Bab 43 Pertemuan Yang Tidak Terduga.
Besok adalah pertemuan antar perusahaan. Untuk menjalin kerja sama.
"Nadine... Aku menyerahkan perwakilan perusahaan ini di tanganmu. Kamu sebagai manajer pasti bisa mengendalikan situasi. Dan aku yakin kamu bisa memberikan citra yang baik tentang perusahaan kita ini."
Ucap George meyakinkan Nadine.
Nadine sudah di beritahukan soal ini beberapa hari sebelumnya. Ini kali pertamanya Nadine mewakili perusahaan secara langsung dalam pertemuan antar perusahaan-perusahaan lain yang tidak bisa di remehkan.
"Kamu tentu sudah mempersiapkan diri. Tegaslah dalam berbicara. Dan jangan suka bertele-tele. Buang jauh-jauh sikap tidak disiplin. Oke... Kamu sudah siap kan?" Tanya George.
&n
Bab 44 Iri dan Dengki.... Arza pulang dengan muka kusut. Pikirannya tidak menentu lagi. Ia menghempaskan tubuh letihnya ke sofa. Sungguh tadi pertemuannya dengan Nadine adalah pertemuan yang sangat tidak terduga lagi amat memalukan. Arza masih belum percaya kalau Nadine menduduki jabatan Manajer di perusahaan tempatnya bekerja. "Sejak kapan dia menjadi seorang manajer." "Siapa yang mau menjadikan wanita bodoh itu menjadi manajer? Apa mungkin George? Huuuuh...." Arza semakin pusing. Ia merasa malas bila harus memikirkan sesuatu hal yang sudah bersangkut-paut dengan George. Seseorang yang sudah tidak di ragukan lagi kecerdasan dan kepiawaian nya dalam mengolah perusahaan. Jujur Arza merasa ragu jika men
Arza duduk di ruang kerjanya dengan santai. Minuman segar menemaninya. "Selamat pagi menjelang siang pak Arza." Seorang karyawan bawahan Arza datang menghampiri. " Ya, masuk, ada apa?" Tanya Arza pendek. "Maaf, saya membawa pesan dari Pak Bos untuk Pak Arza. Katanya bapak disuruh membawa berkas yang ia tugaskan kemarin untuk bapak." Jelas Karyawan itu sambil merunduk. "Nanti biar ku antar sendiri. Silahkan kamu keluar sekarang." Arza mengisyaratkan kepada karyawan itu untuk keluar. "Tapi Pak Arza,.. pak Bos menginginkannya sekarang." Karyawan tersebut nampak bingung. "Itu urusanku dengan pak bos, aku bilang keluar sekarang ya keluar. Apa kamu mau menentangku haa? Aku bisa saja memecatmu, jika kau tidak menuruti perintahku." Arza berkata kasar dan pongah. &nb
Bab 46 Jadi Ke Singapura?? "Apaaaa? Anak saya terlibat kasus penggelapan uang? Yang bener saja Pak Polisi? Anak saya orang baik-baik." Bu Farah yang baru saja datang ke kantor polisi langsung saja bertanya dengan suara membahana. "Ibu mohon bersabar. Ikuti saja perkembangannya. Anak ibu tidak akan mendekam di penjara kalau dia terbukti tidak bersalah. Namun apabila dia nyata-nyata terbukti, hukum yang membuatnya harus tinggal dalam jeruji besi." Salah seorang anggota polisi menjelaskan. Bu Farah hanya bisa pasrah. Bu Farah menemui Arza yang sedang meringkuk. Tidak mampu walaupun untuk sekedar menatap mata ibunya. "Apa benar nak, kamu menggelapkan uang perusahaan? Ibu masih merasa belum yakin, sebelum ibu mendengar kenyataannya dari mul
Bab 47 Zorah Semakin Terpuruk "Bu Zorah, untuk kepentingan penyelidikan, kami juga ingin menyita kartu ATM dan Buku Bank milik Arza." Perkataan petugas tersebut mengacaukan otak Zorah. "Tapi, Pak. Bagaimana kami ingin membeli kebutuhan hidup kalau kartu debitnya disita?" Zorah mencoba mempertahankan ATM Arza agar tetap berada di tangannya. "Bu, sebaiknya Ibu serahkan sekarang baik-baik. Tidak usah banyak alasan ini itu." Suara keras itu kembali mengejutkan Zorah. Zorah terpaksa merasakan kekecewaan. Di tambah dengan di tahannya Arza di kantor polisi membuat Zorah takut ikut terlibat. Dengan terpaksa Zorah mengambil kartu ATM di dompetnya, serta mengambil buku Bank Milik Arza. Lalu menyerahkannya pada petugas tersebut. &nb
Bab 48 Status Rumah Yang belum Mereka Ketahui Zorah tidak tahu harus kemana, sedangkan kedudukannya di rumah Ramon sudah tersingkirkan. "Nadine luar biasa keterlaluan. Perempuan itu sama sekali tidak bodoh tetapi licik keramat licik. Sampai dia mengetahui mana sertifikat yang asli dan mana yang palsu. Arza salah selama ini menilai Nadine hanya sebagai perempuan dungu. Lihat sekarang Aku gagal menipunya." Zorah terus saja menggerutu. Zorah meraih handphone. Dan Menelpon seseorang. "Halo, nak. Kamu di mana sekarang?" Nadine membuka percakapan. "Saya sedang di rumah teman, tolong jangan ganggu saya deh. Nih kami sedang sibuk bikin tugas. Oh ya satu lagi mungkin saya tidak bisa pulang, ma. Saya nginep di rumah teman. Kemungkinan besok Debbie langsung pulang
Bab 49 Nadine dan Mantan Mertua Dengan tergesa-gesa Bu Farah menemui Arza di balik jeruji besi. Hati Bu Farah masih berkecamuk tidak terima melihat keadaan Arza yang terkurung di penjara. Setelah menunggu, akhirnya tibalah waktunya untuk bertemu langsung dengan sang anak. Petugas yang berwenang memanggil namanya. Dengan mata yang sembab, Bu Farah melihat keadaan Arza tidaklah lebih baik dari pada kemarin. Badan anaknya mulai tidak terurus, rambut yang kelihatannya belum di sisir. Tidak ada lagi jas kebesaran yang setiap hari menemani hari-hari sebelumnya. Tidak ada lagi sepatu mahal yang membungkus kedua kaki anaknya. "Arza mengapa kamu melakukan penggelapan uang tersebut? Gajimu sudah cukup besar mengapa masih mencari uang dengan cara yang tidak benar." "Maaf
Bab 50 Menanggung Malunya Hari ini, sesuai dengan yang Arza katakan, Zorah akan pindah ke rumah Arza dulu. "Tidak ada salahnya aku pindah kerumah Arza, toh dia adalah kekasihku. Dari pada diam di rumah Ramond ku*lat ini, sampai di usir sama Nadine." Dalam benak Zorah, rumah Arza sudah lebih dari cukup untuk di tinggal gratis.dari pada harus mengontrak rumah yang setiap tahunnya jutaan. Untuk memudahkan pekerjaannya, Zorah menyewa sebuah mobil pick up untuk jasa angkut barang. Kunci pribadi rumah telah Arza tunjukkan tempatnya. Memang, dulu Nadine dan Arza memiliki kunci rumah masing-masing. Dan untuk membantu memudahkan pekerjaannya, Zorah di bantu oleh seorang Art. Bik nur. Biasanya Bik Nur beker
Bab 51 Kebaikan Hati George Hari ini, Nadine pergi ke kantor dengan kesehatan yang kurang fit. Badannya terasa lemas. "Nduk, kalau kondisi badan kurang sehat, apa lebih baik libur dulu kerjanya hari ini. Jangan terlalu dipaksakan. Nanti malah dampaknya lebih buruk, Nduk." Mbok Jum mencoba menasehati. "Tidak apa-apa Bu, rasanya Nadine masih kuat. Lagipula kalau libur hari ini, takut kena marah atasan, Mbok. Atasan kami orangnya galak." Jawab Nadine seraya mengambil sepotong roti di meja makan. "Apa sarapannya cuma sepotong roti saja, nduk?" "Ini sudah cukup, Mbok. Tolong nanti seperti biasanya untuk menjemput si kembar dari sekolah ya, Mbok." "Oh itu tidak masalah, nanti mbok yang jemput." Jawab mbok Jum.&