Bab 75
Matanya menatap nanar gambar-gambar kemesraan George bersama seorang wanita. Batin wanita itu terkhenyak pilu. Tidak bisa dibayangkan bagaimana sakit dan perihnya hati Nadine. Hanya orang-orang yang pernah merasakannya saja yang bisa mengerti ketika berada dalam posisi Nadine saat ini. Nadine lemas. Tulang belulangnya terasa tak lagi bertenaga. Berulang kali Nadine memastikan dan berulangkali juga ia memperhatikan foto-foto itu dengan seksama. Namun berulang kali juga ia harus merasakan luka hatinya semakin menganga. "Benarkah semua ini George lakukan? Jikalau benar, Alangkah naifnya aku selama ini terlalu menaruh kepercayaan terlalu besar untuknya." berulangkali Nadine mengusap muka. Batinnya menangis. Tidak terasa mengalirlah butiran-butiran bening dari kedua sudut matanya. Meleleh kian deras hingga ia lupa bahwa saat ini masih saatnya jam kerja.Bab 76Disebuah kafe, dua orang tengah bercakap-cakap serius. Zea menatap kesal ke arah layar ponselnya. Raut wajah tak suka terlihat jelas. "Wanita yang bernama Nadine ini kelihatan cukup berani, Arza. Kok dia berani mengancam nyawa dan harga diriku?" Zea menatap Arza mendelik. "Nggak usah terlalu takut sama dia, Zea. itu hanya gertakannya semata." imbuh Arza. "Sebenarnya dia itu siapa sih? Punya jabatan apa dia? Baru kali ini aku menemukan orang yang berani bicara seperti itu padaku. Belum tahu dia siapa aku. Belum tahu dia sudah berapa banyak lelaki yang jatuh dan takluk di hadapanku. Huuh ... Aku jadi penasaran sama wanita dia. Seperti apa memangnya tampang muka wanita itu?" lanjut Zea nampak geram. "Dia hanya wanita biasa. Tidak perlu takut padanya dia tidak seberbahaya kata-kata yang ia ucapkan." hibur Arza
Farid menuangkan minuman ke dalam gelasnya. "Beruntung sekali aku bisa bertemu dengan seseorang seperti Pak Arza. Sudah kaya raya, mau berbagi rezeki pula. Mudah-mudahan beberapa waktu ke depan ia akan membutuhkan jasaku lagi. Tak rugi aku menuruti kemauannya. Dengan begitu beberapa bulan lagi aku akan berhasil untuk membuka toko sendiri. Sehingga aku tidak perlu lagi untuk banting tulang kerja di perusahaan Pak George." gumamnya. "Bahkan uang yang Pak Arza berikan juga berlipat dari yang kudapatkan dari kantor Pak George. Huuh ... Dalam waktu dekat akan segera kutinggalkan pekerjaan hina di kantor George." ucap Farid pada dirinya sendiri. ***"Arza, apakah kamu sudah mendapatkan tempat tinggal baru untuk kita, Nak?" celetuk Bu Farah ketika mendengar Arza memasuki rumah kontrakan kecil yang yang mereka huni untuk sementara, Sebelum mereka mendapatkan tempat
Bab 78 Mata Nadine mulai tak enak. Dengan cepat Nadine melangkah masuk. Tangannya menenteng erat kotak hadiah kiriman dari sang putri. Sedangkan ingatannya masih terpaku pada kue yang tadi di persembahkan untuknya di kafe. "Mengapa aku kurang teliti dengan seuatu yang seharusnya aku berhati-hati. Ya Tuhan ... semoga tidak terjadi apapun padaku dan juga anak-anak. Semoga di jauhkan dari orang-orang yang ingin berbuat jahat." Nadine berdoa dalam benaknya. Sesampainya di dalam apartemen.Dengan rasa penasaran, Nadine membuka bingkisan dari orang yang sangat ia cintai. Sebuah kotak perhiasan cantik yang hanya orang-orang tertentu saja yang bisa menebak isinya. Kotak tersebut dibuka, sebuah jam tangan merk Hermes menyambut pandangan mata. Jam yang hanya bisa di beli oleh kalangan-kalangan tertentu saja.&nbs
Bab 79 "Maaf, tolong Mas George jangan salah paham dulu. Haruskah aku mengatakan semuanya jikalau beberapa hari yang lalu Nadine sendiri yang menghubungiku dan marah-marah ditelepon. Sebaiknya Mas George bertanya saja sama Nadine dari mana dia mendapatkan nomor ponselku." Jawab Zea dengan muka memerah. "Benarkah Nadine yang menghubungimu?""Buat apa aku bohong, Mas. Tidak mungkin aku mengada-ada. Dan jikalau hanya untuk membual, tidak mungkin aku bela-belain datang kemari untuk memberitahu Mas George akan bagaimana perilaku istri Mas itu!" kelas Zea. "Aku hanya tidak menyangka Nadine tega merusak hubungan kami. Aku mengatakan semua ini sama Mas George agar masalah bisa terselesaikan. Bukan untuk membual. Tolonglah, Mas! Percayalah!" Zea semakin terisak."Ya, jika ini benar, aku pasti akan bertindak." jawab George. Beb
Bab 80"Ma, Mama salah paham. ini tidak seperti yang Mama lihat." sergah George. "Papa tidak bisa bohong!"melihat kondisi wanita yang sedang mengejar George, jantung Nadine berdetak lebih kencang. Sehingga sulit mempercayai ucapan suaminya. Di belakang George, Zea nampak terisak dengan pakaian dan rambut acak-acakan. "Maaf Mbak. Mbak siapanya Mas George?" tanya Zea mendekat. Nadine kembali memperhatikan wanita yang sekarang berdiri di hadapannya. "Dia istriku, Zea!" George segera memotong. "Oh, namanya Zea rupanya." timpal Nadine pendek dan datar "Jadi ... jadi ... Dia ini Mbak Nadine, istri kamu?" Zea nampak kaget. Mata Zea memperhatikan Nadine dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rasa tidak percaya merayap di hatinya. Per
Bab 81Di rumah Nadine tidak bisa berpiir tenang. foto-foto kebersamaan George bersama seorang wanita, di tambah dengan kenyataan yang tengah ia lihat barusan, membuat suasana hatinya kian kecewa. "Tega kau menodai kebahagiaan rumah tangga kita, Pa?" "Kalau kau tak mencintaiku, mengapa harus berbohong dengan segala kepura-puraanmu?" batin Nadine menangis. "Sia-sia sudah kepulanganku." ucap Nadine lirih. Sebelumnya, Nadine nekad pulang lebih awal agar bisa menyelesaikan massalahnya dengan sang suami. Semula ia berniat akan mencari jalan keluar bersama terhadap ancaman yang pernah Arza ucapkan beberapa waktu lalu. Tapi apa yang ia temukan? Ia malah di sambut dengan pemandangan yang sungguh menyakitkan. Kenyataan yang sungguh menguatkan jika pengkhianatan George benar-benar ada.
Bab 82George merasa keanehan kian menjadi. Lagi-lagi dengan adanya foto-foto yang memperlihatkan kebersamaannya bersama seorang wanita. Aneh sekali. Sebab George sendiri merasa tidak pernah berlaku seperti itu, apalagi sampai nekat mengambil potret tak beretika seperti itu. Tidak mungkin ia melakukan itu. Janggal, memang benar-benar janggal. "Dari mana Nadine mendapatkan foto-foto itu? dan siapa yang telah mengedit foto itu? aku yakin, foto tersebut hanyalah editan semata." pikir George. "Tidak! aku tidak akan membiarkan rumah tangggaku hancur karena kejahataan seseorang. Lalu siapa sebenarnya orang yang telah berbuat jahat pada keluargaku tersebut?" George menghubungi Nadine. Namun wanita itu tidak pernah lagi mau mengangkat telepon dari dirinya. Hanya ada sebuah pesan muncul dari Nadine sebagai jawaban untuk George. tergesa George membukan
Bab 83 "Ma, sebelumnya aku minta maaf jika kejadian ini telah membuat hatimu terluka. Untuk saat ini, aku tidak masalah jika Mama ingin membenciku. Tapi meski sebesar apapun kebencian Mama, aku harap Mana jangan terlalu cepat mengambil keputusan untuk berpisah." ucap George."Apakah kau ingin aku mengulur waktu?""Bukan begitu, Ma. Berikan aku waktu selama kurang lebih dalam satu bulan ini. Aku akan membuktikan bahwa aku tidak bersalah. Aku akan mengembalikan kepercayaan Mama. Hanya satu pesanku, jangan terlalu cepat menyebutku sebagai lelaki hidung belang. Aku sama sekali bukan pengkhianat dan tidak pernah berniat untuk menjadi penghianat. Percayalah padaku, Ma." "Sekarang terlepas dari Mama percaya atau tidak, aku tidak masalah. Aku tidak akan berkata lebih banyak lagi. Tapi nanti buktilah yang akan kusodorkan. Bukti yang akan berbicara. Akan ku usut tuntas mas