Share

Chapter 22: Perlawanan (II)

Sepasang mata yang hitam itu terlihat dingin dan tajam. Setiap lirikannya mengandung pembunuhan, membuat siapa pun yang melihat akan merinding dan tanpa sadar ingin melarikan diri. Tekanan udara yang mendadak rendah sukses membuat suasana kian mencekam. Mendadak, seolah terjeda oleh tombol pause, tidak ada yang berani bergerak.

Semua fokus hanya ke satu titik.

Seorang remaja yang secara perlahan berdiri dari posisi duduknya. Dengan santai menepuk-nepuk bagian belakang dan beberapa tempat yang terasa kotor. Lalu, seolah tidak puas, jemari hitam yang tertutup tanah bergerak dan udara yang kuat menerpa.

Dalam sedetik, semua kotoran menghilang di tubuh sang remaja. Setiap gerakan tubuhnya sangat santai, tidak terburu-buru sama sekali seolah-olah mereka bukan di medang perang, tetapi di sebuah taman wisata yang membuat semua orang akan terhibur.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status