Share

Kubeli Istriku dari Keluarganya
Kubeli Istriku dari Keluarganya
Author: Alibn A.

Bab 1

Author: Alibn A.
last update Last Updated: 2022-04-18 17:04:13

"Luna di mana?" teriak Eka. "Cucian banyak yang kotor, gak dibersihin," lanjutnya dan histeris melihat piring kotor yang berserakan di atas meja. Begitu juga cucian yang mulai menumpuk.

"Mungkin di kamar, Kak. Pasti masih tidur. Dasar pemalas!"

"Baru nikah aja, dah berlagak kayak ratu."

"Dia itu emang nyusahin dari dulu, Kak." Rita menimpali, ikut mengompori.

Aku yang tadinya hendak keluar dari kamar mandi, urung karena mendengar nama Luna, istri saya disebut. Kulanjutkan mendengar percakapan dan sumpah serapah mereka.

"Udah numpang, tapi lagaknya kayak Ratu, lamban sekali kalau kerja."

"Udah, laporin aja ke Mama," ucap Rita sambil mengarahkan telunjuknya ke arah mamanya yang kebetulan muncul di antara mereka berdua.

"Ini apa-apaan sih, ribut banget pagi-pagi."

"Ini loh, Ma. Lihat sendiri tuh cucian banyak yang kotor, piring juga. Luna tuh enak-enakan tidur, gak kerja."

"Luna belum bangun?"

"Iya, Ma. Liatkan, dia makin ngelunjak!"

"Sialan tu anak. Akhir-akhir ini dia mulai malas. Ya udah, kalian dulu yang bersihin, biar mama samperin Luna."

"Ogah, ah. Kan ada Luna. Ntar, tanganku lecet," ucap Eka sambil mengayunkan jemarinya ke atas.

"Mmm, aku juga." Rita berbalik dan ikut beranjak menuju kamarnya saat mata Mamanya menatap ke arahnya.

Setelah memastikan tak ada lagi suara mereka, aku pun keluar dan menuju kamar. Kulihat Luna sedang membersihkan kamar dan akan bersiap-siap keluar.

"Mau ke mana, Yang?"

"Eh, Arga, dari mana? Dari tadi aku nungguin. Sarapanmu sudah aku siapin di atas meja," ucap Luna sambil meletakkan beberapa buku ke tempatnya yang semalam kubaca kemudian berlalu.

"Mau ke mana, Lun?" tanyaku.

"Mau ke bawah, Ga. Mau bersih-bersih dulu di bawah sekaligus nyiapin sarapan untuk Mama dan yang lain," ucap Luna dengan mengembangkan senyuman.

"Kalau gitu, hati-hati ya, sayang. Jangan terburu-buru nanti jatuh." Luna hanya mengernyitkan dahi sambil tersenyum kembali.

Aku khawatir, ia memecahkan beberapa piring dan akan kena omelan lagi.

Ingin sekali aku mencegatnya, tapi tak mungkin membiarkannya dimarahi lagi oleh ibu dan kedua saudarinya kalau tak bekerja.

Segera aku bergegas memakai pakaian dan bersiap ikut bergabung untuk sarapan bersama. Sebelum keluar kamar, aku mendengar suara itu lagi.

"Kak Luna, ambilin piring dong. Yang ini masih kotor! Kayaknya belum dicuci deh."

"Yang mana? Udah bersih kok, Dek. Semua sudah kubersihkan."

Aku melihat Luna berlarian menghampiri mereka dengan terburu-buru. Pemandangan inilah yang sangat aku khawatirkan.

"Kak Luna, aku lagi ya. Bawain pisau dan garpu - yang ini kotor juga!" Sambil melempar benda tersebut di atas meja dengan ekspresi jijik.

"Iya, Dek. Bentar, ya!"

"Iih, lamreta banget, sih! Cepatan dong, Kak. Rita mau terlambat nih ke sekolah," ucapnya cemberut.

"Apaan sih ini ribut mulu. Ambil sendiri dong sayang!" ucap Bu Mega yang baru saja bergabung dengan mereka.

"Iih, Mama. Suruh Kak Luna dong cepatan. Udah jam berapa nih!"

"Cepetan dong, Luna. Mereka bakal terlambat."

"Iya, Ma, bentar," ucap Luna. Ia pun menghampiri mereka, "Ini sendok dan pisaunya. Maaf, tadi Kak Luna masih di toilet." Dengan suara ngos-ngosan.

"Iih, pasti jorok lagi." Melempar kembali benda tersebut.

"Udah bersih loh, Dek. Kok dibuang?"

Sakit sekali hatiku melihat pemandangan ini. Aku pun turun menyamperin mereka.

Pekerjaan Luna hanya mengurus rumah yang cukup besar ini dan tak ada seorang pembantu pun yang dipekerjakan. Kata Luna, mereka ingin berhemat semenjak kepergian ayahnya untuk selamanya.

Belum lagi jam 8 sudah harus ke kedai untuk dijaga. Kedai milik Pak Adri, almarhum ayah mereka.

"Assalamualaikum. Selamat pagi."

"Eh, Kak Arga belum ke kantor? Udah jam berapa ni?"

Aku tahu mereka tekejut karena kedatanganku. Memang hari ini aku sengaja berangkat agak terlambat, hanya ingin menjawab penasaranku tentang sikap mereka terhadap Luna dan akhirnya terjawab sudah. Apalagi percakapan mereka pagi tadi.

"Iya, nih, kesiangan."

"Mari Kak. Silakan makan!" ucap Eka.

"Terima kasih." Aku pun ikut duduk bersama mereka.

"Kak Luna, ke mana? Gak temanin Ka Arga? Kasian loh. Sarapan dulu, Kak. Ditinggalin dulu pekerjaannya," ucap Eka yang tiba-tiba berubah manis.

Aku pun menyunggingkan senyum.

"Dikit lagi kok selesai," ujar Luna sambil melempar senyum ke arahku

Sayang! Aku sudah mulai tahu sikap kalian semua, gumamku.

Eka merupakan karyawan di perusahaan tempatku memimpin. Namun, ia tak tahu aku Dirut di perusahaan itu. Aku hanya mengaku sebagai manajer.

Selama kurang lebih sebulan pasca pernikahan kami, aku baru tahu kalau sikap mereka terhadap Luna sangat di luar batas. Luna sudah seperti pembantu bagi mereka. Selama ini mereka hanya bersikap manis di depanku.

Sudah ke berapa kali aku beritatahu Luna agar kami pindah ke rumah milikku. Rumah yang sudah kudiami dari dulu sebelum menikah dengan Luna. Namun, Luna menjawab jangan dulu. Katanya, ia ingin membalas budi dulu terhadap keluarga Pak Adri. Keluarga Pak Adri lah yang mengangkat Luna sebagai anak. Saat itu mereka belum memiliki anak.

Biasanya siang hari, saat jam istirahat kantor aku pergi ke kediamanku untuk sekedar melepas penat dan sekaligus mengecek keadaan rumah. Hanya seorang pembantu, Bu Mina yang merawatnya.

**

Waktu hampir sore. Hari ini aku pulang lebih awal entah kenapa mood-ku lagi tak enak, mungkin karena kejadian pagi tadi yang membuka penglihatanku tentang keluarga istriku.

Aku pun masuk ke kamar untuk merebahkan badan. Pasti Luna masih di kedai makanan milik keluarga di rumah ini. Luna yang menjaganya dari pagi sampai malam baru ia pulang.

Selang beberapa menit aku mendengar suara pintu dibuka.

"Wah, inikan produk terbaru, Ka!"

"Iya, dong."

"Aku juga mau dong, Ka."

"Makanya rajin cek ke kedai lakunya udah berapa atau bantuin Ka Luna biar kamu bisa beli lagi."

Samar-samar kudengar suara dua orang yang sedang tertawa bahagia. Aku bangkit dan menoleh ke bawah. Benar saja mereka. Sepertinya, belanjaan mereka banyak sekali.

"Iih, kok gak diangkat sih."

"Coba diulang lagi!"

"Iih, sebel deh. Duh, lagi ngapain sih. Halo, Ka Luna, hari ini laris manis ga jualannya?"

"@#$@#"

"Aku mau nyamperin ya," ucap Rita sambil mengedipkan kedua bola matanya ke arah Eka sambil tersenyum.

Aku hanya menggeleng kepala melihat tingkah kedua kucing anggora betina itu - sangat halus dan bertaring. Aku masih memerhatikan mereka dari atas ini. Mungkin mereka tidak menyadari kedatanganku.

Melihat sikap mereka yang semena-mena terhadap Luna sepertinya niatku untuk pindah aku urungkan dulu. Orang seperti mereka harus diberi pelajaran dulu tentang indahnya saling menghargai.

"Atau minta Ka Arga aja. Kan sekarang lagi gajian." Mereka saling berpandangan dengan membulatkan mata dan bibir tertarik simetris.

"Uhmmm ...." berjalan menuruni anak tangga.

"Ka Arga?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
DeyaaDeyaa
hati2 dengan plot 1 kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kubeli Istriku dari Keluarganya   Bab 49

    POV ArgaButik milik Luna semakin laris dan menjadi buah bibir warga internet.Butik tersebut baru berjalan sekitar lima bulan, tetapi sudah meningkat pesat. Peminatnya sudah sangat banyak dari berbagai pelosok. Promosinya sangat masif dilakukan reseller secara langsung, maupun secara tidak langsung oleh customer sendiri."Nyonya, semua undangan sudah berdatangan." Suara seseorang di balik sambungan telepon."Tolong beritahu Lastri untuk mengkoordinir penerima tamu," titah Luna di balik sambungan telepon. "Baik, Nyonya. Ada kabar buruk, Non!""Kabar buruk apa?""Be-berapa pieces baju sebagai contoh yang akan ditayangkan nanti, basah terkena air hujan." Suara dibalik telepon terdengar cemas."Masih ada contoh gambar desainnya 'kan?""Mohon maaf, Non, tidak ada. Saya sudah menanyakan ke teman yang lain, tapi tidak ada." "Sherly! Kenapa kau tidak menyimpan file-nya sebagai arsip?""Saya mo-hon maaf, Non." Sherly terdengar putus asa.""Acaranya sebentar lagi! Aduh ....""Kenapa tidak ka

  • Kubeli Istriku dari Keluarganya   Bab 48

    POV ArgaPagi ini aku sudah siap dengan pakaian yang rapi. Jariku masih sibuk mengetik sebuah pesan sambil menunggu jemputan. Tak butuh waktu lama, sebuah mobil memasuki pekarangan rumah kemudian berhenti di depan pintu. "Silakan masuk Tuan!""Terima kasih, Pak Iwan." Aku beranjak dari tempat duduk dan menuju mobil."Sama-sama, Pak. Pesawat akan berangkat sejam lagi. Kita masih memiliki waktu untuk boarding pass." Aku mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Selama dua hari Luna pergi dari rumah, aku sangat gelisah. Selalu memikirkan keadaannya dan bagaimana dia menghabiskan harinya di sana. Mobil memasuki Bandara kemudian berhenti. Setelah penerbangan dari Surabaya ke Jakarta sekitar satu setengah jam lebih, kami pun tiba. Kami langsung menuju mobil hitam yang menunggu kami. Mobil hitam tersebut sudah kami pesan sebelumnya. Pak Iwan mengendarai mobil dan membawaku ke hotel, tempat Luna menginap. "Tuan, silakan! Di sini kamarnya!" Andry menunggu kami dan menunjukkan kamar Luna. "

  • Kubeli Istriku dari Keluarganya   Bab 47

    POV Arga"Bi Minah, lihat Non Luna, Gak?" Dadaku memompa tidak menentu sambil menuruni anak tangga. "Maaf, Tuan, saya hanya melihatnya pagi tadi. Dia sangat rapi, mungkin dia pergi kerja ke kantor!" "Bi Minah tidak melihatnya membawa koper?""Koper! Tidak Tuan. Dia tidak membawa apa-apa, Tuan. Aku hanya melihatnya berpakaian rapi saja seperti biasa." "Dia mengatakan apa-apa sebelum pergi?""Tidak, Tuan. Ada apa sebenarnya Tuan?"Bi Minah terlihat bingung, tidak mengerti dengan pertanyaanku. Apa Luna pergi tanpa sepengetahuan Bi Minah?Argh!Oh, aku ingat Pak Yanto. Dia pasti melihat Luna. Aku bergegas keluar dan memanggil Pak Yanto agar segera mendekat padaku."Pak, lihat Non Luna keluar?" "Iya, Pak. Pagi tadi, ia keluar seperti biasanya.""Pak Yanto tidak melihat Non Luna membawa koper?" "Saya tidak memperhatikannya, Pak. Soalnya Non Luna menyuruh taksi masuk ke dalam dan saya tidak melihat jelas saat dia masuk ke dalam taksi.""Argh! Kenapa kalian tidak bisa membantu! Info ap

  • Kubeli Istriku dari Keluarganya   Bab 46

    POV Luna"Arga, semua tamu undangan telah hadir. Apakah sebaiknya kita duduk dulu? Setelah itu, baru kita pergi." Aku berbisik pelan ke Arga dengan harapan dia mau menghentikan langkahnya dan mengikuti saranku. Aku tahu seperti apa temperamen Arga. Kalau dia sudah bertekad dan memutuskan sesuatu, ia tidak akan pernah menarik lagi apa yang telah ia katakan sebelumnya. "Pa-k Arga, mohon maaf atas kelalaian saya karena tidak memberi peringatan ke pasangan saya sebelumnya. Saya akan melakukan apapun yang anda minta untuk aku lakukan terhadap wanita itu."Air muka Pak Peter berubah pucat. Ia sangat gelisah, bagaimana meyakinkan Arga agar mendengarnya. Aku juga kasihan melihatnya yang entah seperti apa acara ini akan berlangsung. Ternyata tujuan utama pelaksanaan acara ini untuk menarik banyak investor yang akan bekerjasama dengan mereka. Itulah mengapa, Pak Peter sudah tidak mempertimbangkan lagi image-nya di depan tamu undangan yang hadir dengan memohon kepada Arga.Arga merupakan sala

  • Kubeli Istriku dari Keluarganya   Bab 45

    POV LunaDi saat kami tiba, beberapa mobil sudah terparkir. Kami membuka pintu mobil kemudian keluar."Ayo!" Arga mengulurkan tangannya padaku. Aku pun meraihnya."Kok, tanganmu berkeringat? Kau gugup?""Iya, kan ini pertama kali bagiku!""Selamat datang, Tuan!" Kami disambut oleh seseorang yang ditugaskan untuk menerima tamu. "Mari ikuti saya, Tuan dan Nyonya, aku akan menunjukkan tempat duduk untuk kalian."Kami pun mengikutinya. Sepertinya acaranya belum dimulai karena para tamu mulai berdatangan. Beberapa wajah tidak aku kenal sama sekali."Bapak dan Ibu, silakan duduk di sini!" Tempat kami Sepertinya sangat istimewa di bagian depan sekali. Aku melirik ke kanan dan kiri, beberapa wajah yang tidak asing. Mereka ialah dewan direksi yang baru saja melakukan rapat bersama Arga siang tadi. Beberapa pasang mata memerhatikan kami. Semua berdiri menyalami kami. Sepertinya sekitar kurang lebih lima belas menit lagi akan dimulai bila mengikuti waktu sesuai undangan. "Baik, terima kasih.

  • Kubeli Istriku dari Keluarganya   Bab 44

    POV Luna"Kau mau ikut denganku ke perusahaan?" Aku pun mengangguk.Arga telah rapi dengan kemeja dan celananya. Ia akan segera keluar dari kamar. Ia mengajakku ke kantornya. Karena aku tidak memiliki kesibukan maka aku memutuskan mengikutinya. "Kalau kau tidak betah, kau boleh berhenti saja dari pekerjaanmu." Arga berbicara padaku sambil menyetir mobil.Kalau dipikir-pikir lagi, saran Arga memang benar. Sepertinya, aku tidak mungkin akan bertahan lama lagi bekerja di pekerjaanku sekarang."Kau kenapa? Kau masih diam dari tadi," tanyanya lagi."Tidak, kok. Aku suka dengan pekerjaan ini.""Tapi, lingkungannya tidak membuatmu nyaman." "Hanya masalah kecil, kok. Aku pasti bisa melewatinya.""Kau bisa mencari tempat lain, kalau kau ingin ...." Arga berbicara lagi setelah keheningan beberapa lama."Aku sudah mencoba, tidak ada lagi. Di daerah ini kan hanya dua saja. Yang satu, sedang tidak membuka lowongan pekerjaan.""Atau aku membantumu berbicara dengan direkturnya?""Arga!" tatapku pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status