka, kalau suaminya ternyata sedang duduk bareng Firda sambil bergurau. Padahal selama menikah, Alvin begitu cuek dengan Hera. Tidak pernah sekalipun mengajak Hera bergurau, yang ada malah selalunya bertengkar."Ini Om Alvin, cerita tentang Rio. Ternyata Om Alvin dan Rio berteman sejak dulu, Tante,"jawab Firda santai. Hera yang melihat suaminya tersenyum bahagia, merasa cemburu. Kenapa dengan Firda, Alvin bisa selepas itu, sedangkan dengannya, Alvin selalu sibuk main game. Kalaupun mengajak Hera berbicara, juga seperlunya aja.Hera menutup pintu kamarnya, dan berjalan menuju dimana keduanya duduk. Hera sengaja duduk di tengah-tengah antara Alvin dan Firda."Kenapa harus duduk disini sih Her?" keluh Alvin yang harus sedikit berg
“Hera!” panggil Alvin tiba-tiba. Terlihat istrinya sedang memarahi Rio. Alvin merasa tidak enak dengan Rio, atas sikap istrinya tersebut.“Kamu mau pulang kan? Sok lah pulang. Nanti aku kirim laporan yang hari ini,” ucap Alvin pada Rio.“Oke. Aku pulang dulu ya,” ucap Rio kemudian melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut.“Istri kamu menyeramkan!” bisik Rio pada telinga Alvin. Suara Rio begitu lirih, agar Hera tidak bisa mendengarnya.Setelah memastikan Rio pergi, Alvin yang sedari tadi stay calm, langsung emosi melihat istrinya yang mencoba mendekatinya.“Sayang…” panggil Hera manja. Hera datang ingin meminta suatu hal, sebab itulah dia harus baik-baik dengan Alvin.“Kamu itu nggak punya telinga ya Hera!” pekik Alvin dengan penuh emosi. “Aku kan sudah bilang, kamu jangan sering-sering kesini. Ngapain sih kamu kesini?”“Kenapa kamu jadi marah sih Sayang? Apa salahnya aku kesini? Toh ini milik suamiku sendiri, sama saja dengan milikku dong.”“Aku mau nggak ribut-ribut. Malu dengan
"Kenalkan, ini Linda, orang baru," ucap Tanti mengenalkan Linda pada pelanggannya."Hai Linda, aku Farhan," ucap Farhan sambil mengulurkan tangan untuk salaman.'Apa dia nggak kenal denganku ya' gumam Linda dalam hati.'Tapi bagus lah, jadi dia nggak bisa mengadu ke Mbak Anisa tentang pekerjaanku' lanjut Linda dalam hati."Linda!" panggil Tanti sambil menyenggol lengan temannya itu. Linda sedari tadi hanya diam sambil menatap Farhan tanpa kedip."Eh iya, maaf," ucap Linda sambil menerima uluran tangan Farhan. "Aku Linda.""Temanku sepertinya terpesona dengan ketampanan mu, Farhan," ujar Tanti dengan senyuman."Ya, sepertinya begitu," jawab Linda dengan gurau.Setelah perkenalan, Tanti pun membiarkan keduanya untuk mengobrol berdua sebelum masuk ke ruangan. Sedangkan Tanti pergi menyapa tamu-tamu yang lain.Club tempat Linda bekerja tempatnya begitu tertutup. Hanya orang-orang yang punya kartu member saja yang bisa masuk. Club tersebut hanya buka siang hari, dan malamnya akan di jadika
Tok! Tok! Tok!"Ibu, ada yang mengetuk pintu," ucap Athala."Ya Nak. Sebentar ya, Ibu buka pintu dulu.”Sebelumnya Ratna melihat dulu dari jendela, siapa yang datang ke rumahnya malam hari. Terlihat seorang pemuda berdiri didepan pintu. Tapi wajahnya asing, Ratna belum pernah bertemu dengan pemuda itu."Mungkin temannya Andini," gumam Ratna. Wanita itupun membuka kan pintunya.Pemuda yang berdiri didepan pintu tersenyum pada Ratna. Begitupun dengan Ratna, yang membalas senyuman pemuda itu."Ini ibunya Athala ya," ucap pemuda itu tiba-tiba."Iya. Kamu siapa?" tanya Ratna merasa bingung. "Ayo masuk dulu."“Ini makanan untuk Athala Bu.""Mas ini siapa ya?" tanya Ratna ulang."Oh ya, kita belum kenalan ya Bu. Saya Erwin Bu. Saya guru SMP di yayasan tempat Athala sekolah," jelas Erwin memperkenalkan diri."Oh begitu. Kok bisa kenal dengan Athala? Anak saya kan masih playgroup.”Erwin pun menceritakan kejadian saat dirinya mengantar Athala pulang, dan juga saat dirinya berkenalan dengan And
"Ngapain sih kamu kesini?" tanya Anisa pada laki-laki yang berdiri didepannya."Aku kan sudah bilang, kalau kamu nggak mau angkat teleponku. Aku akan datang ke rumahmu," jawab laki-laki tersebut dengan santai."Tapi nggak malam juga kali. Ada suamiku. Sekarang, kamu pergi!" usir Anisa dengan suara yang sedikit rendah."Oke, aku akan pergi. Tapi besok kamu harus mau aku ajak jalan-jalan.""Gampanglah itu. Yang penting sekarang, kamu pergi dulu."Anisa mendorong laki-laki tersebut, dan langsung menutup pintu rumah. Ia begitu takut kalau ada yang melihatnya.Anisa begitu menyesal memberitahu rahasia ini kepada temannya. Karena ternyata temannya memberitahu kepada laki-laki itu langsung.Karena semua sudah terlanjur, dan dia tahu kenyataannya, Anisa tidak bisa menolaknya. Dan selama ini pula, Anisa selalu membalas chat dan menerima telepon darinya.Anisa memperbaiki bajunya ag