Bab 59 Sialnya Zorah
Zorah duduk di sofa rumah orang tuanya sambil memainkan gawai. Mukanya kusut karena kuota ponsel yang telah habis.
Tadi pagi Zorah meminta di isikan kuota sama Vani, adiknya. Namun perempuan yang baru saja lulus SMA itu menolak mentah-mentah.
Jarak usia antara Vani dan Zorah terlihat terpaut jauh. Karena dahulu, Vani hadir dalam rahim ibunya ketika usia sang ibu tak lagi muda.
"Halah, makanya Kakak itu kerja. Jangan cuma makan sama tidur saja. Gaji saya sebagai karyawan di mall tidak sebesar gaji calon suami Mbak dulu. Bukannya dulu mbak selalu membangga-banggakan calon suami Mbak. Kok sekarang malah nggak jadi nikahnya?" Vani menjawab dengan nada menyindir.
"Kamu ini, mbak minta tolong belikan kuota saja nolak. Asal kamu tahu ya, baru seka
Bab 60 Kehidupan Berbeda Pelakor "Kemarin saya melihat pemandangan yang luar biasa Mas. aku lihat Nadine berjalan bersama seseorang yang sering kau sebut dengan nama George. Mereka sudah menikah." "Apa? Nadine menikah dengan George? Apa George sudah gila?" Arza memandang dengan rasa tidak percaya dengan apa yang barusan Zorah ucapkan. "Aku mendengar sendiri bagaimana isi percakapan mereka. Panggilan mereka "mama papa", terus Nadine ternyata tengah mengandung. Apa yang harus kita lakukan, Mas? aku tidak suka melihat Nadine seperti itu. Dia sudah memanfaatkan kita. Mengambil alih rumahku dan juga rumahmu." Arza juga merasa geram dan tak suka mendengar berita itu. Berita yang sungguh luar biasa. Hati Arza bagai tersayat-sayat. A
Bab 61 Selangkah Menuju Akhir Iima belas tahun telah berlalu, jeruji besi yang telah memberikan banyak kenangan, dan pahit getirnya hidup telah berakhir. Arza telah di bebaskan. Setelah kembali ke rumah ibunya, keadaan telah jauh berbeda, rumah orang tuanya tidak lagi terawat seperti dulu, taman depan tidak lagi menebarkan harum bunga yang bermekaran, melainkan nampak tak lebih dari bonsai dan segenap tanaman lain yang tumbuh liar menjalar kemana-mana. Dinding rumah telah berubah warna menjadi kusam, laksana rumah tua layaknya di film-film. Sungguh keadaan yang sangat jauh berbeda dengan keadaan beberapa tahun yang lalu, sebelum ia masuk penjara. Tidak seperti dulu, sekarang lokasi rumah ibunya menyempit. Tidak ada lagi pekarangan di samping kiri dan kanan. Mainkan di kedua si
Bab 62 Penghujung Cerita "Bu, selama aku berada di penjara, apakah Zorah tidak pernah datang menjenguk ibu?" Bu Farah diam saja mendengar pertanyaan anaknya. "Jawab Bu, apakah Zamorah pernah datang kemari?" Arza mengulangi pertanyaannya. "Pernah dulu sekali. Namun Ia datang ketika ibu sedang sakit." "Lalu apakah yang dia lakukan ketika mengetahui Ibu sedang sakit?" "Panjang ceritanya, Nak. Biar Ibu ceritakan dari awal,"*** Kala itu Bu Farah baru saja pulang dari rumah sakit. Kondisinya sudah mulai membaik. Namun matanya tidak bisa disembuhkan karena kendala biaya. Semua uang tabungan dan harta perhiasan yang ada sudah dijual h
Selamat sejahtera untuk semua pembaca Novel KKBS (Kubiarkan Kau Bersama Selingkuhanmu) 🤚🤚🤚🤚Author kembali menyapa nih. Semoga semuanya dalam keadaan sehat ya. Amiiin. Author mau kasih info terbaru nih buat teman-teman pembaca semua. Eiit, kabar apa ya? Hehee ... Yang pastinya kabar gembira dong. Jadi gini ya, Author kasih tahu kalau Novel KKBS akan segera terbit season keduanya.Terus gimana alur ceritanya? Jangan khawatir, season kedua dikemas sebaik mungkin karena Author berusaha menyuguhkan bacaan yang lebih menarik buat para pembaca setia KKBS semuanyaTerus kalan mulai updatenya, Thor? Nah teman-teman semuanya, season kedua akan update dalam waktu dekat. Bab pertama akan update tepat di tanggal 01 Desember mendatang. Nah nggak lama lagi kan? Terus akan update rutin setiap hari. Jadi para pembaca semua tidak usah khawatir kalo nanti Author jarang updatelah, jarang nongol, apalagi sampai
Bab 1 Arza memandang sebuah potret kecil di dompetnya. Sebuah potret yang kini kembali mengusik hatinya, lima belas tahun telah berlalu, namun hingga kini ia belum mampu menemukan pengganti pendamping hidupnya. "Andaikan aku ini banyak uang, pastilah banyak perempuan-perempuan cantik yang datang menghampiri. Tapi dalam kondisi seperti ini, jangankan menghampiri, mendekatpun mereka tak sudi. Arza mengelap keringat yang mengucur dari dahinya. Ya, laki-laki itu baru saja pulang dari bekerja. Status kuli yang ia geluti sekarang benar-benar menguras tenaganya. "Nadine, andai dulu aku tak banyak tingkah, sudah pasti sekarang kita masih hidup bahagia bersama anak-anak. Aku menyesal, Nadine." Arza mengelus poto di dompetnya. Fyuuuh, Arza menghela nafas panjang. Hatinya pilu meratapi nasibnya yang tak sejalan dengan apa yang ia inginkan. Arza termenung seorang diri. Di kamarnya yang terlihat tak terawat, dengan beberapa atap b
Bab 2Dengan merogoh hampir seluruh dari tabungannya, Arza berhasil merental sebuah mobil yang lumayan bisa membuat penampilannya tampak lebih menarik.Kemarin ia mendapatkan sebuah informasi bahwa George sedang kerja keluar kota.Dengan begitu, ia memastikan jika di rumah George hanya ada Nadine beserta anak-anak beserta para pembantunya.Hari ini adalah hari libur."Pasti Nadine ada di rumah." tebaknya.Arza berpikir ini adalah kesempatan bagus untuk mendekati Nadine tanpa sepengetahuan George. laki-laki yang dalam anggapan Arza cukup menjauhkan jarak antara dia dan sang mantan istri.Dengan penampilan yang lebih rapi, serta semprotan parfum, membuat aroma tubuhnya yang biasa bau keringat sekarang lebih segar.Sebelum sampai ke rumah tersebut, terlebih dahulu ia membeli sekeranjang buah-buahan segar."Kurasa Nadine tidak akan menolak kedatangan ayah dari anak-anaknya ini." Arza menepuk dad
"Kau mengusirku, Nadine?" mata Arza menatap nanar."Aku hanya bertindak atas apa yang harus kulakukan." tanggap Nadine."Tapi kurasa tidak seharusnya kau berkata seperti itu." lanjut Arza.Nadine mulai merasa tak suka dengan tingkah Arza yang terus mendebatnya."Begini, kamu datang kemari dan tujuanmu telah selesai, apalagi yang ingin kau lakukan?" Nadine melemparkan pertanyaan."Aku hanya ingin menemui anak-anak kita, Nadine." jawab Arza."Sudah kukatakan bahwa mereka sedang tidak berada di rumah.""Kalau begitu aku akan menunggu hingga mereka kembali.""Mereka akan pulang siang nanti. Sekarang masih pagi.""Baiklah, kalau begitu kita punya waktu setengah hari untuk berbicara dan mengobrol."Nadine menangkap gelagat aneh dari cara bicara Arza."Arza, aku ini wanita yang telah bersuami. Tidak sepatutnya aku menerima tamu laki-laki dari pagi hingga siang hari. Apalagi kau adalah laki-laki
"Mengapa kunci mobilku bisa berada di tanganmu?" Nadine panik.Perlahan Arza mendekat."Maafkan aku, Nadine. Aku masih ingin berbicara dan berbagi cerita denganmu. Tak bisakah kau menemaniku dalam waktu sebentar saja?" Ujar Arza."Kembalikan kunci mobilku!" teriak Nadine."Aku pasti akan mengembalikan kunci mobilmu. Tapi tidak untuk sekarang."Di tengah suasana yang mencekam Nadine tersadar bahwa ia harus menghubungi seseorang.Dengan cepat tangannya sibuk dengan layar ponsel."Baterainya habis. Aduh, tadi lupa dicharger." Ingin rasanya Nadine menangis dengan apa yang terjadi padanya hari ini. Sedangkan sebaliknya Arza, laki-laki itu justru merasa menang melihat Nadine kebingungan. "Nadine, kamu tidak usah panik. Aku tidak akan menyakitimu." imbuh Arza lagi."Jangan coba-coba menyakiti ataupun berbuat lebih. Aku bisa saja berteriak. Cepat kembalikan kunci mobilku!" ancam Na