Share

Bagian Dua

"Kamu kenapa sih dek? Mendadak seperti ini, kamu kan tahu kalau aku dan Rianti itu…."

"Iya, aku tahu. Aku tahu mas, aku tahu kamu dan Rianti itu bersahabat bahkan sekalipun sebelum kamu mengenal aku, aku tahu itu mas. Berulang kali kamu bilang bahwa dia adalah sahabat kamu, menemani kamu berjuang bekerja keras hingga sekarang kamu sukses semua berkat dukungan dia, iya kan?" 

"Nah, iya itu kamu tahu jadi…"

"Jadi kenapa tidak kamu nikahi dia saja mas?" tekan Riri.

"Kenapa kamu malah menikahi aku, berkenalan denganku dan mengajak mengarungi hidup berumah tangga? Kenapa kamu tak menikahi Rianti? Lalu kalian bisa saling memiliki berdua selamanya hingga dunia pun tahu kalian saling mencintai, kenapa mas kenapa?" 

Riri terus meraung, ia keluarkan semua emosi yang sudah menggunung laksana letusan yang memancarkan lahar panas. 

"Kamu jahat Mas," tekan Riri. 

Seketika Ardi terdiam, wajahnya pucat pasi ketika mendapat penekanan dari Riri. Riri sudah tak bisa membendung amarahnya lagi, dua tahun membiarkan semua sandiwara itu terjadi. Berulang kali ia diingatkan kakaknya yang tak lain adalah teman Ardi, juga mengenal Rianti. Teringat ketika acara keluarga tahun lalu, saat Mas Raka, kakak Riri akan melangsungkan acara tunangan di malam hari Riri ngobrol dari hati ke hati dengan kakaknya itu. 

"Setelah menikah nanti mungkin mas tak terlalu mengurusmu dek, mas harus fokus pada keluarga mas, sekarang mas tanya apa kamu baik-baik saja?" tanya Raka. 

"Aku baik mas. Mas Raka tak perlu khawatir, semua kekhawatiran Mas Raka buktinya tak terjadi. Mas Ardi masih tetap sama seperti dulu, Mbak Rianti pun masih biasa saja." 

"Kamu yakin?"

"Yakin Mas, lagi pula masa Mbak Rianti mau mengkhianati suaminya sih kayaknya dia perempuan itu baik deh."

"Apa yang kamu lihat belum tentu itu yang terjadi dek? Kakak sebetulnya masih tak setuju kamu dengan di Ardi itu, tapi mau gimana lagi kamu cinta dia," keluh Mas Raka. 

"Mas Ardi juga cinta aku Mas, jadi tenang saja semua baik-baik saja." 

"Baiklah, kalau terjadi apa-apa bilang sama Mas. Si Ardi berani nyakitin kamu maka dia sama saja menantang mati."

Riri hanya tersenyum, bayangan itu bermain di pikirannya. Kini apa yang dikhawatirkan kakaknya itu terjadi, tanpa Ardi sadar perlahan dia telah menorehkan luka di hati istrinya itu. 

Andai ia mendengar nasehat kakaknya, seminggu sebelum pernikahan Mas Raka sudah pernah mengingatkannya tapi lagi Riri seolah terhipnotis sikap romantis yang Ardi hadirkan, hingga ia menepis semua kekhawatiran yang mendera hati Mas Raka. 

Pernikahan pun terjadi, mereka memang hidup bahagia awalnya, Rianti pun tak lama menikah dengan lelaki pilihan neneknya. Dan pergi meninggalkan kota itu, tapi setelah neneknya wafat, Rianti kembali menempati rumah neneknya terjalin kembali kisah persahabatan itu yang sempat terjeda oleh jarak tapi tetap terhubung oleh media komunikasi. Lalu kini, keduanya semakin erat manakala suami Rianti tak ada di dekatnya. Riri sudah menyadari petaka yang akan menghampiri rumah tangganya itu. 

"Kenapa diam?" 

"Karena aku tak mencintainya, aku mencintai kamu." 

"Bohong," desis Riri.

Riri menyunggingkan bibirnya, tatapannya penuh dengan kebencian, ucapan cinta yang baru saja ia dengar seolah bara api yang membakar jiwanya. Riri menarik nafas panjang meraup udara dengan buas lalu menghembuskannya perlahan. 

Perlahan Riri berjalan menghampiri Ardi, lalu ia menatap lekat kedua netra itu. 

"Pergi dari rumah ini," lirih Riri. 

"Nggak, aku gak akan pergi dari rumah ini. Gak akan pergi ninggalin kamu," ucap Ardi. 

Riri membuang tatapannya, dengan segera ia membuka mukena yang dipakainya lalu membereskan dan segera meraih tas miliknya. Ardi melihat hal itu langsung mencegah Riri yang akan hendak pergi, pagi itu berbeda dengan pagi biasanya. Suasana sungguh sangat gaduh. 

"Kalau kamu gak akan pergi, aku yang akan pergi." 

Brug

Riri tersungkur karena didorong kuat oleh Ardi, mata Riri melotot seumur pernikahannya ini adalah kali pertama Ardi berbuat kasar padanya. 

Ardi segera mendekat mencoba meraih tubuh Riri dan meminta maaf, tapi Riri menjauh. Dering ponsel membuat Ardi berhenti sejenak merayu istrinya itu, ia melihat sekilas di layar nama Hanhan Rianti tertulis disana. 

Antara istri dan sahabatnya, kini Ardi limbung. Satu sisi dia sangat peduli pada Rianti dan satu sisi tentu saja dia sangat perhatian pada Riri apalagi tengah marah seperti ini. 

"Angkat saja, bukankah kamu sudah biasa memperlakukan aku seolah orang ketiga dalam hubungan kalian, hah?" gertak Riri. 

Ardi masih diam, ponsel terus berdering hingga membuat Ardi akhirnya menyerah dan menjauh dari Riri lalu mengangkat teleponnya. Dari tempat duduk Riri dapat mendengar percakapan suaminya itu. Lalu tak lama Ardi masuk dengan gelisah. 

"Pergi saja dan itu artinya telah jatuh talakmu untukku, maka aku tak mau disentuh lagi olehmu." 

Mata Ardi terbelalak, mulutnya bungkam. Ia tak menyangka Riri yang selama ini terlihat baik-baik saja dengan hubungan antara dirinya dengan Rianti justru ternyata menyimpan kekesalan yang berujung pada kemarahan yang bertubi. 

"Kenapa?" tanya Riri yang melihat Ardi hanya mematung.

Dering ponsel terus menggema semakin menambah kekacauan yang terjadi pada dua insan itu. Ardi gusar, dia kali ini berada pada dua pilihan yang seharusnya tak sulit untuk diputuskan jika memang Ardi benar-benar mencintai Riri.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Nim Ranah
pergi nggak ya
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
aneh. mana ada cewek cowok sahabatan?! absurd banget ceritanya
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
benar Riri lebih baik cerai aj percuma yg ada di pikiran Ardi hanya Arianti sahabatny itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status